Chereads / Bodoh Amat / Chapter 2 - ■ Tak Terduga ■

Chapter 2 - ■ Tak Terduga ■

""""""""""""""""""""""""""""

" Kaya mana cowok mau deketin kamu, kalau muka mu itu kaya sempak ketat. Gak enak dilihat. "

Jova hanya mendengus, mendengar ocehan ibunya. Mulut sang ibu negara, gak jauh berbeda dengan adik sulungnya. Yang kalau sudah mengkritik, gak tau batas dan terkesan blak - blakkan. Membuat, yang mendengarnya jadi ada panas - panasnya.

" Kalau disana, kamu jangan kaya gini mukanya. Gak cocok, sama tampilan kamu yang ayu dan anggun ini. Kamu ngerti kan ?"

Jova yang sedang mengendarai mobilnya, hanya berdeham saja sebagai respon atas ucapan Rubi.

Dia masih kesal terhadap ibunya.

Alasanya ?

Tadi sebelum pergi, Rubi memarahinya karna pakaian yang digunakannya tidak cocok dengan acara pesta. Ada apa dengan kaos putih polos, flare pants hitam, sneakers dan sling bag ? Bukannya yang penting pakai baju. Cuma mamaknya ngotot nyuruh dia ganti pakai gaun. Dia tidak terlalu suka memakai pakaian seperti itu, karna kakinya tidak leluasa melakukan apa saja.

Belum lagi, dia disuruh memakai sepatu terkutuk milik sang adik kedua. Sepatu heels, dengan hak sepuluh centi. Yang membuat, dirinya bergidik ngeri membayangkan bagaimana kalau dirinya terjatuh.

Jangan lupakan, make up yang bikin mukanya jadi agak tebal dan kaku. Bawaannya, mau garuk - garuk mukanya saja.  Belum lagi dia harus menjaga tangannya, yang tiba - tiba suka mengucek matanya.  Sungguh menyebalkan.

Lagian acara pernikahannya, seperti apasih ? sampai harus seheboh ini ? Biasanya juga Jova pake baju ala kadarnya ibunya tidak banyak protes. Paling hanya menceramai dirinya sampai kupingnya panas, tanpa menyuruh dirinya berganti pakaian.

" Banyaki senyumnya, kurangi juteknya. Siapa tau, dengan memperbanyak senyum bukan cuma berpahala. Tapi juga mendapat jodoh disana."

oh~ ternyata ocehan ibu negara Rubiani terhormat, belum berhenti juga permirsah.

Jangan perdulikan jangan perdulikan, rapal Jova dalam hati.

Setelah menempuh perjalanan tiga puluh menit, akhirnya mereka sampai juga ketempat tujuan. Jova mengeryit, saat dilihatnya sang ibu menunjuk kearah gedung pecakar langit dengan lantai dua puluh. Sebuah hotel bintang lima, paling tersohor sekota Medan. Pantas saja, mamaknya seheboh ini wong yang nikah anak kologmerat toh pikirnya.

Jova memberhentikan mobilnya ke pintu masuk hotel. Dia melakukannya atas permintaan ibunya. Rubi membuka pintu mobil lalu turun, mekangkahkan kakinya menuju ke pintu pengemudi dan mengetuk kacanya. Memberi isyarat, kepada sang anak untuk menurunkan kacanya.

Jova menaikan alisnya, sebagai pertanyaan saat kaca pintu mobilnya sudah ia turunkan.

" Setelah dari bassment kamu jangan lupa nyusul mamak. Kalau gak tau tanya ke penjaga atau resepsionis. Ingat jangan kabur kamu! Awas aja kalau kabur mamak bakal bakar komik kamu. Terus tetap pakai sepatunya jangan dicopot."

Setelah mengatakan itu, Rubi langsung melenggang pergi. Meninggalkan Jova, dengan segala ketidak percayaannya. Bagaimana bisa ibunya mengetahui segala isi pikirannya, apa ibunya itu seorang cenayang ya ?  atau jangan - jangan saudara jauhnya si profesor x di flim x-men?  Hmm~ bisa jadi sih.

Mobil Jova melaju ke bassmet yang berada di bawah tanah. Setelah memakirkan mobilnya, Jova keluar dari dalam mobil.

Langkah wanita itu tidak langsung masuk ke hotel, melainkan menuju kebelakang mobilnya. Tepatnya menuju kebagasi mobil. Membuka kapnya lalu melepas sepatu terkutuk, yang tadi membuatnya berjalan layaknya robot. Melemparnya ke dalam bagasi mobil, sebagai bentuk kekesalannya terhadap sang sepatu.

