Chereads / He's My Son 01 / Chapter 19 - CHAPTER 18

Chapter 19 - CHAPTER 18

Tiga hari kemudian, setelah pertemuannya dengan kedua orang tuanya Rey. Kini Rey mengajak Stella pulang ke apartmentnya. Rey ingin nunjukin hadiah yang ia beli untuk Reyent putranya. Rey sudah menyiapkan semuanya untuk putranya. Saat ini Rey, Stella dan juga Reyent berada di perjalanan menuju ke Andara. Reyent tertidur di kursi penumpang. tidurnya sangat lelap. Karena selama tiga hari di rumah Nancy Omanya Reyent tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak. Reyent selalu terbangun di saat tengah malam. Mungkin sengaja supaya Pipinya tidak mengganggu Miminya.

Reyent di dalam mobil tidurnya sangat lelap. Stella membuka korden jendelanya biar tidak terlalu gelap.

Stella menidurkan Reyent di kursi penumpang, sembari menepuk-nepuk pahanya dengan pelan. Rey melirik dari kaca spion. Rey kesal, ia seperti supir saja duduk di depan sendirian.

Sebelum sampai ke Apartementnya Rey, Stella meminta Rey mengantarkannya ke Makam Umum sebentar. Ia ingin mengunjui Makam kedua mendiang orang tuanya. Sudah lama ia tidak mengujungi Makan mendiang kedua orang tuanya. Tidak membutuhkan waktu yang lama mereka pun sudah tiba di area pemakaman umum.

Stella mengambil bunga dan air yang ia beli di pinggir jalan dekat pemakaman tadi. Rey menggendong Reyent yang masih terlelap. Tidak mungkin Reyent di tinggal di dalam mobil sendirian.

Kini Stella sudah berada di depan makam orang tuanya. Rey berjongkok di samping Stella sembari memeluk Reyent. Kebetulan cuacanya terang, sejuk tidak begitu panas. Daun-daun yang kering pun pada berjatuhan, karena terpaan angin yang berhembus. Stella mengusap batu nisan ibunya. Ia sangat merindukan ibunya. Merindukan pelukannya, senyumannya, elusannya. Kini ia hanya bisa meluk batu Nisan mendiang ibunya.

"Ibu, Ayah Stella datang, Stella sangat kangen sama Ibu dan Ayah" Ucapnya sembari terisak.

"Coba liat Stella datang sama siapa? Stella membawa Reyent untuk melihat Kakek dan Neneknya."

"Oh ya Ibu, Ayah kenalin dia Reyneis Ayah kandung Reyent cucu Ibu. Sebentar lagi dia ingin melamar Stella, restui kami ya Ayah, Ibu." Ucap Stella memberi tau Ayah dan Ibunya tentang Reyneis. Stella semakin terisak, mengingat jika  sebentar lagi Reyneis akan menikahinya.

Pasti Stella sangat sedih menikah tanpa ada kedua orang tuanya, atau saudaranya. Tapi ia akan mencoba tetap kuat. Sebenarnya Stella masih asing sama Rey. Tapi ini demi Reyent putranya. Moga ini jalan yang terbaik. Beruntung Rey mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Mau mengakui putranya. Mau menikahinya. Jika mengingat orang di luar sana pada terabaikan. Lalu anak yang menjadi korban.

Jika Stella mengingat itu hatinya sesak. Jadi keputusan Stella saat ini sudah mantap mau menikah dengan Rey. Meski Stella belum sepenuhnya mencintai Reyneis hatinya masih asing. Ia akan mencoba mencintainya dengan pelan-pelan. Ia akan melupakan kejadian yang dulu, ini demi kebahagian putranya. Ia tidak mau putranya merasakan kesedihan seperti dirinya. Cukup sudah penderitaan, kesedihan, yang ia rasakan selama bertahun-tahun ini. Tapi tidak untuk putranya.

Rey mengelus batu Nisan kedua mendiang orang tuanya Stella bergantian. Rey mohon rujuk pada Ayah dan Ibu Stella. Mohon ampun, karena sudah bikin hidup Stella hancur. Dan Rey pun meminta doa restu kepada kedua mendiang orang tua Stella. Rey berjanji ingin membahagiakan Stella juga Reyent putranya. Stella mendengar ungkapan Rey, ia semakin sesenggukan. Sembari memeluk Reyent.

