Audi sedang duduk di pinggir lapangan dan melihat Alex yang sedang memainkan bola sepak di tengah lapangan. Entah mengapa ia teringat dengan sosok Kenzie lagi.
Di ujung kooridor, Audi seperti melihat Kenzie yang sedang berjalan bersama Aura. Tanpa berpikir panjang, Audi langsung berlari mendekati mereka.
"Ini maksudnya apa?" tanya Audi sembari menatap Kenzie dengan penuh tanda tanya.
"Mulai sekarang, Kenzie adalah milik gue seutuhnya dan lo jangan pernah gangguin dia lagi atau lo akan terima akibatnya," sahut Aura.
Sementara Kenzie hanya diam dan menutup mulutnya rapat. Audi menatap Kenzie tidak percaya.
"Gue nggak nyangka lo jahat sama gue. Kemarin lo bilang mau memperbaiki hubungan sama gue, terus sekarang lo jalan sama cewek lain. Sebenarnya maksud lo apa?"
Audi menahan tangis dengan bersusah payah. Ia tidak mau terlihat lemah di hadapan Kenzie. Sejujurnya Kenzie sangat tidak tega melihat Audi seperti ini. Ia juga ingin memeluk gadis itu secata erat.
"Maafin gue," ucap Kenzie.
Audi menatap Kenzie beberapa detik. "Cuma maaf doang?"
Kenzie berbalik menatap Audi. "Terus gue harus apa?"
"Terserah lo deh! Gue kecewa sama lo!"
Kenzie hanya bisa menatap Audi saja. Jika ia mengejar Audi, pasti Aura akan sangat marah dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan nyawa gadis kesayangannya itu.
"Udahlah, ayo ke kelas aja," ucap Aura lalu menarik tangan Kenzie.
***
Alex menatap Audi dengan bingung. Ia tidak tahu jika Audi bertemu Kenzie.
"Lo kenapa cemberur gitu?" tanya Alex.
Audi menggelengkan kepalanya.
"Beneran?" tanya Alex untuk memastikan.
Akhirnya air mata Audi yang sedari tadi tertahan, kini luruh dengan derasnya. Refleks, Audi langsung memeluk Alex dengan erat. Alex terkejut karena Audi memeluknya, tetapi ia langsung membalas pelukan Audi.
"Sssttt, jangan nangis. Kalau nangis, nanti cantiknya hilang lo," bisik Alex ke telinga Audi.
"Kenapa dia selalu jahat sama gue? Kenapa perasaan gue selalu dibikin kecewa sama dia? Kenapa?" tanya Audi dengan menangis.
Alex menatap Audi tak tega. "Mungkin semuanya nggak seperti yang lo lihat."
"Nggak mungkin gimana? Orang tadi udah jelas-jelas kok."
"Udah jangan nangis lagi. Yuk ke kelas," ajak Alex untuk mengakhiri obrolan galau ini.
Selama pelajaran, Audi hanya diam dan pandangannya kosong. Sedari tadi Alex memperhatikan Audi lalu mencoba membuyarkan lamunannya, tetapi Audi tidak kunjung merespons.
"Jangan ngelamun terus," bisik Alex ke telinga Audi.
Audi menoleh lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Alex. "Biarin, daripada dengerin ocehan guru yang nggak jelas."
Alex hanya menggelengkan kepala ketika mendengar ucapan Audi.
Selang sepuluh menit, bel istirahat yang ditunggu-tunggu berbunyi juga. Audi langsung menelungkupkan tubuhnya diatas meja. Tulang-tulang yang awalnya kaku, kini lumayan tidak kaku.
"Ke kantin yuk," ucap Alex.
Audi menggeleng dengan cepat. Ia tidak mau bertemu dengan Kenzie dan juga Aura. Karena jika melihat mereka, sama saja Audi membunuh perasaannya secara perlahan.
"Yaudah deh. Lo nggak mau nitip sesuatu gitu sama gue?" tawar Alex.
Audi diam sejenak dan berpikir.
"Cepetan, mumpung gue belum tukar pikiran nih," sambung Alex.
"Oke, gue nitip mie ayam satu sama es teh manis ya. Bilangin juga kalau mie ayamnya harus yang pedes banget," oceh Audi.
Alex mengangguk. "Tapi sambelnya dikit aja, gue nggak mau lo sakit gara-gara kepedesan."
Bibir Audi manyun dengan sendirinya. Ia hanya bisa menghembuskan nafas panjang dan melihat Alex yang mulai menjauh dari pandangannya.
