Setengah jam sebelum Hani berangkat kerja, ia membersihkan sisa makan malam yang digunakan semalam. ia mengambil lap pel kecil yang basah untuk membersihkan meja . dicabutnya sisa lelehan lilin miliknya yang mengeras di atas meja,,
lalu matanya beralih pada lilin merah di sebelah pigura , yang semalam Dion tempelkan disana. lilin milik Dion masih utuh sedangkan miliknya terbakar nyaris habis
ia mengernyitkan dahinya, membandingkan lingkaran diameter dan panjang lilin masing-masing. semuanya sama hanya warnanya saja yang berbeda. lilin miliknya berwarna putih dan lilin yang di bawa Dion berwarna merah, tetapi kenapa lilin milik Dion tidak berkurang panjangnya sedikitpun
aneh? dimana dia membeli lilin jenis ini? Hani bertanya -tanya
🌕🌕🌕🌕
saat istirahat makan siang di dapur kantor di lantai bawah
"hey sudah dengar belum rumor soal temanku ini? " Maria memulai percakapan menyenggol Hani
disana ada Hani,dera dan beberapa karyawan lain yang menikmati makan siang mereka
"siapa? aku maksudnya?" tanya Hani sedikit curiga
"memang rumor soal apa sih?" Dera membuka pintu kulkas , mengambil sebotol coca cola besar yang tadi pagi sengaja disimpannya disini
Dera mengocok pelan isinya sebelum memutar tutup botolnya,
"Hani dan direktur kita kemarin siang sedang berciuman di ruangan fotocopy loh" ucap Maria terkekeh mengeraskan suaranya, sengaja supaya orang-orang bisa mendengar perkataannya
"eehhh.... serius?" tanya Dera tak percaya, konsentrasinya buyar , buih-buih busa di dalam botol coca cola yang dipegangnya mengalir keluar seperti lelehan lava gunung berapi , sehingga cairannya jatuh membasahi sepatu high heel hitam yang dikenakannya
"owh, aku juga tahu soal itu, kemarin satu departemen membicarakan nya , kupikir itu desas desus saja, ternyata benar ya?" karyawan yang lain mengiyakan
"iya aku juga dengar ko"
"sama aku juga dengar" timpal karyawan yang lain tak mau kalah
"gimana rasanya Hani ?" tanya karyawan berkacamata yang belum Hani kenal namanya itu
rasanya apanya? hahhh pembicaraan ini sangat tidak bermanfaat kesal Hani
pembicaraan ini membuat Hani merasa gatal ditempat-tempat yang tak akan pernah Hani bisa jangkau untuk digaruk
kepalanya mulai berdenyut -denyut ia bangkit berdiri dari kursinya
"Dengar ya, itu hanya kecelakaan saja teman-teman. percayalah rasanya sangat tidak enak" Hani berhenti sebentar , menahan nafasnya
ia akui ia berbohong saat mengatakan ciuman mereka tidak enak
jika diingat lagi ciuman itu terasa manis dan hangat.
sebelum melanjutkan ucapan pembelaanya lagi , tiba-tiba Dino sudah berjalan masuk ke dapur, mengumpat ke semua orang yang ada disana
"matilah kita" Maria mendesis pelan, ia tak menyangka direkturnya ternyata sejak tadi sudah mendengar pembicaraaan konyol yang dimulai lewat mulutnya sendiri
Dino menggebrak keras meja dengan telapak tangannya, tanpa merasa sakit. gebrakannya cukup menggetarkan piring-piring makanan di atas meja
laki-laki itu memandang Hani lekat-lekat, kedua tangannya mengepal menahan amarah yang beberapa detik lagi siap meledak
hujaman tatapan Dino membuat Hani sedikit gemetar meski ini bukan kali pertama tetap saja Hani tak terbiasa di tatap penuh kengerian seperti ini
sialan kenapa sih nih manusia, udah kayak berhadapan sama harimau aja, rasanya ruang paru-paruku untuk bernafas, terbakar sudah
"andai disini ada Dion" desah Hani pelan
amarah Dino menggelegar keluar,menakuti semua karyawan disana
"sudah kubilang jangan sebut nama setan itu didepan wajahku"
"kau yang setan sebenarnya Dino, saudara macam apa kau ini hahh, menjijikan?" Hani pura-pura menggertak, ia menganggkat dagunya , menantang Dino
ia tak perduli lagi jika setelah ini konsekuensinya ia akan dipecat dari pekerjaanya setelah ucapannya ini
Dino mencengkram kemeja Hani dengan kedua tangannya, menarik dan menyeret Hani keluar dari ruangan dapur kantor menaiki tangga
"lepasin aku ...lepasin.... lepasin..... sakit" ucap Hani nyaris menangis, ia harus menyesuaikan langkah kakinya agar tak terjatuh saat Dino menyeretnya
semua karyawan hanya menatap mereka, mereka saling pandang ketakutan tetapi tak ada yang bisa mereka lakukan, tak ada satupun diantara mereka yang berani menolong Hani
"ini balasan untukmu , gadis sialan" Dino memutar bola matanya,menyeringai kepada Hani "HA HA HA HA HA HA HA"
" dion.... dion... dion... tolong aku Dion" Hani berteriak memanggil nama Dion , berharap Dion ada disana melepaskan kegilaan adiknya sekarang
"si setan itu tak akan bisa datang, teriak saja sepuasmu manis HA HA HA HA "
Dino membawa Hani masuk ke ruangan kerjanya di lantai dua, ia membanting tubuh Hani ke atas sofa
"awww ... sakit, kau benar-benar sudah ga waras" Hani mengaduh
🌕🌕🌕🌕
"apa menurutmu Hani akan baik-baik saja?" Maria bertanya cemas pada Dera
"ini semua salahmu , gara-gara mulutmu Maria" sahut si gadis berkacamata
dera hanya diam saja, ia seperti menyimpan sesuatu yang ia ketahui, sebuah rahasia yang orang-orang belum tahu
"kita lapor polisi saja, ini sudah diluar batas kekerasan" maria memberi saran ,
"dan kau akan dipecat Maria" si gadis menimpali ucapan Maria
"kita tunggu saja, aku akan lihat ke atas , semoga belum terlambat" Dera bergegas pergi dari sana menuju ruangan Dino dengan perasaan gundah
ia tahu, ia menyadari ada yang aneh dengan kantornya. tetapi ia ragu apakah hari itu hanya sebuah mimpi atau kebenaran yang tersimpan rapat di gedung kantor ini
hari itu saat stock opname barang inventaris kantor, dera tak sengaja melihat seseorang yang mirip dengan Dino menyeruak keluar dari sebuah lukisan yang ada di lantai empat.
