"Abang!" Panggil Zimmi membuyarkan lamunan Zafran. Tangan Zimmi melambai-lambai. "Sini!"
"Iya sabar," sahut Zafran. Dia berjalan mendekati Zimmi.
Semakin berjalannya waktu dia semakin merasa bahwa adiknya semakin bijak. Entah itu karena vitamin yang sering Zimmi minum tiap pagi dan bimbel seminggu tiga kali atau memang dirinyalah yang terlanjur bodoh karena sudah menjadi budak cinta. Sejak tadi apa yang Zimmi katakan memang ada benarnya juga.
Entahlah, hari ini otaknya terasa random memikirkan banyak hal yang tak kunjung selesai. Jangan sampai dirinya memikirkan hal ini sampai berujung pada jiwanya. Sebab Zafran tahu kalau terlalu banyak mikir justru malah terbawa overthingking yang berujung selalu menyalahkan diri sendiri dan berakhir frustasi. Masih mending kalau cuma frustasi, bagaimana kalau sampai depresi? Masa iya kecil-kecil sudah gila.
"Bang, kenapa sih dari tadi murung gitu? Wajahnya kusut amat?" Tanya Zimmi ketika Zafran sudah berada di sampingnya.