Chapter 2 - Dua

Aku berlarian menelusuri jalanan Seoul pagi hari. Yah, ini sudah jam kerja sih, ngomong-ngomong.

Tapi si Donghae yang menyebalkan itu sangat menganggu waktuku.

Setelah pihak super market itu menghubungiku, aku bergegas pergi ke tempat kejadian perkara. Dan ternyata, tempat yang dimaksud tidak jauh dari gedung SM Entertainment.

Jadi, aku memutuskan untuk berjalan –berlari ke sana.

Setelah sampai di depan super market, aku berhenti sebentar sambil mengatur nafasku.

Lelah, padahal jarak super market dari gedung SM hanya sekitar seratus meter saja.

Aku membuka pintu kaca super market, bel di atas pintu pun juga berbunyi karena terdorong pintu. Aku mengedarkan pandanganku, mencari keberadaan adiku yang nakal.

Dia disana, dipojok ruangan bersama seorang laki-laki bertubuh gemuk dan satu orang perempuan.

Dilihat dari pakaiannya, sepertinya laki-laki gemuk itu adalah pemilik super market dan wanita itu adalah pegawainya.

Aku menghela nafas, kali ini apa yang Donghae perbuat?

Aku mendekat, dapat aku lihat mata Donghae yang berbinar menatapku.

"Hyung!" Dia berseru memanggilku. Dia juga melambaikan tangannya agar aku cepat menghampirinya.

Dua orang yang bersama Donghae tadi ikut menoleh ke arahku, "Kau Lee Hyukjae?" Tanya sang laki-laki gendut.

Aku mengangguk.

"Apa kesalahan yang dibuat adik saya, pak? Saya sebagai kakaknya meminta maaf untuk itu" Aku berujar sambil membungkukkan badanku.

"Hyung! Aku tidak salah! Kenapa kau minta maaf?" Donghae menyela. Aku meliriknya sinis, "Diamlah!" apa-apaan tidak salah? Lalu untuk apa pihak super market sampai memanggil dirinya?

Lalu Donghae mengerucutkan bibirnya. Menggelikan!

"Tuan, anak itu menyentuh dan meremas dada pegawai ku!" Ujar laki-laki gendut itu. Aku melotot, Donghae benar-benar gila!

"Kau melakukannya?!" Tanyaku pada Donghae tidak percaya.

"Iya!" Jawabnya. Aku menghela nafas panjang. Itu yang dia sebut tidak salah apa-apa?

"Tapi itu bukan salahku!" Janjutnya. Kau masih bisa membela diri, Donghae? Oh Tuhan!

"Aku membaca pesan darimu untuk membelikanmu susu stroberi. Jadi, aku kesini untuk membeli susu!" Jelasnya.

Aku memijat pangkal hidungku. Donghae, kenapa kau selalu membuatku pusing?!

Lagipula aku memintamu untuk membeli susu stroberi, bukan meremas susu seorang wanita!

"Tolong beritahu adikmu lebih sopan kepada orang lain, Tuan." Pegawai wanita itu berujar, "Jika dia tidak mau meminta maaf, maka aku akan melaporkannya dengan tuduhan pelecehan seksual!" Tambahnya.

"Maafkan adikku, Nona" aku membungkukkan badan untuk yang kesekian kali.

"Dia yang salah, dia juga yang harus meminta maaf!" Dia menunjuk pada Donghae.

"Donghae, minta maaf!"

"Hyung~ Aku kan tidak salah" Donghae merengek.

Tolonglah Donghae, apa salahnya minta maaf? Lagipula kau juga salah.

"Minta maaf, Donghae!" Kutekankan sekali lagi. Kulihat Donghae menghela nafas.

Akhirnya dia mau membungkukkan badannya dan meminta maaf, "Maafkan aku nona, aku tidak bersalah. Lantainya yang licin sehingga aku terpeleset dan berpegangan pada dadamu. Itu semua bukan salahku," ujarnya.

Aku menepuk keningku, Donghae bodoh!

Dapat aku lihat wanita itu nampak geram terhadap Donghae. Aku tidak heran juga, sih. Donghae memang menyebalkan.

"Maafkan adiku, nona." Aku meminta maaf lagi. Wanita itu menghela nafas, selanjutnya ia berujar, "Yasudah, sana pergi!"

Oh, ya Tuhan! Aku dapat bernafas lega sekarang.

Aku membungkuk lagi, "Terimakasih, Nona. Sekali lagi maafkan adikku."

Aku menyeret Donghae keluar, menariknya mendekati satu-satunya sepeda motor yang terparkir di depan sana.

"Kau pulang saja sana! Jangan mengganggu jam kerjaku! Awas saja kalau membuat ulah lagi!"

"Hyung~"

"Apa!"

"Aku tidak mau pulang, aku ikut denganmu saja, ya? Ya ya ya~" Donghae merengek, dan itu menggelikan. Liat saja badannya yang besar itu.

"Kenapa?"

"Hyung, pagi ini kan masih ada Eomma. Aku bisa dikuliti jika pulang nanti,"

Oh iya, dia pasti takut dengan Eomma. Tidak heran sih, Eomma pasti akan memarahinya habis-habisan setelah ini.

"Ya! siapa suruh semalam tidak pulang? Kau tau bagaimana Eomma mondar-mandir semalam menunggumu pulang?"

"Oh, ayolah, Hyung. Aku berjanji tidak akan mengganggumu bekerja, yaaa?"

Ok aku menyerah.

"Baiklah, tapi–" belum sempat aku menyelesaikan kataku, dia menyala.

