"Zea cuma kecapekan, Tan, nggak lebih," jawab Zea sambil menangis.
"Kalau kamu capek kenapa dipaksakan? Kenapa nggak terus terang?"
Zea menggelengkan kepala pelan. Kehadiran Rita bukan memperbaiki suasana, tapi malah merusak segalanya. Andai Zea tahu jika hal ini akan terjadi maka dia tidak ingin sadar sekarang. Tak sadarkan diri tadi membuat dirinya merasa tenang tanpa adanya gangguan dari orang lain. Apakah keinginan Zea untuk mengakhiri hidup sudah terjawab? Buktinya disaat dirinya sadar malah merasakan rasa sakit lagi, entah sakit fisik maupun batin.
Baik orang tua maupun saudara di hadapan Zea sama saja. Mereka suka memarahi dirinya tanpa melihat situasi dan kondisi. Cuma Ana satu-satunya keluarga yang mampu membuat dirinya terasa nyaman dan malah orang lain yang mampu membuat Zea merasa lebih nyaman, seperti keluarga Arini.