Chereads / Adore You / Chapter 44 - Chapter 44

Chapter 44 - Chapter 44

Audi membuka matanya dengan perlahan, ia malas bertemu dengan Alex semenjak kejadian kemarin. Audi tidak menyangka jika Alex memiliki perasaan lebih kepadanya. Selama ini Audi hanya menganggap Alex sebagai kakaknya dan tidak lebih.

"Maafin gue," ucap Alex sembari mendekat ke arah Audi yang menuruni tangga.

Audi tidak menjawab, ia langsung berjalan keluar dari rumah dan menyalakan sepeda motor. Alex segera menyusul langkah kaki Audi, ia tidak ingin Audi berangkat ke sekolah sendirian.

"Bareng gue aja, gue nggak mau lo kenapa-napa," kata Alex kemudian tangannya mengambil kunci sepeda yang sudah terpasang.

"Ngapain lo masih peduli sama gue? Gue kan udah bilang kalau gue benci sama lo!"

"Jangan kayak gini, gue tau lo cinta sama Kenzie. Apa nggak ada sedikit kesempatan buat gue?" tanya Alex sembari menatap kedua mata Audi yang indah.

"Lo udah gue anggap sebagai kakak gue sendiri. Lo juga tau kalau cinta gue ke Kenzie itu besar, dan mungkin lo nggak bakal bisa ganti posisi Kenzie sampai kapanpun."

Alex terdiam, bibirnya tak mampu menjawab semua ucapan Audi. Ia kalah jika harus berhadapan dengan Audi, rasa cintanya terlalu besar. Andai saja Alex bisa menjadi Kenzie, mungkin ia sudah menjadi salah satu lelaki yang sangat beruntung di dunia ini.

Audi berjalan menuju kelas dengan malas, ia sangat tidak semangat pergi ke sekolah hari ini. Ditengah kooridor, Audi bertemu dengan Aura dan Riza. Mereka menatap Audi tajam.

"Kenapa lo murung gitu? Kenzie udah nggak cinta lagi sama lo, ya?" tanya Aura lalu disusul senyum liciknya.

"Bisa nggak sih mulut lo diam? Lagipula ngapain ngurusin hidup gue? Gabut banget ya?" jawab Audi dengan menatap Aura setajam silet. Ia tidak suka djganggu dengan nenek lampir seperti Aura.

"Tahan, princess nggak boleh marah pagi-pagi. Apalagi sama dia, nggak level banget." Aura berjalan menjauh dari Audi.

"Dasar nenek lampir!"

Alex menunggu Audi di dalam kelas. Senyumnya mengembang ketika melihat kedatangan Audi, perasaannya sangat bahagia sekaligus kecewa dengan sikap Audi.

"Maaf," ucap Alex.

"Nggak ada maaf buat lo."

"Please maafin gue. Perasaan ini datang karena terbiasa, lagipula gue nggak bisa menolaknya. Apa lo nggak capek terus mengejar Kenzie yang mulai menjauh? Apa lo nggak ingin mencoba hubungan baru dengan seseorang yang selalu mengkhawatirkan lo dalam keadaan apapun?"

Kini giliran Audi yang terdiam, ia mencoba mencerna semua kata-kata yang keluar dari mulut Alex. Audi tidak tahu harus merespon seperti apa. Logikanya mengatakan untuk mencoba memaafkan Alex, tapi hatinya mengatakan tidak.

"Kenapa diam aja, hm?" tanya Alex.

"Apaan sih, nggak jelas banget," jawab Audi lalu bergegas pergi meninggalkan kelas.

Kenzie tidak sengaja menabrak seorang gadis yang ada di depannya. Audi terjatuh ke lantai, badannya terasa sakit ketika hendak berdiri.

"Sorry," ucap Kenzie.

"Kenzie?"

"Audi?"

"Lo kemana aja? Gue kangen sama lo," ucap Audi dengan menatap kedua mata Kenzie.

"Gue juga kangen sama lo," balas Kenzie.

"Jangan jauhin gue, ya? Gue nggak bisa jauh dari lo." Kenzie hanya diam, ia bingung harus mengatakan apa kepada Audi. Kenzie tidak ingin menyakiti hati Audi, tetapi ia juga ingin Audi selamat dari ancaman Aura.

