Audi meminum segelas susu cokelat di taman rumahnya, sembari menikmati udara pagi yang masih segar. Ia mengirimkan beberapa pesan singkat kepada Kenzie, Audi ingin mengajak Kenzie pergi ke toko buku.
Alex menatap Audi dari jauh, bibirnya tersenyum ketika melihat Audi yang sedang tersenyum dengan memainkan ponsel. Ia berjalan mendekat ke arah Audi, tetapi Audi langsung membuang muka karena masih kesal dengan Alex.
"Lo belum maafin gue?" tanya Alex dengan menatap Audi, tetapi Audi tidak merespon ucapan Alex. "Yaudah, gue minta maaf deh soal kemarin. Nggak baik kalau maafnya nggak diterima," sambung Alex.
"Ih, lo tuh ngeselin banget sih. Yaudah iya, gue maafin," jawab Audi dengan suara yang sudah naik satu oktaf. Alex hanya tersenyum lalu melangkahkan kakinya pergi, Audi meremas tangannya kesal.
Jam menunjukkan pukul sembilan pagi, Audi berada di depan meja riasnya. Ia memulai make up natural, lalu mengambil baju yang cocok untuk digunakan ke mal. Audi memilih gaya ala perempuan tomboy, ia memakai jeans dan kaos pendek.
Lina membuka kamar Audi, ia bingung mengapa pagi-pagi seperti ini Audi sudah rapi. Apakah Audi akan pergi bersama Alex?
"Kamu mau kemana, Di? Kok udah siap pagi-pagi begini," ucap Lina dengan menatap Audi yang sedang memakai lip tint.
"Iya kak, aku mau jalan sama Kenzie soalnya. Kakak mau aku beliin apa? Barangkali makanan gitu?" tanya Audi.
"Terserah kamu aja, hati-hati ya," jawab Lina dengan tersenyum.
Audi menatap punggung Lina yang perlahan menjauh, senyum Audi mengembang. Ia sangat bersyukur karena mempunyai calon kakak ipar seperti Lina.
Kenzie sudah berada di depan rumah Audi, ia mengirimkan pesan kepada Audi. Tak lama kemudian, Audi keluar dari rumah dan berjalan mendekat ke arahnya. Mereka berangkat menuju salah satu mal yang ada di ibukota.
"Mau beli apa?" tanya Kenzie dengan menatap Audi yang sedang melihat setiap toko yang ada.
"Mau beli buku sih, tapi jadi pengen beli baju juga," ucap Audi sembari melihat angka diskon yang terpampang di setiap toko, lalu berjalan masuk ke dalam toko favoritnya.
Kenzie dengan sabar menunggu Audi yang memutar-mutar, tampaknya Audi kebingungan memilih model baju. Kenzie berdiri dan ikut memilih baju, pilihannya jatuh pada baju kembar yang ada.
"Baju ini gimana?" tanya Kenzie dengan memperlihatkan kepada Audi.
"Baju kembar? Emangnya siapa yang mau pakai?" tanya Audi kebingungan, lalu Kenzie menunjuk ke arah Audi dan dirinya sendiri. Audi tersenyum lalu memilih baju itu dan pergi ke kasir bersama Kenzie.
Audi dan Kenzie menghabiskan waktu selama empat jam, sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Audi memasuki rumahnya, ia membawa banyak makanan untuk keluarganya. Sefan langsung membuka makanan yang dibawa Audi, sedangkan Audi melemahkan ototnya yang terasa pegal.
"Tumben bawa makanan banyak? Biasanya kalau lo ke mal nggak pernah gini," ucap Sefan dengan memakan donut.
"Hehe, lagi pengen aja," jawab Audi sambil tertawa kecil.
Alex menatap Audi yang sedang mencoba pakaian berwarna hijau toska yang bertuliskan 'Mine'. Ia menatap Audi cukup lama, Audi terlihat sangat cantik mengenakan baju itu. Audi menyadari jika Alex menatapnya, lalu dengan cepat Alex mengalihkan pandangannya.
Hari mulai beranjak malam, Audi duduk dan memainkan ponselnya. Ia sibuk berbalas pesan dengan Kenzie, mereka membahas tentang baju yang tadi dibeli. Audi mengajak Kenzie memakai baju itu minggu depan saat mereka berencana ke sebuah danau.
