"Hahaha," tawa Arini pecah. Percuma kalau ngomong sama orang yang tidak sadarkan diri dan keras kepala karena memang jarang nyambung. Setiap orang memang memiliki pribadi yang berbeda, tapi kalau menurut Arini selagi masih satu keluarga ya memiliki pribadi yang hampir sama, sebelas dua belas. Setelah tertawa dia menatap Rita sinis sambil berkata, "Bagaimana saya tidak tertawa kalau lihat kamu seperti itu, sadar diri nggak sih?"
"Seperti itu gimana? Lagi pula saya masih sadar buktinya masih bisa mendengar omongan tak bermutu dari mulut mu," kata Rita tak paham maksud Arini. Dia mencoba untuk tenang agar tidak tersulut emosi lagi. Jangan sampai karena emosinya membuat Zea kesakitan seperti tadi.
"Jadi gini ya, kamu bilang jangan samakan diri kamu dengan kakak kamu, lalu apa bedanya kalau kalian sama-sama menyakiti Zea? Kakak kamu menelantarkan Zea dan kamu sendiri malah membuat Zea tekanan batin. Harusnya kamu sadar kalau perbuatan kamu itu tidak ada bedanya sama Kakak mu!"