Setelah mendengar bel tanda istirahat berbunyi, Zach langsung bergegas ke ruangannya lebih tepatnya markas anak paskibra. Ruangan itu dulunya adalah Lab komputer namun sekarang ruangan itu menjadi ruanganan bagi anak-anak paskib. Karena pihak sekolah telah membangun ruangan baru untuk Lab komputer sehingga ruangan bekas bisa dipakai untuk anak-anak ekskul paskibra. Sebelum menempati ruangan itu dulunya anak-anak Paskib menempati ruangan sempit yang tidak cukup untuk menampung para anggotanya. Jadi, pihak sekolah memberikan izin ketika Eskul Paskib memberikan usul untuk memiliki ruangan baru.
Sebelum ke ruang paskib, Zach terlebih dahulu pergi kekoperasi sekolah untuk membeli beberapa makanan ringan atau nasi bungkus yang tersedia di tempat itu, memang sudah lama koperasi sekolah menyediakan makanan ringan dan nasi bungkus. Koperasi di SMA Wiradi tidak hanya menyediakan perlengkapan sekolah saja, Ibu koperasi mengijinkan siapa saja entah dari siswa ataupun wali murid yang ingin menitipkan dagangan mereka. Maka dari itu Koperasi disebut kantin ke dua karena makan-makanan yang tersedia di kantin juga tersedia di Koperasi.
Zach memang lebih sering membeli makanan di koperasi ketimbang di kantin, alasannya tentu karena dekat dengan ruangannya. Ia juga malas jika harus membeli di kantin karena bertemu para kaum hawa yang sering menggodanya secara terang-terangan dan itu hal menjijikan bagi dirinya bagaimana mungkin wanita terang-terangan menggoda pria
Setelah membeli makanan ringan dan minuman, Zach segera bergegas keruangan Paskibra. Ia harus segera sampai di sana sebelum anggotanya datang karena hari ini dia harus membuat proposal untuk di serahkan kepada pihak OSIS.
Ruangan Paskibra Yang tadinya masih sepi dan hanya Zach saja Yang ada di dalam kini sudah dipenuhi oleh para anggotanya Yang hendak menghabiskan waktu istirahat di dalam ruangan nyaman itu. Bagaimana tidak nyaman jika ruangannya di penuhi Full AC dan akses Wi-Fi Yang lancar. Sungguh sangat makmur sekali nasib anak-anak Paskibra Yang dulu tidak memiliki ruangan sekarang memiliki ruangan yang nyaman, tak jarang membuat ekskul lain iri. Tapi, mereka semua bisa apa? protes? mana mungkin.. Mana mungkin mereka bisa protes dikala anak pemilik Yayasan berada diantara mereka yang mendapatkan tempat nyaman.
"Woii, ngapain Lo? " Darren sahabat Zach datang sambil menepuk bahu sahabatnya itu yang sangat fokus sekali memperhatikan lembar demi lembar kertas-kertas yang tersusun.
Zach yang mendengarnya langsung menghadap kebelakang memandang sahabatnya.
"kayaknya sibuk banget nih? " Tanya Darren langsung duduk disebelah Zach dan ikut memeriksa proposal disebelahnya.
"hemm" hanya deheman yang keluar dari mulut Zach
"dari tadi Lo disini" Tanya Darren kembali
"Hmmm" lagi Zach hanya berdehem saja menanggapi pertanyaan dari sahabatnya itu.
"Kapan sih Lo bisa ngomongnya panjang dikit" kali ini Darren sedikit kesal, ya walaupun sifat Zach bagaimana
"...." tidak ada jawaban dari mulut Zach, dia hanya fokus ke depan sambil terus membalik satu demi satu lembar proposal. Darren hanya menggelengkan kepala dengan sikap sahabatnya
"Nanti latihan Paskib" ucap Zach singkat
"Nanti? bukanya kita latihan hari sabtu? " Tanya Darren, ia merasa heran setahunya latihan akan di adakan hari sabtu tapi kenapa kok menjadi hari ini hari rabu.
" mulai sekarang latihan paskib diadakan selama 4 kali dalam seminggu"
"what? 4 kali dalam seminggu. Apa nggak kebanyakan tuh latihannya"
"Gak" Ucao Zach datar dan singkat. Darren hanya diam saja setelah mendengar keputusan dari Zach karena keputusan dari orang itu tidak bisa diganggu gugat kembali.