Reyent terbangun, kepalanya mendongak menatap wajah Stella. Lalu menatap Rey, tangannya menunjuk kearah makam Nenek-Kakeknya. Stella tersenyum.

"Mereka Kakek sama Nenek nak, ayo cium." Ucap Stella memberi tau Reyent. Stella mendekatkannya untuk mencium batu Nisan Nenek sama Kakeknya.

Reyent pun menurut, langsung loncat mencium batu Nisannya. Setelah menciumnya Reyent mulai rewel karena di tempat asing begitu sunyi juga.

"Meng ndaa meng hikz hikz," rengek Reyent minta empengnya.

"Sssttt! Reyent tidak boleh berisik, nanti Nenek sama Kakek bangun. Sini gendong sama Pipi."

"Stella pulang dulu Ibu Ayah, semoga Beliau tenang di Surga. Stella akan mengunjungi Ibu sama Ayah lagi," ujarnya sembari memeluk batu Nisan kedua mendiang orang tuanya.

Dan akhirnya Stella mengajak pulang saja, kini makam mendiang orang tuanya Stella terlihat bersih dan segar kembali, penuh bunga melati kesukaan mendiang Ibunya. Kemudian Stella dan Rey meninggalkan makam mediang kedua orang tuanya Stella. Reyent merengek meminta empengnya yang terlepas di mobil. Memang Reyent tidak bisa lepas dari empengnya.

Rey membukakan pintu mobil untuk Stella. Lalu Stella masuk sembari memangku Reyent yang masih merengek. Rey langsung mengambil empengnya agar Reyent diam tidak rewel lagi. Rey pun langsung memberikanya sama Reyent. Tapi tangannya di tahan oleh Stella, ia ingin memberi air mineral dulu untuk Reyent minum. Pasti Reyent haus jadi Stella memberi minum air meneral yang di taruh di botol dotnya.

Reyent seperti Rey dulu sewaktu masih Balita tidak bisa lepas dari empengnya.

Mobil milik Rey kini meninggalkan area pemakaman umum. Rey melajukan dengan kecepatan rata-rata. Rey melirik Stella yang menatap ke jendela. Ia ingin Stella tinggal bersamanya sampai hari pernikahannya. Namun apa Stella mau tinggal bersama sebelum menikah?

Rey berusaha mengajak bicara dengan Reyent. Sedangkan Stella masih diam sedari tadi.

"Reyent lihatin apa hemm serius amat," ucap Rey menyindir Stella. Reyent menoleh menatap Rey.

"Pii," panggilannya.

"Ya boy, mau apa hem?

Lalu Reyent menunjuk kearah jalan yang penuh kendaraan. Stella masih menatap pemandangan lewat kaca jendela. Mengihiraukan pembicaraan Rey dengan Reyent.

Tidak terasa mereka sudah sampe di apartementnya Rey. Mobilnya memasuki area parkiran yang berada di bawah tanah. Rey menelphone Lia pekerja rumahnya, suruh turun untuk membawa barang-barangnya Reyent.

Rey melangkahkan kakinya ke arah lift, dengan di ikuti Stella sembari menggendong Reyent. Reyent berceloteh, membuat Rey semakin gemas. Pintu lift terbuka Stella masuk duluan, dan ikuti Rey. Pintu lift tertutup, membawa mereka naik kelantai delapan belas. Rey meraih Reyent untuk di gendongnya.

"Sini sama Pipi, kasihan Miminya capek," Ujarnya sembari meraih Reyent dari gendongan Stella.

Stella sejak dari pemakaman masih terdiam tidak bicara sama sekali. Rey megenggam tangan Stella begitu erat.

Pintu lift terbuka, Rey dan Stella keluar.

Melangkahkan kakinya ke apartement Rey yg no dua. Lalu Rey membuka password pintunya, setelah terbuka Rey dan Stella masuk. Saat ini di ruang keluarga ada Sahabat-sahabatnya Rey, yang lagi pada main PS. Apartementnya memang selalu rame.

Mendengar suara pintu terbuka mereka berenti main PS. Dicky berdiri ingin melihat Rey pulang dengan siapa. Dicky terkejut melihat bocah kecil laki-laki dalam gedongan Rey.

