San memandang pantulan dirinya di cermin dengan sesekali berputar ke kanan dan ke kiri. Ia memastikan penampilannya sudah siap dan tidak ada yang terlewatkan sebelum ia berangkat ke acara prom night di sekolahnya. Gaun merah marun yang melekat sangat pas di tubuh mungil San, membuatnya nampak lebih dewasa dan anggun. Dandanan tipis yang memoles wajah ayunya serta rambut hitam panjang yang terurai dan tersisir rapi menambah kesan feminim. Meski terlihat sederhana, namun penampilannya malam ini membuat aura kecantikan gadis yang baru tamat SMA itu bertambah berkali-kali lipat.
'Sepertinya sudah cukup,' nilainya untuk penampilannya saat ini.
San berjalan ke arah meja belajarnya dimana ia meletakkan dompet kecil berwarna hitam dengan hiasan permata berbentuk bunga krisan yang akan dibawanya. Saat hendak mengambil dompet itu dan memasukkan ponselnya, pandangannya tanpa sengaja tertuju pada buku harian yang kemarin ditemukannya di gudang.
'Kau tahu, aku sangat penasaran dan ingin cepat bisa membacamu dengan leluasa. Tapi sayangnya, waktu tidak berpihak kepadaku. Setelah malam ini berakhir, aku akan mencoba mengerti dirimu dan menguak semua rahasiamu.' Seolah sedang berdialog dengan buku harian itu, San mengungkapkan keinginannnya.
Tok! Tok! Tok!
Sosok Sari muncul dari balik pintu yang sedari tadi setengah terbuka seusai dirinya mengetuk pintu terlebih dahulu. "Non San, mobilnya sudah selesai dipanasi," kata gadis yang sedang beranjak dewasa itu.
San menoleh ke sumber suara, dimana Sari sedang berdiri menungggu jawaban dari sang majikan. "Iya, Sar. Makasih," jawab San sembari beranjak keluar kamar diikuti Sari.
"Titip rumah ya, Sar? Nanti aku pulang awal kok. Tolong bilangin Mama kalau tidak perlu khawatir," pesan San begitu sampai di depan pintu utama rumahnya, dimana mobil BMW i8 telah menunggu untuk ditungganginya.
"Jangan khawatir, Non San. Pasti Sari bilangin ke Nyonya," jawab Sari sopan ke majikan yang sudah dianggapnya sebagai kakak kandunggnya sendiri. "Non San, hati-hati ya nyetirnya. Jangan ngebut, oke?" pinta Sari mengingatkan majikannya begitu San masuk ke dalam mobil bercat putih kesayangannya. San memang terkenal tukang kebut-kebutan di jalan. Sari dan kedua pelayan lainnya sudah kapok menjadi korban kejahilan San di jalanan saat mereka menemani sang majikan pergi.
"Siap Adek Sari yang cerewet!" ledek San sembari menyalakan mesin mobilnya. Tanpa menungggu lama, San langsung tancap gas menuju ke sekolahnya yang berjarak cukup jauh dari rumahnya.
###
"San!" sorak Mila sembari melambaikan tangannya begitu melihat sahabatnya berjalan masuk ke taman sekolah yang kini dihias sedemikian rupa untuk prom night malam ini.
"Eh? Sudah sampai aja kamu, Mil," komentar San tanpa dosa.
"Ngaca dulu, Nak! Yang suka ngaret itu kamu, San," protes Mila tak terima dengan ucapan sahabatnya itu. "Tapi tumben banget kamu on time," heran Mila melihat San sudah menampakkan wujudnya bahkan sebelum dirinya harus terus merongrong sahabatnya itu untuk datang.
"Entahlah, aku hanya datang saat memang siap," jawab San enteng.
San nampak celingak-celinguk ke sekitar tempat Mila berdiri. "Mana Darrent?"
"Dia tadi pamit sebentar buat kumpul sama teman-temannya." Mila meraih tangan San, menggandengnya ke deretan meja makanan dan minuman. "Minum dulu gih! Haus pasti abis kena macet kan?" suruh Mila sambil menyodorkan segelas mocktail stoberi.
Sepasang mata sipit San berbinar senang seolah energinya kembali terisi begitu melihat minuman dengan rasa kesukaannya. "My Mila is the best!" puji San senang dengan kepekaan luar binasa sahabatnya.
Diteguknya minuman dingin itu dengan perasaan bahagia. Indra perasa San dapat merasakan rasa asam manis serta segarnya buah stroberi dipadukan dengan sensasi letupan soda mampu membuat moodnya naik. Mila tentu tidak hanya diam melihat San minum. Dirinya sedang menikmati pie apple kesukaannya. Keduanya memang memiliki kesamaan selera dalam menikmati sesuatu yang manis. Mungkin karena itu yang membuat mereka cocok.
Di tengah kesibukan kedua gadis itu untuk mencicipi berbagai dessert yang tersedia, pembawa acara menaiki panggung dan membuka acara porm night. "Selamat malam semua!" teriak salah satu dari ketiga host yang ada.