"Gue nggak bisa."

"Kenapa?"

"Aura akan terus ganggu hidup lo kalau lo masih ada di dekat gue. Gue juga sayang sama lo, Di. Sampai kapanpun gue tetep sayang sama lo. Tapi mau gimana lagi, gue nggak ingin keselamatan lo terancam gara-gara keberadaan gue."

"Tapi kita bisa lewati ini sama-sama, Kenzie," ucap Audi sembari menahan tangisnya.

"Gue selalu sayang sama lo, sampai kapapun. Gue janji," balas Kenzie lalu mengusap puncak kepala Audi pelan. Ia tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan gadis yang sangat dicintainya itu.

Bel istirahat berbunyi, Audi sedang duduk dan melamun di depan kelas. Ia masih terngiang-ngiang dengan ucapan Kenzie tadi. Audi bingung mengapa ada jarak yang begitu besar diantara dirinya dan Kenzie? Apakah semesta tidak mengizinkan mereka untuk bersama?

"Ngelamun aja, ke kantin yuk," ajak Alex.

"Gue lagi mau sendiri," jawab Audi cuek.

"Segitu fatal kesalahan gue? Apakah mencintai lo itu salah besar? Gue juga nggak tau mengapa perasaan ini ada. Kalau akhirnya kayak gini, gue juga nggak mau cinta sama lo. Tapi gimana lagi, udah takdirnya."

Ucapan Alex membuat mata hati Audi terbuka. Tidak seharusnya ia memarahi Alex seperti ini, toh ini semua datang dengan sendirinya.

"Maaf," ucap Audi.

"Maaf untuk?"

"Maaf karena gue egois, maaf karena hari ini gue cuekin lo tanpa alasan yang jelas. Maaf untuk semuanya," kata Audi sembari menatap mata Alex.

"Makasih ya karena lo nggak benci gue lagi."

"Yuk ke kantin," ajak Audi dengan semangat.

Di kantin, Kenzie melihat Audi yang sedang tertawa dengan Alex. Mereka tampak sangat bahagia. Kenzie hanya diam, ia tidak tahu harus bahagia atau sakit hati ketika melihat gadis yang dicintainya itu tersenyum karena orang lain.

Jeff dan Rafy menatap Kenzie, mereka tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Kenzie hingga melamun seperti ini.

"Kalau masih sayang harus dikejar, gue nggak tega lihat lo kayak gini," ucap Jeff.

"Bener tuh, cinta butuh pengorbanan," sahut Rafy.

"Gue nggak mau hidup Audi terganggu karena gue," jawab Kenzie lalu membalikkan pandangannya menatap teman-temannya.

"Gue tahu, ini pasti susah buat lo. Gue juga nggak bisa bantu apa-apa," balas Jeff.

"Iya, gue juga pasrah aja apapun yang terjadi," kata Kenzie.

Semua pelajaran hari ini telah usai. Audi sedang membereskan semua barangnya dan memasukkan ke dalam tas. Sementara itu, Alex sedang menunggu Audi di depan kelas.

Riza dan Aura duduk di depan kelas, mereka menunggu Audi keluar karena ingin beradu mulut. Tak lama kemudian, Audi keluar dari dalam kelas dan berjalan menuju Alex.

"Loh, sekarang udah pindah ke lain hati? Bagus deh, gue nggak perlu pakai cara kekerasan," ucap Aura dengan tersenyum miring.

"Bener tuh, katanya aja cinta sama Kenzie itu besar. Tapi malah kayak gini kelakuannya, dasar nggak jelas," timpal Riza.

Audi hanya diam, rasanya sangat sakit dan membuat hatinya sesak. Ia tidak membalas semua ucapan Riza dan Aura, Audi langsung berlari menuju parkiran dengan menangis.

"Bisa diam nggak? Dasar cewek nggak jelas!" ucap Alex lalu pergi.

Sepanjang perjalanan, Audi hanya diam dan sesekali menyeka air matanya. Ia masih tidak menyangka jika Riza berubah total, Audi sangat merindukan Riza yang dulu. Andai saja waktu bisa diulang kembali, Audi hanya ingin Riza menjadi sahabat untuk selamanya.