Rey menyuruh Stella duduk di sebelahnya, sembari memangku Reyent. Stella ingin bikinin susu untuk Reyent, karena sudah waktunya minum susu.

Sebelum Stella berdiri ingin ijin kedapur, Rey sudah memanggil Lia untuk bikin susu. Dicky, Aries, Farel, dan Beni, pada bengong siapa bocah kecil dalam dekapanya ini, mukanya mirip dengan Rey.

Rey memberi tau pada mereka semua, bahwa Bocah kecil yang dipangkunya itu adalah putranya. Semua pada terkejut apa yang di ucapkan Rey barusan. Bocah kecil ini putranya? Yang benar saja si kadal memiliki putra. Kapan bikinnya?

Lalu Rey menjelaskannya tentang Stella, tentang kejadian yang dulu.

"Wahh hebat lo bos, sekali nusuk langsung jadi," Sindir Dicky sembari terkekeh.

"Benar, hasilnya gemesin lagi," sahut Farel.

"Nggak usah banyak bacot lo nyet, mending kenalan sini sama jagoan gue." Ucap Rey kesal.

"Reyent ayo kenalan sama om-om onyet yang jelek," Titahnya.

"Anjirrr di katain onyet, jelek lagi!" gerutu Dicky sembari menyisir rambutnya dengan jari tangannya.

"Hahaha! Mang lo onyet jelek kok Dic," ucap Beni melempar bantal kearah Dicky.

"Anjirrr! Lo juga kaliii, apa nggak dengar tadi bos kadal bilang apa hem? Om-om onyet, brati lo juga keles." gerutu Dicky kesal.

Sahabat-sahabatnya Rey memang sengklek semua. Jika Farel, Dicky, Beni, dan juga Aries kalau sudah berkumpul pasti nggak pernah diam. Kecuali Kariri, Vito, Adi dan Pio sedikit pendiam berwajah dingin seperti Rey. Mereka semua selalu saling meledek, tetapi mereka tidak pernah tersinggung dengan ucapan mereka. Tidak pernah berantem juga, menurutnya itu hanya candaan biasa.

"Siapa namanya? Sini Rey junior sama Uncle Aries!" Tanya Aries. Lalu Reyent menghampiri Aries, memberi salam satu persatu sama mereka semua.

Fara dan Lulu keluar dari kamarnya, karena mendengar suara coletehan bayi. Lulu terkejut melihat bocah kecil yang berjalan seperti tuyul. Lucu, gemes menurutnya. Lulu Dan Fara lantas mendekati dan di gendongnya. Reyent berteriak, ia takut dengan wajah asing yang baru di lihatnya. Kedua tangan Reyent melambai-lambai ke arah Stella minta gendong. Reyent menangis memanggil Stella.

"Ndaaa-ndaa-ndaa," panggil Reyent sembari berteriak. Stella langsung meraihnya. Di berinya susu botol yang Lia bikin tadi.

"Hayo lo apain Lulu?"

"Nggak tau gue tiba-tiba nangis," ujar Lulu merasa bersalah. Padahal Lulu cuma hanya ingin menciumnya dan menggendongnya saja. Karena ia gemas.

☆☆☆

Setelah meminum susu, Stella memberikan empeng biar diam tidak rewel. Ia menepuk-nepuk pantatnya dan mengelus-elus kepalanya agar Reyent tenang. Karena merasa enak dan nyaman elusan dan tepukan Bundanya, Reyent kembali tertidur.

Rey menyuruh menidurkannya di kamar yang sudah di siapkan dari jauh hari.

Stella menurut, ia beranjak berdiri dan melangkah mengikuti Rey yang ingin nunjukin kamarnya.

Rey masuk dan menyalakan lampu, karena hari sudah gelap. Sudah pukul tujuh malam. Stella takjub melihat kamar Rey yang begitu elegant. Warna dindingnya pun tidak begitu terang. Ia suka kamar seperti ini, kok Rey tau ya apa yang ia suka. Stella membaringkan Reyent di Baby Box yang tersambung dengan ranjangnya.

Tunggu! Kamar ini, bukannya ini kamar Rey. Lalu Reyent kenapa d suruh tidur di sini? Termasuk dia juga harus tidur di sini?