Terdengar sorakan penuh antusias dari segala penjuru taman disertai dengan musik yang turut meramaikan acara. Satu persatu penampilan dari adik tingkat maupun teman seangkatan San dimulai. Ada yang bernyanyi, dance, bermain alat musik klasik, bahkan sampai rap. Namun semua penampilan itu tak ada yang mampu menarik perhatian San sebesar daya tarik jajaran dessert yang tersaji di hadapannya. San tidak pernah peduli dengan acaranya, setiap tahun dirinya akan stuck di bagian ini. Mila yang hafal dengan kelakuan San, tentu saja mengamini apa yang dilakukan San karena ia juga tidak jauh berbeda. Paling tidak ia ada teman seperjuangan jadi tidak malu-malu banget gitu.
"Mila?" Sebuah tepukan di bahu, menyadarkan Mila jika ada seseorangg yang menunggunya.
Mila menoleh ke kiri, dimana pria yang menjadi pasangannya malam ini berdiri. Seulas senyum manis terukir di bibir seksi Mila. "Iya, Rent?" tanyanya bingung dengan kemunculan pria yang tadi pamit untuk kumpul bersama dengan teman-temannya.
"Acara dansa pasangannya sudah mau mulai tuh. Ayo kita merapat ke bagian tengah," ajak Darrent kalem seperti biasanya.
"Tunggu bentar, Rent," pinta Mila kemudian melirik ke arah San yang memandangnya dengan pandangan bertanya. "Kamu gimana, San?"
"Tenang! Kalian duluan aja," jawab San sambil mengibaskan tangannya isyarat mengusir kedua love bird itu agar pergi menjauh.
"San, mendingan kamu ikut kami, Si Albert gak ada pasangannya tuh. Kali aja kamu mau dansa sama dia dari pada sendiri di sini," saran Darrent dengan polosnya tanpa menyadari kemageran San untuk pergi dansa.
'Damn! Kenapa Darrent harus nyaranin aku sih? Arghhh!' erang San kesal dalam hati.
"Ide bagus tuh, Rent. Ikut kami aja, San! Kapan lagi kamu bisa dansa sama pangeran sekolah macam Albert?" imbuh Mila dengan penuh semangat. Ia berharap sahabatnya mau menerima saran dari Darrent agar San tidak kesepian. Sebagai sahabat yang baik, tentunya Mila gak mau gitu aja kan ninggalin San.
"Oke lah," jawab San setengah hati berusaha tampak ramah ke Darren. Padahal jika boleh jujur, kali ini ia ingin sekali menempeleng lelaki yang merusak acaranya beramah-tamah dengan dessert kesukaannya.
Ketiganya berjalan merapat ke kerumunan pasangan siswa-siswi yang menunggu acara dansa dimulai. Darrent membawa kedua gadis cantik itu ke tempat dimana teman gengnya berkumpul dengan pasangan masing-masing, terkecuali pria berjulukan pangeran sekolah itu yang masih sendiri.
"Dari mana aja kamu, Rent?" tanya Jordi saat melihat Darren brjalan mendekat.
"Manggil Mila sama San buat gabung," jawab Darrent santai sambil melirik kedua gadis cantik yang berdiri di sampingnya.
Terlihat jelas perubahan raut wajah teman-teman Darrent saat melihat kehadiran Mila. 90% dari mereka melongo tidak percaya jika Darrent mau berpasangan dengan Mila malam ini.
"Wuih! Mimpi buruk apa Mila bisa mau jadi pasanganmu, Rent?" ejek Louis bercanda yang dibalas Darrent dengan sebuah bogem pelan di bahunya.
Sekumpulan anak berusia yang tak berbeda jauh itu tertawa kompak puas dengan menggoda habis-habisan pasangan Darrent-Mila. Bagaimana tidak antusias mereka jika menggingat perjuangan Mila mendekati Darrent tiga tahun ini? Akhir yang cukup bahagia bisa melihat keduanya menjadi pasangan di acara prom night terakhir masa SMA mereka.
"San, kamu belum ada pasangan? Pas banget si Albert juga belum ada tuh." celetuk Clara dengan polosnya saat menyadari San hanya sendiri. Otaknya masih sedikit cerdas dengan tidak berpikir jika Darrent memiliki dua pasangan.
"Hehehe," San tertawa canggung dengan pertanyaan random Clara yang tiba-tiba.
Suasana yang awalnya seru, kini berubah menjadi sedikit awkward karena ucapan Clara barusan. Siapapun yang dekat dengan Albert pasti tahu jika si pangeran sekolah itu paling tidak suka diatur atau dipaksa apalagi dipasang-pasangkan seperti itu. Namun pacar baru Louis sepertinya tidak menyadari jika ia telah melakukan hal yang paling dibenci Albert,
San memilih untuk mengabaikan suasana canggung itu dan memandang ke arah panggung yang sedang menampilkan pertunjukan dance dari anak kelas satu. "Kalau saja Mama gak ngelarang aku menari, pasti aku sudah join grup dance dari awal masuk SMA."
Sangking fokusnya menonton dance itu, San tidak sadar jika Albert terus memperhatikan dan sesekali mencuri pandang ke arahnya. Suara MC menggema di akhir penampilan dance anak kelas satu dan disambut dengan sorakan antusias para murid karena acara utama, dance pasangan, akan segera dimulai.
Albert melangkah mendekati San yang berdiri di samping Mila. Aksi si pangeran sekolah itu tentunya berhasil menarik perhatian teman-temannya. San bukannya tidak menyadari Albert yang mendekatinya, ia hanya tak ingin bereaksi berlebih dan hanya menatap Albert dengan pandangan bertanya.
"San, mau berdansa denganku malam ini?" tawar Albert dengan suara bassnya.
TBC