Saat sampai didepan pintu Ruang paskib yang tertutup Luna langsung mendorong pintu itu dan masuk kedalam.
"Darren.." Panggil Luna pada Darren yang tengah duduk membelakanginya.
"Hoii" Darren langsung membalikkan tubuhnya, diikuti juga oleh Zach yang duduk disebelahnya.
"Tumben amat lo mau masuk keruangan Paskib gue" Ucap Darren lagi sembari berjalan menghampiri Luna.
"Terpaksa gue" balas Luna sambil mensedekapkan tangannya didada.
"Baju gue mana? " Luna langsung To the point menanyakan baju miliknya.
"Baju? Oh baju yang gue pinjem waktu itu" Ucap Darren
"Iya mana mau gue pakek"
"bajunya belum ada di gue masih di Junior gue. Kok lo nanyain baju lo, hari inikan kita gak ada jam olahraga " Tanya Darren masih belum menyadari apa yang terjadi pada baju yang Luna pakai saat ini
"Lo gx liat baju gue basah kaya gini" Ucap Luna sambil memperlihatkan bajunya yang basah dan dipenuhi bercak kekuningan.
"Whatt? Kenapa baju lo bisa kaya gitu" sontak Darren langsung terkejut saat menyadarinya.
Zach juga ikut memperhatikan keadaan Luna dari posisinya yang masih duduk didepan meja miliknya.
"Udahlah ceritanya panjang, sekarang mana baju gue"
"hehehe gimana ya? Bajunya masih di Junior gue dan dia hari ini gak berangkat gimana dong" Darren meringis sambil memperhatikan Luna yang kesal padanya.
"Nih pakai aja" Zach tiba-tiba menyodorkan baju yang terlipat rapi pada Luna. Dan sejak kapan dia sudah berdiri dari duduknya.
Luna mendelik merasa ragu untuk menerimanya, bagaimana jika ia menerima dan diketahui oleh para penggemar Zach. Bisa-bisa ia seperti kemarin dilempari telur dan tepung karena penggemar Zach tau dia ditolong oleh si Tuan Es.
"Lun, ambil. Pakek aja tuh baju buat sementara. Besok baju lo gue balikin" ucap Darren
"Ogah ah, bisa-bisa gue jadi sasaran empuk fansnya tuh orang" bisik Luna ditelinga Darren
"Udah tenang, nanti gue bilang itu baju gue. Sekarang ambil aja"
Akhirnya dengan ragu Luna mengambil baju yang ada ditangan Zach.
"Makasih, gue pinjem dulu ya" Luna beruntung saat ini ruangan Paskib kosong dan hanya ada Zach serta Darren sehingga anak-anak pasti tidak akan mengetahuinya.
Zach hanya mengangguk dan kembali pada aktivitasnya tadi.
°°°°°
Akhirnya jam pulang sekolah telah tiba, saatnya untuk pulang kerumah bagi murid-murid yang tidak mengikuti ekskul disekolah. Sedangkan untuk murid-murid yang mengikuti eskul masih setia berada disekolah bahkan hingga larut malam
Salah satunya Ekskul Paskibra yang saat ini masih berada disekolah.
"Kelapangan semua" seru Zach saat mendapati beberapa anggotanya yang masih berada diruangan paskib.
"Siaap" jawab mereka semua sedikit takut.
Saat mereka semua sudah berada di lapangan Zach mulai memberikan komandonya
"Semuanya baris" Ucap Zach tegas, memerintahkan pasukannya untuk baris terlebih dahulu.
"Sebelum memulai latihan, kita perlu pemanasan terlebih dahulu. Keliling lapangan Sepuluh kali"Ucapnya Lagi
"Siap!" jawab mereka serempak, namun beberapa dari mereka ada yang merasa keberatan. Tapi, mau bagaimana mereka tidak bisa menolak.
Beberapa menit kemudian akhirnya mereka telah selesai melakukan pemanasan, banyak dari mereka yang kelelahan terlihat dari deru nafas mereka yang ngos-ngosan.
"Sebagian dari kalian juga ada yang pramuka kan. Kegiatan Pramuka untuk sementara ini di tiadakan terlebih dahulu. Aku harap kalian semua bisa Fokus menjalani latihan Paskibra. Mengerti!!! " Ucap Zach tegas.