Tau apa yang Stella lamunin, Rey mendekati Stella dan memeluknya dari belakang. Lalu mencium pipi Stella.

Jantug Stella berdebar-debar karena pelukan dan ciuman Rey yang mendadak.

"Kenapa hem? Kamu tidak suka dengan kamarnya? Atau kurang nyaman?"

"Bukan-bukan aku suka banget kok, tapi apa kamu juga tidur di sini? Sepertinya ini kamar mu!"

"Ya, ini memang kamarku, memang kenapa kalau kamu dan Reyent tidur di sini juga? Disini kamarnya cuma ada tiga room. Satu di tempati Fara dan Lulu. Terus yang satunya di tempati Dicky dan Farel. Mereka semua tinggal di sini. Karena apartment yang di Tebet di tempati Vito dan Sita kekasihnya. Beni sama Aries juga tinggal di sana. Kan sebentar lagi kita akan menikah, jadi tidak masalah kamu tidur di sini. Lagian kita sudah memiliki seorang putra hem! Jika rumahku sudah jadi nanti kita pindah dari sini." Ucap Rey menjelaskannya panjang lebar.

Stella hanya mendengarkan dan mencernanya saja, lalu Rey semakin mengeratkan pelukannya. Dan mencium ceruk leher Stella. Kemudian Rey nunjukin walk in clothes-nya Reyent  yang sudah di penuhi pakaian dan sepatu Reyent.

Stella kagum melihatnya, di pegangnya satu persatu baju dan sepatunya. Semuanya terlihat lucu-lucu, apa lagi jika Reyent sudah memakainya pasti lucu sekali. "Terima kasih Rey," Gumamnya.

"Tidak perlu berterima kasih, aku Ayahnya. Jadi wajar aku memberi dan menyiapkan semuanya untuk Reyent putra kita. Ayo kita keluar, kamu lapar kan belum makan!"

Kemudian Stella mengangguk dan keluar dari Walk in clothes. Mengecek Reyent yang terlelap.

Lalu Rey dan Stella meninggalkan kamar, menghampiri sahabatnya yang masih di ruang keluarga.

"Lama amat sih bos di kamarnya, ngapain dulu tadi bos! ehem ehem dulu ya bos," celetuk Dicky.

"Hahahaha," Tawa Beni yang langsung di sumpel apel oleh Aries. Mulut Dicky dan Beni memang nggak bisa diam, tapi kalau tidak ada mereka apartment terasa sepi.

"Rey hebat juga lo bos bikin anak selucu itu. Apa resepnya bos? ckckck!" Tanya Lulu meledek.

"Rahasia dong, ya nggak Babe!" Jawab Rey sembari menarik pinggang Stella.

"Si Mba Delivery makanan apa? Atau Mba masak?" Tanya Rey pada Fara.

"Nggak tau, belum kedapur gue."

Lalu Rey memanggil Lia yang sudah bekerja dengannya selama empat tahun. Rey nanya masak apa malam ini?  Lia jawab, "Masak sop ABC sama bakar ayam dan ikan gurami."

Sop ABC adalah wortel, kentang dan tomat, di campur kacang tanah, juga sayap ayam. Itu sop kesukaannya Rey. Nancy selalu memberi resep masakan sama Lia. Sewaktu-waktu jika Rey meminta di masakin jadi Lia memasak sesuia resep yang Nancy beri. Lia selalu menuruti kemauan Rey dengan sabar. Karena Lia sudah di pesan oleh Nancy. Rey pun senang dengan Lia, ia bekerja dengan baik, jujur dan rajin.

Kini semua sudah berada di ruang makan, menikmati makan malamnya. Mereka makan sembari berceloteh, entah apa yang mereka bahas, tapi ujung-ujungnya jadi candaan. Dicky yang selalu bikin rame, selalu jadi penghibur.

"Jadi kapan kalian akan menikah Rey?" Tanya Fara.

"Belum tau gue, setelah Bonyok gue udah kerumah Stella." Kata Rey, yang langsung menghentikan candaan Dicky dan Beni.

"Syukurlah lo mau bertanggung jawab atas kebrengsekan lo Rey."

