Ceklek!
Suara pintu ruang opname dibuka. Kini tatapan mata mereka pun menuju ke arah pintu tersebut untuk melihat siapa yang datang. Nampak seorang perempuan dan laki-laki paruh baya dengan menenteng tas dan beberapa plastik yang ada di tangannya. Sintia pun kembali meneteskan air mata ketika melihat kedatangan orang tersebut. Dia sangat menginginkannya untuk menjadi teman bersandar dan kini apa yang diinginkan benar-benar terwujud di depan mata.
"Mama! Papa!" Panggil Sintia. Air matanya terus mengalir membasahi pipi dan kedua matanya pun nampak sembab karena dia cukup lama menangis. Sintia itu tidak ada bedanya dengan Zea, jika mereka e menangis sedikit maupun sebentar saja kedua matanya langsung sembab. Kini Sintia merentangkan kedua tangannya memberi kode ingin dipeluk.