"Seminggu setelahnya, aku dapat kabar kalau Siska dikuliahkan ke luar negeri oleh orangtuanya. Entah apa kabar bayi yang dikandungnya. Tasya bilang padaku sehari sebelum keberangkatan Siska." Arya mengakhiri ceritanya.
Cerita yang membuat Dinda terdiam dari awal sejak akhir. Entah dia harus beruntung atau tidak karena gak pernah jadian dengan Rico.
Arya membelai rambut di kening Dinda yang sedang melamun dan diam tanpa menginterupsi ceritanya yang lumayan panjang.
"Kamu mikirin apa?" Arya meraih dagu Dinda dan menghadapkan ke wajahnya. Gadis berambut panjang itu tersipu malu melihat wajah tampan dihadapannya hanya berjarak beberapa senti saja dari wajahnya. Cowok ini semakin berani saja menyentuh dirinya sejak mereka resmi berpacaran. Huh, andaikan Arya tahu... Dinda masih merasa risih sebenarnya.
"Oh gak apa-apa. Kasian juga Siska. Aku gak menyangka Rico seperti itu." Dinda memalingkan wajahnya. Suasana didalam mobil hening saksi bisu ada cerita flash back terurai disana. Cerita yang membuat Dinda merasa sangat beruntung.
Karena Tuhan lebih tahu apa yang manusia butuhkan. Bahkan yang dulu dia merasa cinta bertepuk sebelah tangan, entah kenapa sekarang merasa sangat beruntung. Tapi, aku harus mengorek lagi info ke Tasya nanti kalau bertemu, pikir Dinda.
"Sudah malam, aku anterin pulang yaa." Mobil kembali melaju ke jalanan besar.
"Oya, besok maaf ya aku gak bisa jemput. Ada operasi laparatomy pagi2 yang sudah dijadwalkan sebulan sebelumnya."
"Iya pak dokter, santai saja. Sebelum-sebelumnya juga aku biasa berangkat pulang sendiri, hehehe." So sweet banget cara Arya meminta ijin, Dinda berbicara dalam hati.
"Iya iyaa, tapi sekarang kan sudah ada aku. Memang gak boleh pacar antar jemput?"
"Bolehhh bangetttt. Jadi irit ongkos akunya, hihihi." Dinda menutup bibirnya yang sedang tertawa.
Sebuah telapak tangan besar mendarat di kepala Dinda mengacak-acak rambutnya gemas.
"Aduh, jangan Ar nanti kusut." Setengah protes Dinda merapihkan rambutnya kembali. Arya terkekeh melihat Dinda cemberut.
-----
Sepasang muda mudi baru beranjak masuk ke dalam diskotik terkenal di bilangan Jakarta yang dipenuhi dengan aroma alkohol dan musik hingar bingar yang memekakkan telinga. Seorang pria berpakaian serba hitam menuju meja bar dan memesan segelas Tequila Sunrise sedangkan si wanita berambut sebahu dengan dress seksi warna merah ketat sepanjang paha memesan Long Island Ice Tea.
"Kamu sering kesini Ric?" minuman berwarna kuning itu dinikmati si perempuan sambil melenggangkan kedua tangannya mengikuti irama musik dari DJ Don Diablo.
"Lumayan...kalau lagi suntuk." Bukan percakapan biasa tapi saling teriak karena alunan musik mengalahkan suara para pengunjung disana.
" Kesana duduk. Ada kursi kosong." Rico dan Aline berjalan ditengah kerumunan pengunjung yang sedang berjoget menuju sofa pojok yang menawarkan kenyamanan.
**********
1. Tinggalkan jejak komen kalian untuk cerita lebih baik (◍•ᴗ•◍)
2. Penulis usahakan UP setiap hari minimal 1 bab \(^o^)/
3. Power Stone kalian membuat penulis lebih semangat lagi berkarya (◍•ᴗ•◍)❤
IG: @anee_tavel