Sebagai gantinya, dia mengambil sepatu convers putih yang kebetulan senada dengan gaun yang dikenakannya.

Lalu memakainya dengan bagian tumit yang sengaja tidak dimasukkan melainkan dipijak. Menjadikan sepatu itu layaknya sebuah sandal.

Sesudah di rasa nyaman, Jova melangkahkan kakinya menuju kedalam hotel dengan hati lega. Dikarnakan dirinya tidak perlu was - was lagi untuk melangkah.

Persetan dengan segala macam ancaman ibunya untuk terus memakai sepatu terkutuk itu. Yang terpenting dirinya tidak kabur.

Dia masih sayang dengan komik - komiknya yang hampir seluruhnya belum sempat dibaca. Tidak dia perdulikan, tatapan orang - orang yang menatapnya aneh ke arah sepatunya.

Jova orangnya mah bodoh amat, selama semboyan sang nenek masih bersarang pada pemikirannya.  Selagi tidak telanjang buat apa malu, begitulah perkataan sang nenek yang masih dia ingat sampai saat ini.

Dia memasuki lift, lalu menekan tombol dengan angka lima belas. Tadi dia bertanya kepada resepsionis, dimana lantai yang mengadakan acara resepsi pernikahan keluarga Bagaskoro dan sang mbak resepsionis mengatakan berada di lantai lima belas.

Ting!

Suara pintu lift terbuka, membuat Jova yang tadi bersenandung menjadi berhenti. Lalu kaki jenjangnya ia langkahkan menuju ruangan yang menjadi resepsi pernikahan. Tak perlu repot mencarinya, karna banyak orang dengan pakaian gaun maupun jas sudah mendeskripsikan bahwa mereka ke tujuan yang sama dengan Jova.

Bagai anak ayam, Jova mengikuti mereka dan saat Jova masuk keruangan tersebut alangkah takjubnya Jova dengan interior resepsi pernikahan yang bernuansa biru ocean dan putih. Benar - benar memanjakan matanya.

Belum lagi pelaminannya yang terkesan elegan dan mewah. Makanannya apalagi, sudah seperti bazar yang sering diadain di lapangan merdeka. Kalau Jova bilang resepsinya sudah seperti Raffi Ahmad dan juga Nagita.

Bukannya mencari sang ibu, Jova malah melangkahkan kakinya ke pramusaji yang tersedia. Makanan - makanan yang ada di sana seperti memanggil - manggil Jova untuk datang. Jadi jangan salahkan Jova kalau dia tergoda.

Matanya berbinar - binar penuh kesenangan, terhadap makanan di hadapannya. Jova pun memilih hidangan dissert terlebih dahulu, dia lagi malas makanan yang berat - berat.

Tiramisu dengan toping buah blueberry dan rasberry menjadi pilihan Jova. Dengan langkah riang, Jova membawa tiramisunya ke meja yang memang sudah disediakan untuk tamu yang sedang makan. Tempat paling pojok dan tidak terlalu ramai menjadi tujuan Jova saat ini.

Jova menarik kursi, lalu duduk. Sebelum memakannya, Jova tidak lupa memfotonya. Lalu sekiranya sudah terlihat aesthetic, barulah dia mempostingnya menjadi status instragram.

Ponsel Jova berbunyi, pertanda ada sebuah notif. Begitu dilihat, ternyata berasal dari akun instagramnya. Langsung saja Jova membukanya. Cikha mengomentari postingannya yang baru di posting lima menit yang lalu. Sambil memakan tiramisunya, Jovapun mengklik, lalu melihat komentar apa yang diberikan temannya.

Chika__00

Eh kamprett! Katanya kau mau kondangan ngawal ibu negara. Lah napa jadi ke kafe gini ? parah kau jo makan gituan gak ngajak aku. Takut kali bah diminta pake boong boong segala.

Vanka_94

Gila kau ! mana ada aku bohong! Betulan aku keundang ini. Kalau aku nongkrong cantik di kafe, apakabar komik - komikku di rumah. Macam gak tau mamakku aja kau cha.

Chika__00

Biasa aja kalee gak usah goyang kali kayak uwak - uwak tukang becak.