***
Pelajaran hari ini telah usai. Audi merapikan semua barangnya dan memasukkan ke dalam tas. Hari ini cukup banyak menyita tenaga dan pikiran, terlebih lagi banyak tugas yang diberikan oleh guru.
Alex dan Audi berjalan menuju parkiran dengan berdampingan. Mereka tidak sengaja bertemu dengan Kenzie dan Aura yang juga hendak menuju parkiran.
"Eh, dunia sempit banget, ya. Dimana-mana ketemunya sama dia terus," sindir Aura dengan menatap Audi sinis.
Rasanya Audi ingin menjambak rambut Aura, tetapi dengan sekuat tenaga ia menahan.
Aura menatap Audi tajam. "Ngapain lo lihat-lihat Kenzie? Nggak pernah lihat cowok ganteng, ya?"
"Apaan sih! Norak tau nggak!" jawab Audi dengan keras.
Kenzie menatap Audi sekilas lalu menatap Aura yang ada disampingnya. "Lo mau pulang, kan? Udah ayo cepetan pulang. Jangan bikin keributan disini."
Audi hanya menatap Kenzie yang berlalu dihadapannya. Hatinya sangat sakit karena Kenzie sama sekali tidak peduli dengan keberadaannya. Mengapa dia berubah?
"Yuk pulang," ucap Alex seraya membuyarkan lamunan Audi.
***
Audi sedang memakan nasi goreng di balkon kamarnya. Ia menyuapkan nasi goreng dengan gusar. Pikirannya terus teringat tentang kejadian tadi siang bersama Kenzie dan Aura. Ingin sekali Audi menjambak rambut Aura.
"Hih! Ngeselin banget sih tuh nenek lampir! Untung aja gue bisa nahan emosi, kalau nggak mungkin rambutnya udah jadi keriting," ucap Audi dengan kesal.
Lina membuka pintu kamar Audi dengan perlahan. Ia tidak sengaja mendengar Audi yang sedang ngedumel sendiri.
"Kamu kenapa?" tanya Lina.
Audi menoleh ke arah sumber suara. Ia terkejut melihat Lina yang sudah ada di belakangnya. "Loh? Sejak kapan kakak disini?"
Lina tersenyum. "Barusan aja sih. Kakak dengar kamu teriak-teriak, jadi kakak kesini aja."
Audi hanya menebarkan senyum yang memperlihatkan barisan gigi putihnya dan juga ia menggaruk lehernya yang tidak gatal.
"Kamu lagi ada masalah?"
Audi mengangguk. "Ya gitulah kak, biasa sama Kenzie."
"Memangnya dia kenapa lagi? Bikin hati kamu sakit?"
"Enggak kok. Cuma dia tiba-tiba berubah dan semakin dekat sama cewek yang namanya Aura."
Lina menatap wajah Audi. "Aura itu siapa?"
Audi menarik nafas dalam. Ia sangat malas jika harus menjelaskan Aura si nenek lampir itu. "Dia itu cewek yang dijodohin sama Kenzie."
"Oh, terus?"
"Selama hari ini, dia selalu ada disamping Kenzie dan Kenzie nggak marah sama sekali. Padahal biasanya Kenzie anti banget kalau dideketin sama Aura. Sikap dia ke aku juga berubah padahal kemarin-kemarin manis. Aku jadi curiga sama mereka."
Lina tersenyum. "Jangan gampang berburuk sangka gitu. Coba kamu kirim pesan atau nggak telfon Kenzie, siapa tau dia ada masalah dan bikin dia menjauh dari kamu."
Audi menganggukkan kepala dan kemudian Lina pergi keluar dari kamar Audi. Kini Audi berjalan menuju kasurnya. Tangannya meraih ponsel yang ada di meja kecil dan membukanya. Tampilan ponsel itu memperlihatkan Audi dan Kenzie yang sedang tertawa bahagia.
"Kenzie.....gue kangen banget sama lo," ucap Audi.
Audi mengetikkan pesan kepada Kenzie. Ia menanyakan kabar Kenzie dan mengapa sikapnya berubah hari ini. Setelah pesan itu terkirim, Audi membuka galeri dan melihat foto-foto dirinya bersama Kenzie. Tak lama kemudian, Kenzie membalas pesan Audi dengan jawaban menohok. Disana, Kenzie membalas jika meminta Audi untuk tidak menghubunginya lagi.
"Hah? Apa maksudnya ini? Kenapa lo jahat banget sama gue? Kenapa lo seneng banget bikin hati gue sakit? Kenapa kemarin lo bikin gue bahagia dan sekarang bikin gue jatuh sejatuh-jatuhnya? Kenapa? KENAPA?!"