Akhirnya apa yang dipikirkan Sintia sudah diwakilkan oleh Dinda. Sekarang Sintia tinggal tersenyum saja sambil melihat Zafran gelagapan. Mungkin Sintia adalah orang terjahat dalam pertemanan mereka karena wajah dia terlihat datar, sedangkan batinnya sedang berbahagia hanya karena melihat temannya terpojokkan. Bukannya dia benci, tapi memang pada kenyataannya itulah kesalahan Zafran.
Belum sampai itu saja, Sintia menunggu Zamdan angkat bicara. Mungkin dramanya akan semakin seru ketika keluarganya sendiri yang akan memojokkan Zafran. Kalau sudah masalah seperti ini, maka hanya merekalah yang berani melawan Zafran.
Sejak tadi Zamdan masih setia diam sambil bengong karena takut dengan Dinda. Pikiran dia hanya berisi tentang hukuman yang nanti akan dirinya dapatkan. Tidak ada hal lain yang mampu masuk ke dalam otaknya. Bahkan masalah pekerjaan pun tiba-tiba menghilang begitu saja. Istrinya itu tiada tanding terhadap segala urusan Zamdan.
