Audi termenung diatas balkon kamarnya. Ia masih memikirkan tentang tadi, apakah Aura sangat membenci dirinya? Air matanya menetes, Audi menangis tanpa suara. Ia ingin hidup seperti dulu yang tenang, apakah ia tidak boleh mencintai Kenzie?
Alex memperhatikan Audi dari bawah, ia sangat kasihan ketika melihat Audi seperti ini. Alex berinisiatif untuk mengajak Kenzie bertemu dengan dirinya, untuk membahas tentang ini semua. Ia memilih tempat belakang sekolah karena disana sepi.
"Maksud lo apa nyakitin Audi?" tanya Alex.
"Siapa yang nyakitin? Gue kayak gini biar Audi selamat dari jebakan Aura," jawab Kenzie. Alex tidak terima dengan jawaban yang keluar dari mulut Kenzie, menurut dirinya itu sangat tidak masuk akal.
"Halah, ngomong aja kalau lo mau nyakitin dia kan?" protes Alex dengan menatap Kenzie tajam.
"Kalau lo nggak tau kebenarannya, jangan menyimpulkan sendiri!" bentak Kenzie. Ia tidak terima dengan semua ucapan Alex.
"Gue nggak akan biarin hati Audi terus sakit gara-gara cowok nggak jelas kayak lo! Gue bakal bikin Audi jatuh cinta dan ngelupain lo selamanya!" jawab Alex lalu pergi.
Ucapan Alex tadi membuat Kenzie terdiam. Ia tidak bisa menerima itu, tapi disisi lain ia ingin menyelamatkan Audi dari jebakan konyol yang akan direncanakan Aura. Kenzie mengusap rambutnya gusar, ia bingung harus bagaimana.
Audi sedang duduk di depan televisi sembari melihat film aktor kesayangannya, yaitu Jefri Nichol. Ia melihat Alex yang masuk ke dalam rumah. Audi bingung, sebenarnya Alex habis darimana?
"Lo habis keluar?" tanya Audi dengan menatap Alex.
"Iya, tadi ke indomaret doang. Kenapa memangnya?" jawab Alex lalu Audi menggelengkan kepalanya. Alex masuk ke dalam kamarnya, ia tidak ingin merusak kegiatan Audi.
Udara malam sangat sejuk, Kenzie berada di warung depan sekolah bersama teman-temannya. Kenzie hanya diam, ia tidak ikut ke dalam obrolan teman-temannya. Pikirannya selalu tertuju pada ucapan Alex tadi, suara itu terus mengiang-ngiang di telinganya. Apakah Kenzie harus meminta maaf pada Audi? Namun bagaimana jika Aura akan melakukan hal yang tidak diinginkan pada Audi? Entahlah, Kenzie sangat bingung menentukan pilihannya.
"Lo kenapa sih? Kelihatannya bingung banget," ucap Jeff sembari menepuk pundak Kenzie agar ia sadar dari lamunannya.
"Nggak. Gue cuma mikirin Audi, gua cabut dulu ya." Jeff hanya menatap Kenzie yang menjauh.
"Kenapa sih anak itu?" tanya Jeff.
"Gue juga nggak tau, aneh banget deh," jawab Rafy.
****
Hari ini Audi sangat tidak semangat untuk pergi ke sekolah, ia hanya ingin tiduran saja di kamarnya. Audi malas bertemu dengan Kenzie, apalagi Aura yang selalu menguras emosinya. Alex membujuk agar Audi mau berangkat ke sekolah.
"Males ah," tolak Audi.
"Nggak boleh gitu. Udah ayo, cepetan ganti seragam sana. Ntar keburu telat," ucap Alex lalu menyuruh Audi berjalan ke kamarnya. Dengan terpaksa, Audi menuruti kata-kata Alex.
Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Audi hanya diam saja. Ia tidak mood untuk berbicara, Audi masih kesal dengan Alex yang memaksanya untuk pergi ke sekolah.
Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di sekolah. Audi langsung turun dari motor dan melepas helm yang ada di kepalanya. Ia berjalan menuju kelas tanpa menunggu Alex, Audi masih kesal dengan Alex. Sementara Alex, ia berlari untuk menghampiri Audi.
"Lo kenapa sih? Gue salah emangnya?" tanya Alex.