Memang Pramuka dan Paskibra memiliki anggota yang sama bahkan ketua Pramuka adalah Darren yang tak lain tak bukan Waketu di Paskibra. Sehingga mereka memutuskan untuk latihan pramuka 1 kali dalam sebulan.
Setelah dirasa cukup Zach menyudahi latihannya dan mempersilakan para anggotanya untuk pulang atau kemana terserah mereka.
Zach tak langsung pulang kerumah dia masih duduk dibangku pinggir lapangan seorang diri. Mengadahkan wajah tampannya keatas menikmati udara sore hari yang menurutnya menyejukkan.
Dia menghembuskan nafasnya pelan, serasa sangat menikmati udara disekitarnya. Pendengarannya sedikit terusik saat mendengar beberapa orang yang berjalan melewati dirinya.
Bisa dilihat raut wajah Zach berubah saat mendengar apa yang dibicarakan anak-anak itu. Ia benar-benar terusik dengan itu.
Mendengar itu ia menatap tajam orang - orang yang baru saja berbicara. Dan mungkin mereka sadar ada yang memperhatikan mereka, merekapun sontak langsung berhenti berbicara dan pergi begitu saja.
°°°°°
Zach melangkahkan kakinya menaiki tangga ke lantai dua menuju kamarnya. Namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti ditengah, ia membalikkan tubuhnya memandang seisi rumah yang sepi dan kosong seperti rumah tak berpenghuni. Sesaat kemudian dia langsung melanjutkan langkah kakinya ke dalam kamar.
Zach menaruh tasnya begitu saja diatas meja samping ranjang besar miliknya, lalu menghempaskan dirinya diatas kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya sedetik kemudian ia mengambil sesuatu didalam laci. Kini sebuah foto telah dia pegang. Pandang haru terpapar jelas di wajahnya.
"Kenapa lo pergi ninggalin gue, gue kesepian gx ada lo.. Lo memang tega .." Zach menatap Nanar foto yang ia pegang, entah foto siapa yang ia lihat saat ini. Tatapan sedih menghiasi wajahnya.
Zach kembali meletakkan foto itu kedalam laci, ia bangkit dari ranjang langsung menyambar kunci motor dan Jaket kulit yang berada diatas meja. Dia keluar dari kamarnya dengan begitu saja.
Saat menuruni anak tangga menuju dapur, ia melihat wanita paruh baya dengan celemek yang melapisi daster kumelnya tengah memasak didapur. Senyum indah terlukis diwajah dingin Zach.
"Mbokk" Ucapnya sambil bergegas menemui wanita paruh baya tersebut.
"kapan simbokk dateng, kenapa nggak bilang kalau mau dateng, aku bisa jemput" Ucap Zach lagi sesudah melepaskan pelukannya.
"Barusan den, Adenkan sekolah gimana bisa jemput simbok" Jawab Wanita Paruhbaya itu yang tak lain tak bukan adalah pembantu dirumah Zach sekaligus orang yang merawat Zach dari kecil hingga dewasa saat ini. Memang Zach lebih dekat kepada pengasuhnya ketimbang kedua orang tuanya yang sibuk dengan pekerjaannya.
"Akukan bisa bolos Mbok" Zach terlihat sangat bahagia sekali saat ini
"iihh jangan gitu den, gak bagus bolos sekolah. Adenkan anak pinter jangan bolos atuh den." Mbok Tarni mengusap kepala Zach lembut penuh kasih sayang.
"......" Zach hanya tersenyum menanggapinya
"Aden sudah makan siang belum ini Simbok masakin makanan kesukaan Aden" Tanya Mbok Tarni
"Belum mbok, Nanti aja makannya lagi gk nafsu makan. Aku keluar dulu ya mbokk" Zach langsung melangkah pergi meninggalkan Mbok Tarni yang menatapnya dengan sedih sekaligus haru.
°°°°°
"fin, lo gak punya minuman apa dirumah lo, perasaan udah satu jam kita dirumah lo gak minum sama sekali. Kering nih tenggorokan gue " Tanya Dinda sambil terus memegang tenggorokannya.
