Bel istirahat berbunyi, Audi dan Alex sedang duduk di dalam kelasnya. Audi tidak ingin ke kantin karena malas bertemu dengan Aura. Alex menatap Audi cukup lama, ia kasihan melihat Audi dengan kondisi yang seperti ini. Ia tidak terima jika Audi harus dimusuhi oleh sahabatnya sendiri.
"Lo kenapa ngelamun, Lex?" tanya Audi bingung.
"Eh, nggak. Siapa juga yang ngelamun?" jawab Alex berbohong, ia tidak ingin Audi mengetahui jika dirinya sedang melamunkan Audi.
Kenzie sedang berjalan menuju kantin, ia sudah ditunggu Jeff dan Rafy disana. Namun ketika Kenzie hendak melangkahkan kakinya, lengannya dipegang oleh Aura. Aura mengajak Kenzie ke taman, ada hal penting yang harus ia bicarakan pada Kenzie.
"Ada apaan sih?" tanya Kenzie dingin.
"Lo mau Audi selamat dari jebakan gue kan?" Kenzie menatap Aura serius, lalu menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Ada syaratnya," sambung Aura.
"Apa syaratnya?" ucap Kenzie.
"Lo harus jauhin Audi dan mau tunangan sama gue. Gimana?" tawar Audi dengan tersenyum sinis. Awalnya Kenzie mengatakan tidak, tapi ini demi kebaikan Audi.
"Yaudah, gue mau." Aura tersenyum simpul. Kenzie memilih untuk menjauhi Audi, ia tidak ingin Audi berada dalam bahaya karena dirinya.
Bel pulang sekolah berbunyi, Audi sedang mengemasi seluruh barangnya lalu berjalan keluar kelas. Saat keluar kelas, Audi bertemu dengan Kenzie dan teman-temannya. Audi menebar senyum ke arah Kenzie, tapi Kenzie hanya diam. Ia tak membalas senyuman Audi. Jeff dan Rafy pun bingung, lalu mereka mengikuti langkah kaki Kenzie yang pergi menjauh dari Audi.
"Kenzie kenapa ya? Kok kelihatannya cuekin gue. Apa dia marah sama gue?" tanya Audi dengan menatap Alex.
"Nggak tau, mungkin dia PMS kali," jawab Alex.
"Ih, mana bisa?" protes Audi kesal lalu berjalan menuju parkiran.
Audi sudah sampai di rumahnya, ia duduk di meja belajarnya. Pikiran Audi terus memikirkan tentang Kenzie, ia tidak tahu apakah Kenzie marah padanya? Tapi kalau marah, apa kesalahan yang diperbuat dirinya?
Audi berjalan ke arah balkon kamarnya, ia ingin mengirim pesan singkat ke Kenzie. Dalam pesan itu, Audi bertanya kepada Kenzie mengapa sikapnya berubah. Ia berharap semoga pesan itu dijawab Kenzie dengan cepat. Tak lama kemudian, muncul notifikasi di ponsel Audi. Dengan cepat, ia membaca pesan balasan dari Kenzie.
"Gue mau lo jauhin gue, anggap aja kita nggak pernah kenal sebelumnya," ucap Audi sambil membaca pesan itu. "Maksud dia apa ngomong kayak gini ke gue?" sambung Audi.
Audi membuka pintu kamarnya lalu berjalan ke bawah untuk mencari Alex. Audi ingin mengajak Alex ke suatu tempat, ia ingin mendinginkan pikirannya. Alex membonceng Audi diatas sepeda motor, Alex tidak tahu tujuan pasti Audi mengajaknya pergi.
"Lo mau kemana sih?" tanya Alex kebingungan.
"Entah, yang penting pikiran dan hati gue dingin," jawab Audi.
"Emangnya panas kenapa?"
"Ada lah, nanti kalau udah sampai di tempatnya gue ceritain semua sama lo," jawab Audi dengan setengah teriak karena angin berhembus sangat kencang.
Mereka sudah sampai di sebuah taman yang sepi, taman ini terlihat kuno tapi bersih. Bulu kuduk Alex berdiri, ia sangat merinding ketika berada di tempat ini. Audi menarik tangan Alex agar dia melangkahkan kakinya dan masuk ke dalam taman ini.
"Kenapa milih tempat serem kayak gini sih?" tanya Alex dengan menatap Audi.
