Hari ini Audi akan pergi ke Semarang bersama keluarganya, ia sudah memberi tahu Kenzie lewat pesan singkat yang dikirimnya. Audi berjalan menuruni tangga untuk sampai di lantai dasar rumahnya, ia membawa sebuah tas besar.
Sefan memasukkan semua barang ke dalam bagasi mobil, Audi dan keluarganya pergi ke Semarang karena ada suatu hal. Sebenarnya, Audi juga tidak tahu ada apa.
"Ini sebenarnya ada acara apa sih?" tanya Audi dengan menatap mamanya yang sedang sibuk mengoleskan bedak ke wajahnya.
"Udah nurut aja, kamu pasti suka deh. Mama jamin," jawab mama Audi.
Audi hanya berdecak, ia harus menahan rasa penasaran ini sampai di Semarang nanti. Audi mengambil ponselnya, ia tidak melihat pesan balasan dari Kenzie. Mengapa akhir-akhir ini Kenzie suka sekali menghilang tanpa kabar?
Sefan menurunkan semua barang dari bagasi, dibantu oleh Audi. Mereka sudah sampai di bandara, Audi menarik lengan Sefan. Ia ingin bertanya tentang semua ini, ada apa sebenarnya?
"Ada acara apa sih, kak? Kok dadakan banget," ucap Audi dengan menatap Sefan, lalu Sefan tersenyum lebar.
"Ada deh, pasti kamu suka," jawab Sefan lalu meninggalkan Audi yang sedang penasaran.
Selama di dalam pesawat, Audi mendengarkan lagu kesukaannya. Ia juga menunggu balasan dari Kenzie, pesan itu sudah terkirim dari satu jam yang lalu tetapi belum ada jawaban dari Kenzie. Audi malas dengan Kenzie, lalu ia mencoba memejamkan matanya.
Audi membuka matanya, ternyata ia sudah sampai di Semarang. Ia berjalan keluar dari pesawat lalu menunggu kopernya yang ada dalam bagasi pesawat. Audi heran dengan Sefan, mengapa ia terus tersenyum dari tadi? Apakah suatu hal itu membuat Sefan bahagia?
"Lo kenapa kak, sehat?" tanya Audi dengan memegang dahi Sefan yang lumayan panas itu.
"Nggak kok," jawab Sefan tersenyum.
Audi semakin curiga dengan semua ini, sebenarnya apa yang sedang direncanakan kedua orang tuanya dan Sefan? Apakah semua ini ada sangkut pahut dengan dirinya? Entahlah semakin dipikirkan, semakin membuat kepala Audi terasa pusing.
Audi berjalan menuju kamar hotel, ia akan tidur bersama mamanya dan Sefan bersama ayahnya. Kamar ini terasa sangat mewah untuk Audi, tidak biasanya keluarga Audi menginap di hotel semewah ini.
"Ini mama yang nyewa? Tumben banget," ucap Audi dengan melihat semua perabotan yang ada dalam kamar hotel iru.
"Nggak sih, ini mama dapat gratisan. Cepat mandi ya, nanti kamu juga tahu sendiri," jawab mama Audi lalu berjalan keluar kamar. Audi berdecak kesal, kemudian mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi.
Hari mulai menjelang malam, Audi memakai gaun berwana merah muda yang cantik. Ia bingung mengapa mama menyuruh dirinya memakai gaun ini, apakah ada acara yang sangat penting?
Audi berjalan menuju lobby hotel, ia dan keluarganya sudah disambut oleh pria yang memakai jas hitam. Audi bingung dengan semua ini, ada apa sebenarnya? Audi masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan, ia hanya menatap pemandangan sekitar.
Tak lama kemudian, Audi sudah sampai di depan rumah mewah bak istana. Ia sangat takjub dengan rumah ini, aksen warna emas membuat rumah ini terlihat sangat mewah. Saat berjalan menuju pintu, Audi sudah disambut oleh banyak pelayan seperti di kerajaan.
"Akhirnya, kamu datang juga ya," ucap perempuan yang seumuran dengan mama Audi.
"Iya jeng, aku udah kangen banget," jawab mama Audi.
Audi, Sefan, mama, dan papanya diarahkan menuju kolam renang yang sangat luas. Audi duduk di kursi yang telah disediakan, walaupun ini hanya acara keluarga biasa namun semua telah dipersiapkan secara baik.
