"Apa?!" Pekik Zea.
Ternyata firasatnya tadi mengenai Ana memang benar. Adik satu-satunya itu nyaris terluka karena kecelakaan di jalan. Jika mengingat dirinya tidak sedang sakit maka Zea akan memintai keterangan lebih lanjut kepada orang yang memang berhubungan dengan keselamatan Ana. Sayangnya kali ini dia merasa sangat pusing ketika berpikir terlalu berat. Jika Zea tidak terima atas penyampaian seseorang yang dimintai keterangan maka dia akan memaki atau bahkan mengajak berantem orang tersebut.
Keadaannya sekarang sangat terbatas dengan adanya penyakit yang menurut Zea adalah penyakit sial. Jika banyak orang yang mendukungnya sembuh seperti ini maka hati dan jiwa Zea bangkit ingin cepat lekas sembuh, tetapi saat dirinya merasa kesepian maka hati, jiwa, dan otaknya mengajak raga Zea untuk mengakhiri hidup. Meratapi kesedihan membuat batin Zea tertekan.