"Gue jadi nggak sabar ketemu sama lo, Ken," ucap Audi dengan tersenyum.
***
Audi sudah sampai di sekolah, ia berjalan menuju kelasnya. Namun langkahnya terhenti karena Aura menarik tasnya, Audi menatap Aura dengan tatapan tajam. Ia tidak suka sikap Aura yang menarik tasnya seenaknya sendiri, terlebih lagi Aura adalah calon tunangan Kenzie.
"Mau apa? Jangan cari ribut, ini masih pagi," ucap Audi dengan menatap Aura.
"Gue cuma mau bilang, lo jauhin Kenzie sekarang! Dia milik gue," jawab Aura yang mengeluarkan suara tinggi, Audi menatap Aura kesal.
"Terus kalau Kenzie cinta sama gue gimana?" kata Audi tak mau kalah.
"Lo lihat ini," jawab Aura sembari menunjukan sebuah video yang berdurasi satu menit. Di dalam video itu tampak Kenzie yang sedang memasangkan cincin ke jari manis Aura, Audi tidak bisa menahan amarahnya. "Sekarang semua udah jelas, kan? Nih kalau nggak percaya," sambung Aura dengan menunjukan cincin itu.
Audi tidak menjawab ucapan Aura, ia langsung berlari menuju kelasnya. Air mata Audi tidak bisa terbendung lagi, air matanya keluar secara deras membasahi pipinya. Ia tidak habis pikir dengan Kenzie, mengapa Kenzie tega membohonginya seperti ini?
Alex melihat Audi yang sedang menangis, ia langsung berjalan mendekat ke arah Audi. Alex bingung harus berbuat apa, ia duduk di sebelah Audi.
"Kalau lo butuh sandaran, nih ke pundak gue aja," ucap Alex lalu Audi meletakkan kepalanya di pundak Alex.
"Makasih ya, Lex," jawab Audi singkat.
Audi merasa nyaman ketika berada di dekat Alex, ia merasa seperti ada seseorang yang melindungi dirinya. Alex mengusap rambut Audi pelan, ia membelai rambut itu dengan penuh kasih sayang. Alex akan menunggu Audi untuk menceritakan semuanya.
"Cerita aja sama gue," ucap Alex dengan menatap Audi, lalu Audi menceritakan semuanya kepada Alex. Kini hatinya sudah lebih sedikit tenang, Audi merasa lebih lega.
"Gue harus apa?" tanya Audi.
"Coba lo tanya ke Kenzie baik-baik, siapa tahu itu cuma settingan," saran Alex lalu menatap mata Audi yang menenangkan. Audi mengangguk, lalu berjalan menuju kelas Kenzie.
Kelas Kenzie masih sepi, Audi bersyukur karena sudah ada Kenzie yang sedang bermain game. Kenzie menyadari kedatangan Audi, lalu ia berjalan mendekat ke arah Audi. Kenzie bingung ketika melihat mata Audi yang sembab, apakah Audi baru saja menangis?
"Gue mau tanya sesuatu sama lo," ucap Audi.
"Tanya apa?" jawab Kenzie dengan menatap Audi penasaran.
"Apa benar kalau lo udah tunangan sama Aura?" tanya Audi dengan menatap wajah Kenzie, ekspresi wajahnya tampak bingung. Audi yakin jika semua ini bukan settingan belaka. "Jujur aja," sambung Audi lalu kepala Kenzie mengangguk dengan sendirinya.
"Maafin gue, Audi," jawab Kenzie lemas.
"Tega banget ya, gue nggak nyangka lo giniin gue Ken. Mulai saat ini, gue nggal percaya lagi sama ucapan yang keluar dari mulut lo. Gelang ini gue balikin," ucap Audi dengan menahan tangis, ia melepas gelang itu dan melempar ke arah dada Kenzie.
Audi berlari menuju kelasnya, air matanya sudah menetes. Ia tidak peduli dengan semua orang yang melihatnya, Audi tidak habis pikir dengan jalan pikiran Kenzie. Mengapa Kenzie tega melakukan ini padanya? Apakah Audi tidak pantas untuk dicintai?