Hari ini Audi memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah, badannya panas akibat menangis semalam. Lina kasihan melihat Audi, ia paham bagaimana perasaannya jika berada di posisi Audi. Lina mengompres kening Audi, lalu membawakan semangkuk bubur buatannya.
Audi membuka matanya secara perlahan, ia melihat Lina yang sedang mengompres kepalanya. Audi tersenyum menatap Lina, ia sangat menyayangi Lina walaupun baru saja mengenalnya.
"Kamu makan dulu ya," ucap Lina sambil memberikan bubur tersebut.
"Nggak kak, aku males makan," jawab Audi dengan lemah, namun Lina memaksa Audi untuk memakannya. Dengan berat hati, Audi memasukkan sesendok ke dalam mulutnya.
Alex mendapat pesan singkat dari kakaknya, Audi tidak masuk sekolah dan terpaksa ia harus pergi ke sekolah sendirian. Alex meminjam motor Audi dan segera berangkat menuju sekolah, ia mengendarai motor lumayan pelan karena tidak biasa dengan jalanan Jakarta yang padat ini.
Kenzie melihat Alex yang sedang berjalan menuju kelasnya, ia bingung karena Alex berjalan sendirian. Karena penasaran, Kenzie langsung berlari menghampiri Alex.
"Lo kok sendirian, mana Audi?" tanya Kenzie dengan menatap Alex tak suka.
"Kepo banget sih, bukannya udah putus sama Audi?" jawab Alex lalu berjalan pergi menjauh dari Kenzie.
Tangan Kenzie mengepal dengan sendirinya, entah mengapa hatinya sakit ketika mendengar ucapan Alex. Banyak pertanyaan yang muncul di benak Kenzie, apakah Audi sakit? Ia berjalan menuju kelas Audi dan hendak bertanya kepada Riza.
"Dimana Audi?" tanya Kenzie dengan menatap Riza.
"Nggak tau," jawab Riza cuek. Kenzie hanya terdiam di tempat, mengapa sulit sekali mendapat info keadaan Audi?
Jam menunjukan pukul sembilan pagi, Audi masih di kasur empuknya. Ia menulis di kertas putih sembari memandangi foto Kenzie, hatinya terluka tetapi semua itu tertutup oleh rasa cinta Audi yang sangat besar kepada Kenzie.
Audi fokus kepada apa yang sedang dikerjakan, ia menulis surat itu sepenuh hati. Lina melihat Audi yang sedang sibuk, ia takut jika kondisi Audi menurun lagi. Namun, ia tidak enak hati untuk menegur Audi yang sedang asyik menulis surat.
Surat yang ditulis Audi adalah:
Hai kamu, iya kamu
Kamu yang selalu memenuhi pikiranku
Kamu yang hanya bisa ku lihat dari jauh
Sudah lama aku menunggumu, akhirnya kau jatuh dalam pelukanku.
Maaf, aku tidak bisa mengungkapkan apa yang kurasa, hanya melalui surat ini sebagai mediaku untuk menyampaikan sayang dan kagum padamu.
Maaf aku hanya bisa merepotkanmu, maaf dan maaf saja yang mampu ku ucap.
Mungkin lebih baik seperti ini, aku kembali menjadi seorang misterius yang selalu menaruh surat putih di mejamu.
Mungkin lebih baik seperti ini, aku kembali mengagumi mu dari jauh.
"Kamu istirahat gih, kasihan lo badannya belum sembuh total," ucap Lina dengan berjalan ke arah Audi.
"Iya kak, ini udah selesai kok," jawab Audi lalu membereskan alat tulisnya dan memasukkan surat tersebut ke dalam tasnya.
Jam menunjukan pukul dua siang, SMA Vla sudah pulang sekolah. Audi mengirim pesan kepada Riza, ia bertanya apakah ada tugas hari ini?. Kemudian, Audi berjalan menuruni tangga dan mencari Sefan.
Sefan menatap adiknya yang sedang berjalan ke arahnya, Audi tampak sangat lesu. Bibirnya pucat dan tidak semangat, Sefan merasa kasihan dengan kondisi adiknya itu. Ia tidak akan membiarkan Kenzie semakin menyakiti Audi, Sefan akan menjaga Audi sekuat tenaganya.