Hehe Lupa aku selain Sehun kau kan masih bucini komik - komikmu itu. Btw enak kali ituloh jo, bungkusi napa buat aku. Terus bawak ke kosanku. Ya? Ya?

Vanka_94

Kau kira ini penjual lontong apa ? pake di bungkus segala. Kau kan bisa beli gak usah kaya orang susah lah kau chik. Minta kakanda Junda membelikannya sana.

Chika__00

Siapa ya gak kenal ? 🙄

Vanka_94

Gak kenal tapi kok rindu gitu ya 🤔

Chika__00

Uda makan pun kau masih aja rese jo. Aku sumpahin nih ya dapet jodoh yang lebih kampret dari pada Junda, baru tau rasa kau Jo.

Vanka_94

Gak bakalan. Soalnya kan aku gak Bodoh kaya kau wkwk.

Chika__00

😡😡 🖕

Vanka_94

👉👌 gini baru betul.

Chika__00

Jovaaaaaa!!!!

Vanka_94

🤣🤣🤣

Jova cekikikan, saat berhasil membuat Chika sang teman gresek kesal. Setelah tiramisunya habis, Jova berniat menemui Rubi. Sebelum sang ibu negara memerintahkan adik - adiknya untuk membakar semua koleksi komiknya.

Dia celingak - celinguk mencari keberadaan Rubi dan menemukannya bersama seorang wanita yang sepelantara dengan Rubi. Sedang berbincang seru, terlihat dari ekspresi wajah Rubi yang sedari tadi tersenyun dan tak lama tertawa ala ibu - ibu.

Diapun segera menuju ketempat tujuan walaupun dalam hati dia malas bukan main. Karna sudah di pastikan teman berbincang sang mamak tidak jauh berbeda dari ibu - ibu rese yang mendadak heboh menanyakan tentang statusnya.

Dari arah berlawanan seorang pria dengan tubuh tinggi dan atletis berjalan dengan tatapan lurus ke arah pelaminan, tepatnya ke mempelai wanita yang sedang tersenyum. Bersalaman dengan tamu undangan dengan binar mata yang memancarkan kebahagian.

Beberapa wanita menatap penuh terpesona akan paras sang pria. Iris sekelam malam, alis tebal yang membingkai sempurna di wajahnya.

Benar - benar rupawan. Jangan lupakan tatapannya yang seperti elang dengan rahang kokoh yang sangat menggiurkan untuk dikecup. Para wanita terlihat berlomba - lomba untuk menarik perhatian pria itu. Namun sayang sang pria masih fokus menatap sang ratu semalam di acara ini.

Tangan pria itu mengepal erat dengan tatapan penuh amarah dan kekecewaan. Saat melihat pemandangan yang membuat hatinya seperti tertikam sebuah belatih.

Sang mempelai pria memeluk pinggang sang istri dengan posesif dan beberapa kali memberikan kecupan mesra yang membuat istrinya merona malu.

Sementara di lain tempat Jova mendengus mendengar pekikan para wanita yang membuat kupingnya sakit bukan main. Gileee! Ini acara nikahan atau konser artis Kpop sih ?! Kok teriak - teriak gitu batin Jova jengkel. Dengan rasa kesal Jova menutup sebelah kupingnya, mencegah walaupun tidak efektif untuk polusi udara yang masih mengudara di sekitar kupingnya.

Tatapannya tanpa sengaja bersiborok pada iris sekelam malam milik pria di depannya. Dahinya mengeryit saat sang pria tersenyum kepadanya. Tentunya bukan senyum penuh pesona, melainkan senyum dengan sejuta maksud di dalamnya (di baca smirk).

Perasahannya mengatakan ada hal buruk yang akan terjadi kepadanya. Namun dia menepisnya jauh - jauh, mungkin tadi pria itu tersenyum bukan pada dirinya melainkan pada para wanita - wanita berisik yang bikin kupingnya sakit.

Dasar cowok kerdus! Gak ada kerjaan selain modus batin Jova memaki.

Jova langsung membuang tatapannya yang menatap sang pria kardus ke arah dimana Rubi sang mamak tercinta berada.

Baru saja dirinya ingin membelokan langkahnya. Dia di kejutkan dengan tangan kokoh yang menggenggam tangannya erat. Lalu tanpa perasaan menariknya menuju ke pelaminan. Arah berlawanan dengan tujuannya.

Jova yang sudah pulih dari keterkejutannya langsung berontak dan mencoba memberhentikan langkahnya. Bermaksud agar sang pria berhenti. Namun nihil, kekuatan pria itu jauh lebih besar dari pada dirinya.