"Kalian semua juga kapan nikah?" Tanya Lulu meledek.

"Boro-boro nikah, kita ini geng jones, jomblo ngenes," celetuk Dicky.

"Eh enak aja, gue kagak ngenes keless. Meski gue jomblo nggak sampai ngenes juga." Ucap Farel yang tak terima di bilang jones. Kini mereka saling meledek. Stella hanya tersenyum melihat tingkah konyol mereka. Ia fokus menghabiskan makanannya.

"Dengerin ocehan kalian gue bisa ikut stress nanti. Lagian kalian cowok punya mulut rempong banget melebihi emak-emak pasar. Dah ah gue mau siap-siap ke Club," Ucap Lulu beranjak berdiri.

"Udah sana main DJ-nya yang bagus ya non Lulu! mumumuaaaaacchhh," ucap Beni dengan senyum gelinya.

"Ihh najis gue lama-lama sama lo Ben," kata Lulu sembari mendomel. Lalu ia masuk kamar mau siap-siap ingin berangkat ke Digantara Club tempat ia bekerja sebagai DJ, Club miliknya Rey. Sedangkan Fara menjadi Strippersnya.

"Stella jangan kaget ya, kita semua memang seperti ini setiap hari. Semoga lo betah tinggal di istana yayang Rey ok? ckckck!" Ucap Beni.

"Eh nggak apa-apa kok, malahan rame," ujarnya sembari tersenyum.

"Aduh halus banget sih ngomongnya," godanya pada Stella. Lalu Rey melempar serbet kearah Beni dengan kesal.

Makan malampun selesai, mereka meninggalkan ruang makan. Bersiap-siap ingin pergi ke Club. Mereka semua memang bekerja di Digantara Club atau Sedap Malam. Stella kembali ke kamar membangunkan Reyent. Karena Reyent belum mandi, pasti badannya lengket semua. Paling tidak Stella ingin mengelap dengan air hangat menggunakan handuk kecil.

Setelah membangunkan Reyent dan membasuh badannya dengan air hangat. Lalu ia memakaikan baju tidur yang Rey beli. Di suruh Rey memakaikannya pada Reyent. Cocok apa tidak? Muat apa tidak. Ternyata muat dan sangat cocok.

Sepertinya Rey juga ingin ke Club, ia ingin mengecek. Karena sudah beberapa hari ini Digantara Clubnya terabaikan. Rey pamit ke Stella cuma sebentar mengecek Clubnya. Sebelum pergi Rey berbicara dulu dengan Reyent. Rey menggendongnya, di terbang-terbangkannya sampai Reyent cekikikan.

Kemudian di berikannya sama Stella. Rey mencium kening Stella, turun ke bibirnya, hanya ciuman singkat. Jantung Stella kembali berdebar-debar akibat ciuman mendadak Rey.

"Aku tinggal dulu ya! Tidak akan lama kok. Jika kamu mengantuk tidur saja duluan ok!"

"Reyent di rumah sama Mimi ya! Nggak boleh nakal. Pipi pergi sebentar." Ujarnya pada Reyent putranya sembari mencium pipi gembul Reyent.

Rey keluar dari kamar dan menghampiri Farel yang sudah menunggunya. Yang lain sudah pergi duluan. Tinggal Farel yang setia selalu menunggu. Karena Farel mau menumpang di mobilnya.

Setelah kepergian Rey, Stella melakukan Video Call dengan Ibu Darmi, Ririn dan Dana. Ibu Darmi merindukan Reyent cucunya. Rumahnya sepi tidak ada Reyent. Melihat wajah Ibu Darmi, Reyent manggil-manggil, "Ti-Ti-Tii,"ucapnya sembari menyentuh layar yang terlihat Tatinya. Wajahnya terlihat seperti mau menangis.

"Reyent kangen sama Tati ya nak! Pulang sini nak, Tati juga kangen sama Reyent." Ujar ibu Darmi.

Obrolan lewat Video call via wechat pun terus berlanjut sampai jam sepuluh malam. Stella mematikan panggilannya, ia terbaring sembari memainkan phonselnyap. Dan Reyent juga guling-guling belum bisa tidur. Berceloteh sembari bermain semaunya.

BERSAMBUNG.

It's Me Rera. 🥰