dan setelahnya ia tak ingat lagi, karena seseorang memukul kepalanya sampai pingsan , saat terbangun ia sudah ada di rumah sakit. anehnya dokter dan perawat kompak mengatakan ia kelelahan saat bekerja
semoga dugaanku salah, semoga aku masih punya waktu , ucap Dera sambil berlari menuju lantai dua
🌕🌕🌕🌕
"menurutmu bagaimana caranya menyingkirkan orang mati?" Dino menyeringai , ia membuka laci di meja kerjanya,mengambil sesuatu di dalamnya
sebilah pisau yang mengkilat-kilat,ujungnya runcing siap dihunuskan
sesaat Hani terperangah, dia mau membunuhku? ditempat ini?
Hani melihat seisi ruangan, mencari celah agar bersiap secepatnya kabur dari manusia yang ada di depannya
Dino mengelap pisau yang ada digenggaman tangannya dengan saputangan kecil bermotif bunga, membuat pisau itu makin nampak berkilat terkena lampu cahaya
Dino melayangkan pisaunya ke udara bersiap menancapkannya di tubuh Hani tapi Hani tak diam saja, ia berguling ke sisi sampingnya lalu meraih apa yang bisa di raihnya tangannya lalu melemparkannya ke wajah Dion
"aku akan lapor polisi setelah ini , kau akan masuk penjara" Hani mengancam Dino, ia meraih gagang telepon bersiap menekan nomor kantor polisi
"silahkan, aku tidak takut HA HA HA HA "
Dino tertawa , satu tangannya masih menggenggam pisau yang diacungkannya kepada Hani
sial , aku lupa lagi berapa nomer telepon polisi .... gerutu Hani kesal
Hani melempar telepon yang dipegangnya ke wajah Dino, tetapi lemparannya meleset
Hani memundurkan langkah kakinya,dibelakangnya adalah meja kerja Dino. kalau di dalamnya ada pisau, pasti ada benda tajam lain yang ia simpan,pikir Hani
baru saja Hani membuka laci pertama Dino sudah berhasil menangkapnya, ia menjatuhkan tubuh Hani yang ukurannya lebih kecil darinya di atas meja kerjanya
Dino tertawa , ia benar-benar sudah kehilangan kendali, amarahnya terhadap saudara kembarnya ingin ia luapkan kepada gadis yang ada didepannya kini
ujung jemari Dino menelusuri gurat-gurat wajah Hani, gadis yang cantik tapi malang sekali nasibmu bertemu kakakku bathin Dino di dalam hatinya
nafas Hani terengah-engah , ia sudah kehabisan tenaganya melawan laki-laki itu.
dion.... kumohon datanglah....
Ketika Dino akan menghunuskan pisaunya, mendadak tangannya tak bisa bergerak, seperti ada seseorang yang menahannya
seseorang yang tak terlihat
Hani mengambil kesempatan itu untuk menggigit lengan Dino, agar bisa lepas
pisau itu terjatuh ke lantai , begitu juga Hani sebelum Hani benar-benar terjatuh ia berpegangan pada sisi meja meraih, meraih yang bisa diraihnya. ia meraih sebuah pigura, namun pigura itu lepas dari tangannya terjatuh tepat di samping wajahnya
pigura itu pecah, Hani mendapat ide untuk menggunakan pecahan-pecahan kaca itu untuk menyerang Dino, ketika akhirnya ia dipenjara nanti ia akan membela dirinya bahwa ini adalah bentuk pertahanan diri
ia mengambil pecahan kaca terburu-buru, jemarinya berdarah , ia terkejut bukan dengan darah yang keluar melainkan pada sesosok foto yang terbingkai di pigura, sosok gadis yang pernah ia lihat
"zara " desah Hani tak percaya
bersambung ...