" Lepasin brengsek ! Lepasin! " teriak Jova sambil memukul tangan pria kurang ajar yang menariknya, berharap dengan begitu tangannya dapat terlepas.

Beberapa orang mulai menaruh perhatian terhadap kedua orang tersebut. Bahkan ada yang menatap penuh curiga terhadap sang pria.

Membuat Orlando Arseno atau sering disapa Lando memberhentikan langkahnya. Membuat Jova langsung menubruk pungung tegap Lando.

Rasa rasanya Jova ingin sekali memaki pria sinting ini. Tapi belum sempat ia melakukannya. Lando dengan kurang ajarnya memeluk pinggangnya dengan sebelah tangannya. Membuat sang empu melotot dan tanpa diduga lando mengusak surai hitam Jova dengan tangan yang masih bebas.

" Mau sampai kapan kamu merajuk terus karna tidak di jemput hmn? "

" Hah? "

" Nanti aku beliin es krim. Jadi jangan marah lagi ya sayang."

What the fuck ! ada apa dengan pria tidak waras ini ? Dan apa pula maksud dan tujuan memanggil dirinya sayang.

Orang - orang yang menatap Lando penuh kecurigaan perlahan mulai terkekeh dan menggelengkan kepala saat mendengar perkataan lando yang sedang membujuk sang kekasih dalam sudut pandang mereka.

Lando mulai menarik kembali tangan Jova, lalu melanjutkan langkah yang sempat tertunda.

" Eh brengsek kau tuli ya ? Aku bilang lepasin ya lepasin ! "

Lando menoleh sekilas kebelakang lalu matanya kembali menghadap kedepan.

" Diam atau saya hancurkan benda ini sekarang juga." tangan sebelah kanannya mengoyang - goyangkan benda persegi yang sangat dihapal Jova betul. Lalu memasukannya ke dalam saku celana.

Jova melotot. sejak kapan ponselnya di ambil oleh pria sinting ini ? Huu mana rela dia ponsel yang isinya Banyak Harta karunnya hancur di tangan si sinting gila mereng ini.

Jova memilih menurut dengan mulut yang merapalkan makian, debgan isi yang hampir seluruhnya merujuk ke penghuni kebun binatang.

Kini Jova dan Lando sudah berhadapan dengan pengantin pria dan wanita. Kalau Jova tidak salah ingat, sang pria bernama Abimayu Bagaskoro dan sang wanita bernama Sandira Ayunda Dewi.

Dengan kikuk Jova menyalami Bima dan Dira, sedangkan Lando menyalami dengan tatapan lurus ke arah Dira. Membuat Bima berdehem tidak suka sambil memeluk pingang sang istri dengan posesif. Lando yang melihatnya pun berdecih sinis.

Bagaimana bisa dirinya terjebak dalam kisah asmara pelik ketiga insan ini batin Jova nelangsa.

" Aku pikir kamu tidak datang loh Lan. Soalnya kata tante Mitha kamu sibuk banget tapi syukurlah kamu datang. Aku seneng banget, kamu juga kan mas ? " tanya Dira kepada sang suami.

Bima hanya melirik ogah - ogahan lalu membalas dengan dehaman malas yang mendapat cubitan super pedas dari Dira.

" Sayang sakit! Kalau mau ngode untuk malem pertamanya itu di elus - elus bukanya di cubit. "

Ucapan Bima yang terkesan vulgar membuat Dira melotot ke arah pria berkulit kecoklatan tersebut, tentunya dengan wajah memerah malu. Membuat Bima yang melihatnya langsung terkekeh gemas.

Dira berdehem Lalu tatapannya mengarah ke arah Jova. " Oh iya lan, ngomong - ngomong siapa adik manis yang ada disebelahmu ini ? " tanya Dira mencoba mengalihkan perhatian. Ia menatap Jova dengan senyum sehangat mentari pagi. Membuat Jova hanya tersenyum kikuk sebagai balasannya.

Lando menggengam tangan Jova dengan sangat erat membuat Jova terperajat dan menahan mati - matian untuk tidak mengupat si pria sinting disebelahnya. Sorot elangnya menatap lekat manik coklat yang selalu ia mimpikan di setiap malamnya.

" Dia calon istriku. "

Rasanya rahang Jova mau terjun bebas saja sampai kedasar jurang, saat mendengarnya.