"Ini Audi?" tanya wanita itu dengan menatap Audi.
"Iya," jawab Audi singkat.
Audi melihat ada perempuan yang seusia dengan Sefan berjalan ke arahnya, disamping perempuan itu juga ada laki-laki yang seumuran dengan Audi. Lelaki itu tampak sangat tampan ketika memakai jas seperti ini, tetapi Audi langsung membuang pikirannya jauh-jauh.
Makan malam berlangsung selama dua jam, Audi masih tidak tahu sebenarnya acara ini untuk apa. Ia melihat Sefan yang sedang mengobrol akrab dengan perempuan itu, Audi bingung siapa perempuan itu sebenarnya.
"Audi, kenalin ini Kak Lina calon tunangan gue," ucap Sefan dengan tersenyum ke arah Audi, lalu Audi menatap Sefan tidak percaya. Mengapa Sefan tidak pernah bercerita dengan dirinya?
"Seriusan? Kok lo nggak pernah cerita sih kak," omel Audi kesal lalu Sefan memeluk Audi.
Laki-laki yang dilihat Audi bersama Kak Lina sedang duduk sendirian di tepi kolam, Audi ingin menyapa lelaki itu namun ia mengurungkan niatnya. Audi dipanggil oleh mamanya, ia langsung berjalan ke arah mamanya itu.
"Kenapa, ma?" tanya Audi bingung.
"Kamu ajak ngobrol Alex gih," ucap mama Audi dengan menatap Audi, lalu refleks Audi menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin dekat-dekat dengan lelaki selain Kenzie, Audi menjaga hatinya untuk Kenzie seorang.
"Nggak ah," jawab Audi.
"Udah ayo," paksa mama Audi, dengan terpaksa Audi menuruti ucapan wanita nomor satu di hidupnya itu.
Audi mendekat ke arah lelaki yang bernama Alex itu, lalu Alex menatap Audi. Sebenarnya Audi ingin menyapa Alex, tetapi ia ragu. Alex menatap Audi sekilas lalu kembali menatap kolam, Audi bingung dengan sikap Alex yang penuh tanda tanya ini.
"Lo kenapa?" tanya Audi dengan menatap Alex.
"Bukan urusan lo," jawab Alex cuek.
"Ya emang bukan sih, tapi gue cuma tanya aja. Siapa tau gue bisa bantu," ucap Audi lalu mencelupkan kakinya ke dalam kolam renang yang luas itu.
Tidak ada jawaban dari Alex, ia hanya diam saja. Audi semakin penasaran dengan Alex, mengapa ia tidak menjawab pertanyaan Audi? Apakah masalah Alex sangat berat? Entahlah, Audi tidak mau ambil pusing memikirkan itu.
Jam menunjukan pukul sepuluh malam, Audi sudah menguap beberapa kali. Mata Audi semakin susah dibuka, ia ingin memejamkan matanya dan terlelap dalam tidur. Audi mencoba membuka mata, berharap mamanya berhenti bercerita dengan mama Kak Lina.
"Kamu udah ngantuk, Audi? Ya sudah, kita langsung menyampaikan intinya saja," ucap Tante Ratih, mama Kak Lina. "Lina akan bertunangan dengan Sefan, lalu Alex akan menyusul dengan Audi," sambung Ratih.
Mata Audi yang semula mengantuk, kini menjadi terbuka lebar. Apakah Audi tidak salah dengar? Apakah ini semua hanya mimpi? Audi mencubit pipinya dan terasa sakit, artinya ini semua tidak mimpi.
"Nggak, Audi nggak mau," jawab Audi dengan kesal.
"Alex juga nggak mau," sahut Alex dengan menatap Ratih lalu beralih menatap Audi.
"Nggak mau kenapa? Kalian kan belum saling kenal, bisa kenalan dulu. Lagi pula tunangannya masih lama kok," ucap mama Audi dengan mengusap rambut Audi yang lembut.
Audi tidak bisa menerima perjodohan ini dengan tangan terbuka, ia juga berhak bahagia dengan pilihannya sendiri. Lagi pula Audi masih duduk di kelas sebelas SMA, ia juga tidak ingin mengecewakan Kenzie. Oh iya, bagaimana kabar Kenzie? Mengapa ia belum mengirimkan pesan kepada Audi? Apakah Kenzie sedang baik-baik saja?