"Salah! Gue malas ke sekolah tau," jawab Audi dengan memelototi Alex. Tapi Alex malah terkekeh pelan. "Apaan sih, malah ketawa lagi!" sambung Audi lalu pergi.
"Yaudah sih, maafin gue dong," bujuk Alex.
"Nggak," jawab Audi.
Dari kejauhan, Kenzie melihat Alex dan Audi yang sedang bermain kejar-kejaran. Hatinya panas, tangannya mengepal dengan sendirinya. Kenzie ingin memukul pipi Alex, ia tidak terima jika Audi bahagia bersama Alex daripada dirinya.
Aura berjalan menghampiri Kenzie, ia tahu jika Kenzie sakit hati melihat hal ini. Aura bertepuk tangan yang membuat Kenzie menatap dirinya. Ia tersenyum licik, lalu mengajak Kenzie ke dalam kelas. Aura ingin membicarakan sesuatu.
"Lo nggak lupa sama ucapan gue waktu itu, kan? Gue nggak main-main lho. Kalau lo dekat sama Audi lagi, gue bakal jalanin rencana gue," bisik Aura di telinga Kenzie.
Tangan Kenzie mengepal, tetapi ia sadar jika memberontak bukan jalan yang terbaik. "Gue ingat kok, dasar cewek jahat," ucap Kenzie lalu pergi.
"Lihat aja, lo bakal takluk sama gue. Dan Audi, bakal hancur dengan sendirinya," ucap Aura sembari melihat punggung Kenzie yang menjauh.
Selama pelajaran berlangsung, Audi hanya diam. Ia sama sekali tidak memperhatikan guru menjelaskan, Audi sangat malas untuk belajar. Alex menatap Audi yang setengah mengantuk, lalu ia menepuk pundak Audi agar ia sadar.
Bel istirahat berbunyi, kantuk Audi tidak bisa ditahan lagi. Ia meletakkan wajahnya diatas meja lalu matanya memejam dan terlelap tidur. Alex tertawa kecil karena melihat Audi yang tertidur. Sementara itu, Kenzie sedang berada di depan kelas Audi. Ia melihat Alex yang sedang berusaha menggoda Audi yang tengah tertidur.
"Udahlah, mungkin dia lebih bahagia sama Alex. Kalau lo tetep kekeh mau deketin dia, kasihan Audi juga kan," ucap Jeff.
"Tapi gue nggak rela," jawab Kenzie.
"Kadang cinta itu butuh pengorbanan. Udahlah, yuk ke kantin ntar keburu rame," ajak Rafy lalu mendorong badan Kenzie agar menjauh dari kelas Audi.
Kenzie memutar bola matanya ketika Aura dan Riza mendekat ke arahnya. Saat ini, Kenzie malas meladeni Aura yang tidak jelas itu. Ia bangkit dari duduknya, lalu berjalan meninggalkan kantin. Namun tangannya ditahan oleh Aura yang membuat ia terduduk. Sungguh, Kenzie malas dengan semua ini.
Audi terbangun karena Alex terus mengganggu tidurnya. "Lo ngapain sih? Gue enak-enak lagi tidur nih," ucap Audi dengan menatap Alex tajam.
"Maaf ya, habisnya lo sih ngebo mulu."
"Kan gue ngantuk," jawab Audi.
Bel pulang sekolah berbunyi, Audi sedang menunggu Alex menngemasi barang. Ia tidak sabar untuk sampai di rumah dan melanjutkan tidurnya. Akhirnya, Audi dan Alex berjalan menuju parkiran yang sangat ramai itu. Di tengah kooridor, Audi bertemu dengan Alex yang sedang bergandengan tangan dengan Aura. Dadanya sesak, ia harus kembali merasakan sakit hati ini.
"Udah ayo, nggak penting ngurusin dua orang nggak jelas ini," ucap Alex dengan menatap Alex dan Aura tajam. Audi hanya diam ketika tangannya ditarik oleh Alex, ia tidak tahu harus marah atau bagaimana.
Sedangkan Kenzie, ia hanya bisa menatap Audi yang mulai menjauh dari pandangannya. Kenzie benci dirinya sendiri, mengapa ia masuk ke dalam permainan busuk Aura? Sementara itu, Aura terus menarik tangan Kenzie agar berjalan menuju parkiran dan pulang bersama.