Chereads / KARAKTER LEWAT / Chapter 1 - Sistem dan Tugas

KARAKTER LEWAT

🇮🇩TrytoAngry
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 18.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Sistem dan Tugas

[Jiwa memenuhi syarat, mengikat ke ruang sistem.]

Tiba-tiba Mei mendengar suara dingin meledak didalam jiwanya.

Mei Bathari Puspa, lahir tanpa mengetahui orang tuanya. Sejak awal ingatannya adalah panti asuhan. Dia anak yang pintar, sejak terakhir dia mampu mengingat kenangannya dari umur 3 tahun, dia selalu berpikir dengan fleksibel. Di umur ke 4 tahun, dia sadar jika dia tidak memiliki orang tua dengan hidupnya yang ramai dengan banyak anak lainnya si satu tempat. Dia tidak iri dan menginginkan apapun. Dia hanya hidup sesuai keinginannya dan mulai menghasilkan uang ketika berusia 5 tahun.

Mei berencana untuk terus menghasilkan uang dan keluar dari panti asuhan di usia 10 tahun. Setelah itu mencari orang tua kandungnya.

Tapi dia tidak menyangka jika rencananya hilang. Ada sebuah keluarga yang hidup bahagia dengan 3 orang mengadopsinya. Seorang ayah, seorang ibu dan seorang kakak laki-laki. Dia ingat kata-kata 'ayah' itu ketika memberikan alasan pada ketua panti, "Istri saya tidak bisa melahirkan lagi. Dan Anak ini menginginkan adik perempuan."

Meskipun merasa tidak senang, dia masih melangkah. Rencannanya yang dipikir hilang masih dia pertahankan dan atur ulang.

Hidup dalam keluarga bahagia itu, Mei tidak pernah berharap lebih. Karena fikirannya mashi tertuju untuk mencari orang tuanya.

Sedikit keuntungan yang dia dapatkan, dia pintar sejak kecil, tapi panti asuhan tidak memberikan banyak sumber daya belajar. Mereka hanya memberikan cukup sumber daya bagi setiap anak. Dia tidak bisa memberikan uang yang dia peroleh begitu saja dan menjadi anak aneh dari panti asuhan. Dia bisa melihat banyak hal tentang percobaan manusia di balik lapisan internet yang memukau.

Dia pikir akan terus bersembunyi sampai usia 10 tahun, membayar seseorang untuk menjemputnya dan mulai mencari orang tuanya. Sampai keluarga itu mengadopsinya.

Ketika dia dibesarkan oleh keluarga itu, dia tidak begitu sopan. Sesekali dia akan meminta uang untuk membeli buku, meski dalam kegelapan, banyak bukunya dibeli dengan uang sendiri. Semua sangat sempurna, mereka tidak menyadari dia memiliki uang. Dia juga dengan sangat pintar menyembunyikannya.

Kemudian dengan otak dan kerja keras. Dia bisa masuk ke Universitas di umurnya yang masih 15 tahun.

Meski usia kecil, karena membuktikan dia bisa masuk universitas, dia ingin hidup mandiri seperti kakak laki-laki yang 3 tahun lebih tua darinya. Tentu banyak ketidaksetujuan, tapi setelah tikungan dan belokan pemikiran, mereka mengijinkannya. Itu juga bantuan dari 'kakaknya' dia bisa menerima hak hidup mandiri. Di dalam kepalanya dia mulai berencana memulai langkah mencari orang tuanya.

Awalnya sempurna, Mei berpikir akan sangat mudah untuk memulai. Tapi, bahkan jika orang tua itu tidak tau, kakaknya yang pintar melihat dia bisa menghasilkan uang setelah beberapa peenemuan kebetulan. Yang meskipun tidak terduga, tidak terlalu dipikirkan oleh Mei.

Beberapa hari setelanya adalah ujian. Dia dan kakaknya mengikuti ujian ke universitas yang sama. Dia ingat setelah selesai melaksanakan Ujian Masuk Perguruan Tinggi. Dia melihat harapan dimata kedua orang tua angkatnya, bukan hanya mereka, tapi banyak lagi orang yang mengenalnya memiliki harapan itu. Hanya saja, harapan itu tidak akan memiliki kasih sayang. Tidak seperti kakak angkatnya yang sangat dirawat dengan hati-hati oleh mereka.

Selama 10 tahun, Mei mempertahankan sikapnya. Dia akan selalu acuh dan tidak peduli. Dingin untuk didekati. Jadi, ketika melihat adegan bahagia tiga orang itu. Mei tidak peduli. Dia tidak berhenti mengingatkan diri sendiri, sejak awal, dia hanya hidup sesuai kehendaknya sehingga tidak merasakan banyak sakit.

Sebelum dan sesudah ujian, pikirannya hanya satu, mencari kedua orang tua kandungnya. Dia tidak memiliki tujuan lain. Tapi, setelah bertemu kedua orang tuanya, dia akan mulai menyusun tujuan hidupnya yang lebih sempurna.

Siapa sangka, belum sehari setelah Ujian Masuk Perguruan Tinggi, dia mengalami kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan itu membuat dia dan saudara angkatnya mengalami kondisi kritis. Mereka sama-sama memiliki luka berat. Antara anak angkat dan anak kandung, tentu saja kedua orang tua itu memilih menyelamatkan anak kandungnya.

Dia tidak menyalahkan mereka. Faktanya, dia meninggal dunia karena keterlambatan paramedis menopang tubuhnya. Paramedis yang datang terlambat langsung menuju ke kakak laki-lakinya. Meninggalkan tubuhnya yang perlahan dingin. Ketika dia masuk ke mobil ambulance, dia meninggal.

Sangat lucu untuk mengingatnya.

Mei yang tenang melihat 2 orang yang duduk dikanan dan kiri ranjang rumah sakit. Dia merasa seperti tambahan di rumah itu sejak datang. Hanya saja, dia bertahan. Rencananya untuk menemukan orang tuanya masih harus dilakukan. Tapi tiba-tiba mengalami hal tidak terduga seperti ini, masih sangat menyedihkan.

Rasa sedih itu tidak bertahan lama. Dia mendengar suara dingin dan datar itu kemudian merasakan sesuatu yang dingin mengalir ke dalam jiwanya. Dia juga merasakan bahwa energi dingin meledak dalam jiwanya. Di bawah dampak energi ini, Mei kehilangan kesadarannya.

Sebelum kehilangan kesadaran, pikiran terakhir Mei adalah bahwa ia seharusnya tidak dapat pergi ke dunia bawah.