"eh Zach, gue denger gosip Lo lagi deket sama Luna" tanya Darren penasaran sambil wajahnya terus memperhatikan Zach, melihat ekspresi seperti apa yang akan dikeluarkannya
Zach langsung memandang kearah Darren seakan bertanya apa yang Lo maksud.
.....
Disisi lain Luna, Anya, Dinda dan Chika sahabat baru Luna sedang berada di kantin. Chika adalah murid kelas sepuluh atau lebih tepatnya adik kelas Luna
"Chika Lo nggak usah sungkan sama kita orang, anggap aja kita ini kakak kakak Lo dan Lo nggak usah takut sama sih sinting Tiara itu. semakin Lo takut semakin menjadi dia sama Lo. Menurut gue apa yang Lo lakuin waktu udah bener" Anya mencoba menasihati saat melihat anak itu yang masih terlihat sungkan kepada mereka.
"Wiih tumben amat nih sahabat gue nasehatin orang" Mendengar ucapan Anya barusan membuat Luna membuka suara, setau dirinya Anya jarang sekali atau bahkan tidak bisa memberi nasihat sama sekali. Tapi kali ini sahabatnya itu benar-benar luar biasa
"i-iya kak, aku bakal berani ngadepin orang yang ngerendahin keluarga aku. Waktu itu kak Tiara memang benar-benar keterlaluan dia udah ngehina masakan ibu aku dan bilang keseluruhan Siswa di kantin. Jadinya aku emosi terus nyiram dia deh pake air cucian piring. " ucap Chika
Brakkk
Suara gebrakan meja terdengar begitu keras ditelinga para siswa yang berada di kantin. Tiara tiba-tiba datang bergerombol bersama 5 orang temannya dan langsung menggebrak meja tempat dimana Luna dan teman-temannya duduk membuat seisi kantin menatap kearah mereka.
"Lo semua tau gak siapa wanita sok baik yang kalian liat saat ini" Teriak Tiara sambil menunjuk kearah Luna.
"Lo apa-apaan sih" Luna langsung bangkit dari duduknya dan menepis tangan Tiara.
"Iya Lo nih apa-apaan sih" ucap Anya dan Dinda bersamaan
"Lo berdua bisa diem gak" Tiara menunjuk Anya dan Dinda satu persatu.
" Sikap Iblis mu mulai keluar ya" Sinis Tiara ketika tangannya ditepis dengan keras oleh Luna sampai membentur meja.
"lo bilang apa sama bokap lo. Sehingga ia mencabut investasi miliknya di perusahaan bokap gue. Lo ternyata iblis bermuka malaikat." lagi Tiara kembali meluapkan emosinya.
"maksud lo apa sih, gue gak ngerti"
"Gak usah pura-pura lo"
Plakkk
Satu tamparan keras mendarat di wajah Luna, sontak Luna langsung memegang wajahnya sembari menatap tajam kearah orang yang barusan menampar dirinya.
"Lo anak pelacur, yang kebetulan dijadikan anak oleh keluarga Rayes jangan sok deh lo" Ucap Tiara sambil bersedekap menatap Luna jijik.
"Apa lo bilang"
"Kenapa? Lo takut semua orang tau kalau lo anak pelacur? Alias Lo anak haram?"
Luna yang mendengarnya tersulut emosi,
Plakkk
Ia menampar wajah Tiara keras lebih keras dari sewaktu Tiara menamparnya tadi.
"Jaga omongan lo, lo gak tau apa-apa? Tentang gue, keluarga gue dan tentang ibu gue. Jangan berbicara sembarangan tentang ibu gue"
"Woow, wow, Tuan putri keluarga Rayes mulai marah ternyata. Emang benerkan yang gue omongin barusan lo aja baru ketemu sama bokap lo waktu lo umur 7 tahun, apa gue salah "
"Dan mulai waktu itu lo manfaatin kehidupan baru lo buat berbuat seenaknya sama orang-orang yang berada dibawah, saat lo juga manfaatin keluarga kaya lo buat ngejatuhin perusahaan bokap gue. Lo memang bener-benar iblis" lagi Tiara kembali mengeluarkan kata-kata tajamnya, bahkan dia sedikit berbohong untuk mendapatkan simpati para murid lainnya.