"Ini nggak serem kok, bagus tuh di dalamnya," jawab Audi. Mereka duduk di sebuah bangku yang terbuat dari semen, lalu Audi menceritakan semuanya kepada Alex.
"Kenapa dia tiba-tiba gitu?" ucap Alex.
"Makanya, gue juga nggak tau. Mungkin besok gue bakal cari tahu jawabannya."
****
Hari ini Audi sangat semangat sekolah karena ingin mencari tahu jawaban Kenzie. Ia sudah siap sejak tadi, Audi menunggu Alex yang sedang berganti baju. Mereka berangkat ke sekolah dengan kecepatan diatas rata-rata karena jalanan masih sepi. Audi tidak sabar untuk sampai di sekolah.
Audi berjalan menuju kelas Kenzie, ia bahagia karena ada Kenzie disana. Namun saat Audi mendekat ke arah Kenzie, langkah kaki Kenzie berjalan keluar kelas.
"Kenzie tunggu!" ucap Audi untuk menghentikan langkah kaki Kenzie.
"Apaan?" jawab Kenzie malas.
"Lo ngapain jauhin gue? Apa gue ada salah sama lo?" tanya Audi dengan berjalan ke sebelah Kenzie.
"Nggak ada," jawab Kenzie.
"Terus kenapa lo nyuruh gue buat jauhin lo? Kenapa?" tanya Audi tidak terima. Ia tidak bisa menerima jika perasaannya harus dipermainkan seperti ini.
"Terserah gue, gue udah bosen sama lo."
Ucapan Kenzie menusuk tajam ke hati Audi, ia hanya bisa menatap punggung Kenzie yang berjalan menjauh. Sebisa mungkin, Audi menahan isak tangisnya. Ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan banyak orang.
Audi berada dalam kelas, memorinya terus mengingat tentang kejadian tadi. Apakah Audi salah jika ia mencintai Kenzie? Mengapa Kenzie menjauhinya secara tiba-tiba? Apa alasan Kenzie? Pertanyaan-pertanyaan itu terus muncul dalam benak Audi.
"Lex, apa gue nggak pantas untuk dicintai?" tanya Audi dengan menatap Alex yang berada disampingnya.
"Jangan ngomong gitu, lo pantas dicintai. Mikir positif aja, mungkin Kenzie lagi capek sama dunianya terus imbasnya ke lo," jawab Alex.
"Masa iya?"
"Udahlah, mikir positif aja. Gue yakin dia cuma emosi doang," ucap Alex untuk menenangkan Audi. Ia tidak tega melihat gadisnya disakiti seperti ini, apalagi dengan orang yang sama yaitu Kenzie.
Aura dan Riza mengintip dari jendela, mereka tersenyum puas ketika melihat Audi seperti ini. Sebagian rencana mereka telah berhasil, tinggal menjalankan beberapa sisanya. Aura sangat benci Audi, kini dirinya sudah lumayan puas. Ia akan membuat Audi lebih tersiksa daripada ini.
Riza juga begitu, ia cukup memendam sakit hati pada Audi. Semua ini bermula ketika Audi menjauhi dirinya dan lebih banyak bersama Alex. Sejak saat itu, Riza menjadi jarang mengobrol dengan Audi.
"Gue seneng deh, sebagian rencana kita udah berhasil," ucap Aura dengan menatap Riza yang sedang tersenyum licik.
"Gue juga. Gue nggak sabar untuk menjalankan rencana kita selanjutnya, gue pengen lihat Audi menderita sama kayak gue dulu." Aura tersenyum, lalu berjalan meninggalkan Riza.
Bel istirahat berbunyi, Audi tidak sengaja menabrak Aura di depan kelasnya. Aura menatapnya sangat tajam, Audi hanya melihat saja. Aura mendekat ke arah Audi yang membuatnya melangkahkan kaki kebelakang.
"Lo tau kan kalau baju gue mahal? Seragam gue nggak sama kayak seragam lo yang murahan!" ucap Aura dengan nada tinggi. "Dasar cewek nggak tahu diri!" sambung Aura lalu pergi.
Audi hanya diam, ia tidak membalas perbuatan Aura. Audi menangis dalam diam, ia tidak tahu mengapa Aura begitu membenci dirinya. Apakah karena Kenzie? Jika iya, Audi bisa melepas Kenzie dan Aura tidak perlu memperlakukan dirinya seperti ini. Audi hanyalah perempuan yang lemah namun mencoba terlihat kuat.