"Lo kenapa? Mau ke rumah sakit aja?" tanya Sefan dengan menatap Audi.
Audi menggeleng pelan, "Besok gue sekolah ya, kak?" bujuk Audi dengan memeluk kakaknya itu. Sefan menatap Audi, lalu menempelkan tangan ke dahi Audi.
"Tunggu panasnya ilang dulu," jawab Sefan.
Alex masuk ke dalam rumah Audi, ia melihat Sefan dan Audi yang berada di ruang keluarga. Audi menghampiri Alex menuju meja makan, ia ingin bertanya tentang Kenzie.
"Lex, gue boleh tanya nggak?" ucap Audi ragu.
"Tanya aja," jawab Alex.
"Tadi Kenzie nyari gue, nggak? Terus lo jawab apa?" tanya Audi dengan semangat, Alex menatap kedua mata Audi. Ia tidak habis pikir dengan Kenzie, gadis sebaik Audi disia-siakan seperti ini.
"Gue jawab nggak tau," balas Alex lalu berjalan menuju kamarnya.
Audi menatap punggung Alex, ia kesal karena Alex memberi respon yang tidak baik. Tak lama kemudian, ada Riza di depan rumahnya. Audi berjalan membuka pagar dan menyuruh Riza masuk.
"Ini gue bawain buah," ucap Riza sembari memberikan buah kepada Audi.
"Makasih ya," jawab Audi.
"Tadi Kenzie nyari lo, tapi gue nggak jawab tentang keadaan lo," kata Riza yang membuat Audi semakin kesal, mengapa ia tidak memberi tahu saja keadaan Audi yang sebenarnya?
"Hm, terus?" jawab Audi kesal.
"Tau deh. Besok lo sekolah, kan?" tanya Riza dengan menatap Audi, lalu kepala Audi mengangguk dengan cepat.
"Gue udah siapin surat buat Kenzie," ucap Audi.
"Lo nggak capek ngejar Kenzie mulu? Apalagi sekarang ada Aura yang katanya bakal jadi tunangan Kenzie," ucap Riza.
Audi terdiam seketika, apakah ia tidak salah dengar? Aura akan bertunangan dengan Kenzie? Mengapa Kenzie tidak menceritakan ini semua padanya? Hati Audi sangat sakit, tanpa kendali air matanya keluar dengan sendirinya.
Audi duduk di meja belajarnya, ia ingat dengan ucapan Riza tadi. Apakah Audi harus mempercayai info yang belum benar adanya? Apakah Audi harus menghapus Kenzie dari ingatannya?
"Kamu kenapa, Audi?" tanya Lina yang melihat Audi menangis dan memukul meja.
"Kenzie jahat sama aku kak," ucap Audi lalu memeluk Lina dengan erat. Lina membiarkan Audi memeluknya, ia tahu saat ini Audi sangat rapuh.
"Memangnya Kenzie kenapa?" tanya Lina.
"Dia mau tunangan sama orang lain, tapi nggak pernah jujur sama aku. Kalau ditanya, pasti jawab cuma teman," jawab Audi sesenggukan.
"Mungkin belum sempat, udah kamu jangan nangis ya? Besok kan sekolah, kamu tanya kebenarannya sama Kenzie langsung," balas Lina lalu dibalas anggukan kepala Audi.
Hari sudah mulai larut malam, Audi masih belum bisa tidur. Ia memikirkan tentang Kenzie dan Aura, apakah benar mereka akan bertunangan? Audi mengirim pesan kepada Alex, meminta dirinya untuk menemani Audi bertemu dengan Kenzie esok hari.
Alex membuka ponselnya yang menyala, ada pesan masuk dari Audi. Ia membaca pesan itu dengan seksama, lalu bibirnya tersenyum lebar. Jari jemarinya mengetik di layar ponsel, lalu menekan tombol kirim dan sudah dibaca oleh Audi.
"Kenzie beruntung banget punya pacar kayak lo, Audi. Andai aja lo mau menerima gue, pasti gue bakal jagain lo sekuat tenaga. Selamat malam Audi, semoga mimpi indah," ucap Alex dengan melihat langit yang dipenuhi bintang yang indah.