Sejak semalam, demam Mala tak kunjung turun. Wajah ayunya bahkan terlihat sayu dan pucat. Di dahinya masih menempel kompres untuk menurunkan demamnya.
"Yah, kita bawa ke rumah sakit saja ya! Ibu khawatir."
"Iya bu, ayah akan panggil Mang Ujang buat nyiapin mobil, ibu siapin barang Mala!"
Ayah dan ibu bergegas menyiapankan barang-barang untuk dibawa ke rumah sakit. Setelah siap, ibu membangunkan Mala tetapi Mala tak kunjung bangun. Ibu semakin panik dan berteriak memanggil suaminya.
"Ada apa bu?"
"Mala yah, Mala nggak bangun-bangun." Ujar ibu dengan tangisnya.
Ayah Mala juga berusaha membangunkan Mala tetapi sama, Mala tak bangun. Akhirnya ayah memanggil Mang Ujang untuk membantunya membawa Mala ke mobil. Sebelum itu, ibu memakaikan jilbab kepada Mala. Mereka bergegas ke rumah sakit dengan perasaan khawatir.
Sesampainya di rumah sakit, Mala dibawa ke UGD. Dokter memeriksa Mala, dan syukurlah saat ini Mala sudah siuman meski belum sepenuhnya sadar. Kemudian, Mala dipindahkan ke ruang perawatan. Ayah dan Ibu Mala langsung menghampiri Mala.
"Nak kamu tidak apa-apa?"
Mala merespon dengan anggukan. Setelah itu, ayah diminta menemui dokter untuk menjelaskan kondisi Mala. Ibu masih setia disamping Mala dan meminta Mala untuk tidur. Tak lama ayah datang dan menceritakan yang dikatakan dokter. Syukurlah Mala tidak apa-apa, dia hanya kelelahan baik secara fisik maupun batin. Oleh karena, itu dokter menyarankan supaya Mala dirawat beberapa hari supaya kondisinya membaik.
***
Di depan ruang rawat, ayah dan ibu Mala berdiskusi mengenai hubungan Mala dan Rangga. Ayah memutuskan untuk datang ke rumah orang tua Rangga, beliau akan membatalkan pertunangan putrinya dengan Rangga. Ibu juga setuju, semakin cepat semakin baik. Mereka tak ingin putri mereka menderita lebih lama karena masalah ini.
Malam harinya, ayah Mala benar-benar ke rumah orang tua Rangga. Rangga tampak terkejut melihat ayah Mala datang. Setelah itu, Rangga disidang oleh orang tuanya dan juga ayah Mala. Ayah Mala sudah menceritakan semuanya kepada orang tua Rangga, orang tua Rangga sangat kecewa dan malu mengetahui kelakuan putra mereka.
"Maafkan saya mas karena sudah gagal mendidik Rangga, saya sangat malu dan kecewa dengan kelakuannya." Ujar ayah Rangga.
"Saya tidak bisa menyalahkan kamu, tapi saya minta pertunangan mereka dibatalkan saja. Saya tidak mau putri saya semakin menderita jika pertunangan ini dilajutkan."
Orang tua Rangga tampak terkejut, tetapi setelah memikirkan keadaan Mala akhirnya mereka pun menyetujui permintaan ayah Mala.
"Bagaimana keadaan Mala mas?" tanya Ibu Rangga.
"Mala saat ini dirawat di rumah sakit, bahkan Mala mengalami kecelakaan tepat di malam dia melihat Rangga berselingkuh."
Mendengar penuturan ayah Mala orang tua Rangga sungguh merasa bersalah, bahkan ibu Rangga menangis. Orang tua Rangga memang menyayangi Mala dan berharap Mala akan menjadi menantu mereka, tetapi sekarang mereka benar-benar malu dengan kelakuan anak mereka. Mereka sudah tak punya muka untuk menolak permintaan ayah Mala.
"Sekali lagi maafkan kami mas," ujar ayah Rangga.
Setelahnya ayah Mala pamit dan kembali ke rumah sakit. Sedangkan Rangga, saat ini menerima kemarahan ayahnya. Bagaimana ayah Rangga tak marah, dia benar-benar sudah mempermalukan keluarga mereka.
***
Di Polpres.
Tara dan Dani sedang berjaga malam ini bersama beberapa rekan lainnya. Mereka seperti biasa mengobrol berbagai hal, tapi entah kepada pada akhirnya pembicaraan mereka sampai pada Mala.
"Tar, menurut kamu Mbak Mala itu gimana?" tanya Dani.
"Kenapa?"
"Sepertinya dia sedang banyak masalah,"
"Dari mana kamu tahu?"
"Dari wajahnya itu, dia terlihat murung meski tersenyum bahkan tatapan matanya terasa hampa. Bahkan kemarin katanya dia sakit kan?"
Tara diam, tetapi dalam hatinya dia setuju dengan ucapan Dani. Bahkan saat ini, dia merasa khawatir dengan gadis itu. Tara merasa aneh saja, pasalnya dia dan Mala baru mengenal tetapi dia merasa ada ikatan emosional jika dekat dengan Mala.
"Eh, malah bengong."
"Aku merasa khawatir." Ujar Tara tanpa sadar.
"Jangan-jangan kamu suka sama dia Tar?"
"Apaan sih Dan, ngaco."
"Suka juga nggak papa sih, berdoa aja dia masih single." Goda Doni.
Entah kenapa, Tara memang merasa kagum pada Mala. Mungkin karena aura dari Mala menyejukkan atau bagaimana. Tapi di mata Tara, Mala adalah gadis yang meneduhkan. Dia terlihat seperti gadis lemah lembut tetapi begitu mandiri. Dia cantik, anggun, dan juga ramah. Ditambah dia sangat sholihah, dan tulus.
"Gue pasti udah gila," monolog Tara.
Mungkin tanpa sadar Tara sudah terjerat oleh sosok Mala.
Di rumah sakit,
Mala sudah sadar, saat ini dia tengah disuapi oleh ibunya. Dia hanya mampu menelan makannya beberapa suap saja.
"Makan yang banyak sayang, supaya kamu cepat pulih!"
"Mala tidak berselera bu, rasanya tidak enak."
"Kamu mau ayah belikan apa nak?"
Mala menggeleng.
"Kapan Mala bisa pulang?"
"Beberapa hari lagi jika kondisimu sudah membaik,"
Mala berusaha bangun, karena dia harus menjalan kewajibannya. Ibu membantu Mala mengambil air wudu dan menjaganya sewaku mengerjakan salat. Dalam dzikirnya Mala menangis, dia meminta Allah untuk menguatkan dirinya dna juga ayah ibunya. Dia sama sekali tak menyalahkan takdir yang begitu pelik ini, dia hanya meminta supaya diberikan ketabahan. Karena Mala yakin Allah selalu bersamanya.