"Oi Tinkerbell palsu? Dimana Tinkerbell yang asli?"
Sekedar info, Peterpan sudah berpuluh kali mengulang pertanyaan yang sama kepadanya.
"Berhenti memanggilku Tinkerbell palsu."
"Lalu aku harus memanggilmu apa?"
"Kirei! Panggil aku Kirei, hijau bodoh!"
"Kau kasar sekali! Sangat berbeda dengan Tinkerbellku tersayang," cibir Peterpan.
"Diam."
"Aku tidak bisa diam, sahabatku sedang menghilang bagaimana aku bisa diam?"
"Siapa orang bodoh yang mau menjadi sahabatmu?"
Peterpan tersenyum lebar, "Tentu saja Tinkerbellku tersayang!"
" . . . "
Rasanya Kirei ingin memuntahkan isi perutnya saat ini juga, tidak ada gunanya berbicara dengan budak cinta.
**
Sejujurnya sejak dirinya dan bocah hijau; Peterpan, memasuki hutan yang bertulis "Happiness" Kirei merasa sedikit tidak nyaman akan tatapan para penghuni hutan itu.
Entahlah ia hanya merasa bahwa hubungan Tinkerbell yang asli dengan para penghuni hutan Happiness tidaklah baik, Kirei jadi penasaran bagaimana sifat asli sang peri kecil itu di kehidupan nyata.
"Peter, untuk berjaga-jaga aku ingin bertanya, selain kau siapa saja teman terdekat Tinkerbell? Aku tidak ingin membuat mereka curiga jika tiba-tiba aku melupakan—"
"Tenang saja, Tinkerbell sangat pemilih dalam berteman. Dia hanya mau berteman dengan orang sepertiku saja haha."
Baiklah, sepertinya kehidupan Kirei disini akan menjadi sedikit membosankan.
"Kita sudah sampai."
Kirei mengedarkan pandangan ke sekeliling, lagi-lagi ia dibuat takjub dengan keunikan Hiddenland.
"Ini rumahku?" tanya Kirei dengan mata yang kelewat berbinar
"Rumahmu tidak akan semewah ini."
"Bahkan di dunia ini pun aku tidak boleh merasakan kemewahan? menyebalkan sekali."
"Lalu rumahku dimana? Aku sudah berdiri berjalan, berlari dan bahkan terbang selama 5 jam lebih, aku butuh kasur. Aku ingin rebahan."
"Karena aku masih belum bisa mempercayaimu sepenuhnya, kau tinggal dirumahku. Lagipula aku tidak akan mengizinkan kau tinggal di rumah Tinkerbellku sayang."
"Ya terserah kau saja."
—A n o t h e r Tinkerbell S t o r y—