"Jangan berbohong Tiara, lo gak pernah tau kehidupan gue seperti apa. Tapi, lo ngomong seakan-akan lo tahu kehidupan gue lo aja hanya berteman selama 6 bulan dengan gue waktu itu. Dan soal perusahaan Ayah lo yang mulai jatuh karena bokap gue ngecabut Investasinya itu salah ayah lo sendiri, salah siapa dia menggelapkan dana perusahaan besar-besaran. Ayahmu seorang koruptor " Luna melawan rasa takutnya menatap Tiara garang.
Mata Tiara melotot tajam, wajahnya memerah menandakan betapa marah dirinya, tatapan penuh kebencian ia lemparkan kearah Luna. Tiara mengambil jus Mangga yang ada dimeja lalu menyiramkannya pada Luna.
Luna memandang seragamnya yang basah dipenuhi bercak kuning akibat siraman Tiara. Pandang tajam yang langsung ia berikan kepada Tiara. Ia mengepal kuat sampai ujung kukunya memutih.
Anya dan Dinda langsung mendorong Tiara sedangkan Chika syok dengan apa yang ia lihat saat ini. Ia juga terkejut mengetahui fakta mengenai Luna. Bukan hanya dia saja yang terkejut mengetahuinya tapi seisi kantin pun juga mendengar dan melihat dengan mata kepala mereka sendiri.
Siswi-siswi yang datang bergerombol dengan Tiara tadi merasa puas dengan apa yang mereka lihat saat ini. Rencana mereka berarti berhasil.
Anya dan Dinda yang tadi berdiri agak jauh dari Luna langsung menghampiri. Mereka kembali mendorong Tiara agar bergeser memberi mereka jalan. Mereka berdua menatap tajam Tiara dan temannya sebelum mengajak Luna pergi.
"Memang enak" celetuk salah satu teman Tiara, Siska.
Luna, Anya, dan Dinda saat ini sedang berada ditoilet membersihkan seragamnya yang kotor akibat siraman jus tadi.
Luna hanya diam tidak bergeming sambil menatap dirinya sendiri melalui pantulan cermin. Membuat Anya dan Dinda memandang khawatir.
"Lo gak pa-pa Lun?"Tanya Dinda cemas
"Lo mau pulang? Atau lo mau ke UKS aja" Anya mengerti apa yang saat ini sedang Luna fikirkan, ia mengetahui apa yang sahabatnya itu rasakan.
"Udah deh, gue gak pa-pa" Ucap Luna sambi tersenyum tulus seakan saat ini tidak terjadi apa-apa.
"Lo serius? Mendingan lo pulang aja deh tenangin diri lo. Gue khawatir terhadap lo" Dinda menahan lengan Luna saat hendak keluar toilet
"ihhh, apaan sih kalian lebay banget dah. Gue serius benaran gak pa-pa. Mulut Tiarakan memang kayak gitu dan gue gak mempersalahkannya lagian juga apa yang diomongin soal gue memang benerkan" lagi Luna hanya memperlihatkan senyum manis tanpa banyak beban fikiran. Itu semakin membuat Anya dan Dinda salut.
Luna berjalan keluar toilet meninggalkan Anya dan Dinda yang memandang cemas.
"Lo mau kemana sekarang? " tanya Anya saat sudah berada disamping Luna.
"Gue mau keruangan Paskib buat nemuin sih Darren "
"Ngapain? "tanya Dinda saat ia sudah menyamai langkah kedua sahabatnya.
"buat ngambil baju gue, waktu itukan anak Paskib ada yang gak bawa baju olahraga terus sih Darren yang minjem ke gue. Katanya buat Juniornya "
"Oh begitu" Dinda ber oh ria
"Mau kita Anterin?" tanya Anya
"Gak usah, kalian masuk kelas aja. Lagian jam pelajaran mau dimulai"
Saat sampai didepan pintu Ruang paskib yang tertutup Luna langsung mendorong pintu itu dan masuk kedalam.
°°°
T. B. C