"Oh iya, gue lupa. Sory sory" Alfin spontan menepuk jidatnya, ia benar-benar lupa menyuruh pelayan dirumah untuk menyiapkan minum. Maklumlah sih Alfin kalau menyangkut pekerjaan dia bisa lupa dengan hal lainnya. Bahkan saat ini saja dia lupa untuk menyuruh pelayan rumahnya untuk menyiapkan makanan dan minuman.
"isshh, lo Din. Gak sopan tau" ujar Luna sambil menyenggol bahu Dinda setelah kepergian Alfin kedapur.
"biarin, salah dia. Kita ini tamu masa nggak dikasih minum sama sekali seharusnya dia yang gak sopan, menelantarkan tamu seperti ini. "
Saat ini memang Luna dan Dinda sedang bertamu dirumah Alfin untuk membahas segala keperluan di OSIS. Mereka harus memikirkan bagaimana OSIS bisa melaksanakan acara-acara penting dan mengatur segala pengeluaran. ini merupakan peninggalan sebuah tanggung jawab mereka sebagai pimpinan di OSIS. Jika ada kesalahan besar makan mereka yang akan menanggungnya.
"Minumannya sudah datang, ayo istirahat dulu minum dan makan untuk mendingankan otak kita" Alfin datang dengan nampan yang ada jus jeruk diatasnya, diikuti juga di belakangnya seorang pelayan membawakan beberapa camilan untuk mereka.
"Nah gini dong dari tadi" celetuk Dinda begitu saja, dan langsung mendapat cubitan dari Luna.
"ak,..sakit Lun" teriak Dinda dan disambut gelak tawa Alfin.
Ding Dong...
Suara bel rumah mengalihkan mereka bertiga untuk menatap kearah pintu.
"lo janjian sama orang ?" tanya Luna sambil menatap tajam Alfin.
"ka..gak" Alfin menelan ludahnya saat melihat tatapan tajam Luna, ia sungguh ngeri melihatnya. Mana mungkin dia berani membuat janji dengan orang lain disaat dia tengah disibukan dengan kegiatan OSIS.
"lalu itu" Dinda juga ikut menatap Alfin dengan tajam.
"Slow, slow sist..jangan natap gue seolah olah kalian mau makan gue. Beneran gue kagak janjian sama siapa-siapa. Mungkin itu tamu bokap atau nyokap gue. Gue lihat dulu sebentar " Alfin langsung bergegas menuju pintu melihat siapa orang yang bertamu kerumahnya.
"Yaelah, lo.. " ujar Alfin saat dia sudah membuka pintu rumahnya.
Zach langsung masuk kedalam rumah Alfin tanpa berbicara sepatah katapun pada tuan rumahnya.
"Siapa fin, tamu nyoka... ?" ucapan Luna terhenti saat melihat siapa yang saat ini masuk kedalam rumah Alfin. Iya dia Zach sepupu Alfin. Zach memperhatikan Luna dan Dinda bergantian
"ehh.. Tuan Es. Ngapain dia disini" batin Luna
"Kenapa lo kesini bro.. " tanya Alfin saat sudah berdiri disamping Zach
"Tidur.. " jawab Zach singkat dan langsung melangkah pergi meninggalkan mereka bertiga menuju tangga yang menghubungkan kekamar Alfin.
"Ngapain tidur dirumah gue, tidur dirumahmu sana" Teriak Alfin dari bawah saat Zach sudah masuk kekamarnya.
"Btw, inikan udah selesai. Gue pamit pulang dulu ya" ujar Luna tiba-tiba.
"kok pulang sih Lun, baru jam berapa ini. Kita ngobrol-ngobrol lah dulu" ujar Dinda
"iya, Lun. Baru jam berapa ini" timpal Alfin
"ini udah sore, mau magrib juga. Nanti, seluruh keluarga gue nyariin gue lagi terutama abang-abang gue sama bokap gue. Lo berdua taukan mereka berdua kayak mana"
"eh, gue ikut pulang juga ya fin" tiba-tiba saja Dinda berubah fikiran
"Yaudah sana kalian berdua pulang aja. Lagian gue juga sibuk.. " Alfin merubah wajahnya pura-pura kesal.
"Sibuk.? " ujar Luna dan Dinda bersamaan sambil menatap Alfin tak percaya.
"iya sibuk, Sibuk buat nenangin Si batu es tadi" jawab Alfin
"hahahaha" mereka bertiga tertawa bersama.
°°°
T. B. C