"Yey! Terimakasih, Hyung!" Dia melompat dan mencium pipiku kilat, "Aku menyayangimu, Hyung." ujarnya. Dia memelukku erat.

Aku terkekeh melihat tingkah laku Donghae. Terkadang dia seperti anak anjing yang sangat menggemaskan. Namun terkadang dia juga seperti harimau jantan yang menyeramkan.

Ada-ada saja.

"Aku juga menyayangimu," balasku memeluk tubuh kekarnya.

"Tapi sebelum itu," aku melepaskan pelukanku, "Ceritakan dengan detail bagaimana bisa kau memegang dada wanita itu. Dan juga, kemana saja kau semalam? Sampai-sampai tidak ingat jika memiliki rumah." Aku mendengus, tak sadar aku mengomeli Donghae di depan umum. Biarkan dia merasa malu.

Namun sepertinya tidak, dia malah terkekeh. "Hyung mengomel seperti perempuan datang bulan saja."

/Blush/

Wajahku merah padam, apa-apaan Donghae itu. Aku ingin marah, tapi sialnya aku lebih malu dikatai seperti itu.

Seperti perempuan katanya? Oh, ya Tuhan.

Aku dapat melihat melihat beberapa orang menatap kami. Apa omelan ku tadi sangat menganggu? Oh, sekarang malah aku sendiri yang malu.

Aku menyeret Donghae, memaksanya untuk cepat bergegas pergi dari tempat ini. Donghae terkekeh, dia menyerahkan helm nya padaku.

Aku menyerngit, "Kenapa kau berikan padaku?" Tanyaku.

"Aku hanya ingin Hyung selalu aman. Jika terjadi apa-apa dijalan nanti, Hyung tidak akan terluka." Jawab Donghae sambil memandangku.

Aku terenyuh. Donghae memang sebegitu perhatiannya padaku. Dia bahkan rela memberikanku apa pun yang aku mau.

Oh Donghae, kau benar-benar adik kesayanganku.

"Tapi bagaimana jika kau yang terluka nanti?"

"Tak apa. Asalkan Hyung selamat," Dia tersenyum, sangat tulus.

Sudah ku bilang bukan? Donghae bahkan rela bertaruh nyawa untukku. Mataku mulai berkaca-kaca sekarang.

Tak peduli seburuk apa dan sebejat apapun Donghae, dia akan selalu menjadi adikku yang paling aku sayangi. Donghae, dia adalah hidup dan matiku.

"Jangan berkata seperti itu," aku mengusap air mataku yang dengan lancangnya menetes. Sungguh aku benci menjadi orang cengeng seperti ini.

Kau ingat siapa yang merengek tadi? Itu adalah Donghae. Dan sekarang? Dia malah bersikap dengan sangat jantan di hadapanku.

Oh dan jangan lupakan aku tadi yang marah-marah kepada Donghae. Dan sekarang? Aku malah dibuat menangis haru olehnya.

Sungguh, Tuhan dapat membolak-balikkan isi hati insannya dengan sangat cepat dan mudah.

/Chuup~/

Dia mengecup sudut mataku, "Hyung, jangan menangis," Dia mengusap pipiku dengan satu tangannya. Donghae menghapus air mataku yang jatuh dengan ibu jarinya.

Sial! Posisi ini sangat intim, dan sekarang kami sedang berada di tempat umum. Mungkin orang-orang akan mengira kami sepasang kekasih.

Aku malu. Dapat kurasakan pipiku memanas. Dapat ku pastikan ada rona pink disana.

/Deg... Deg.... Deg.../

Kenapa jantungku berdetak kencang? Rasanya sangat aneh, namun menyenangkan. Perasaan apa ini? Aku belum pernah merasakannya.

Ku pandang manik obsidian Donghae dengan mata berairku. Mata yang sendu itu seolah menarikku.

Aku menyentuh dadanya, detak jantungnya pun kacau. Apa Donghae juga merasakan apa yang aku rasa?

Apa ini?

Tidak tidak tidak! Aku menggeleng, meyakinkan diriku sendiri.

Ini tidak benar.

"Hyung!" Panggilan Donghae membuyarkan lamunanku yang meliar. Apa-apaan itu tadi? Apa yang baru saja aku pikirkan? Oh Tuhan, itu tidak mungkin.

"Ayo, Hyung. Katanya mau bekerja." Lanjutnya. Oh benar juga, aku harus bekerja.

"B-baikalah, ayo!" Aku sedikit tergagap, entah kenapa.

Aku merebut helm yang disodorkan oleh Donghae. Memakainya lalu menguncinya. Namun saat hendak mengunci helmnya, aku sedikit kesusahan.

Ah, helm ini sudah tua rupanya. Aku merasa kasian Donghae memakai helm butut seperti ini. Aku akan membelikannya nanti.

Dan sepertinya Donghae menyadari jika aku kesulitan. Ia terkekeh lalu meraih tanganku, menggantikan perannya untuk mengunci helm tersebut.

/Klik/

Setelah itu dia menaiki motor dengan tanki didepannya, melipat standarnya dan memegangi kemudinya.

Dia menatapku, "Naiklah, Hyung!" Katanya.

Aku segera naik ke atas boncengan itu, berpegangan pada jaket denim yang Donghae kenakan.

Donghae memutar kunci motornya dan menyalakan mesinnya. Setelah itu dia melajukan kendaraan beroda dua itu menuju gedung SM Entertainment.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk mencapai tujuan, kami sudah sampai. Jarak gedung SM dan super market itu tidak jauh jika kalian lupa.

Seperti sudah hafal, donghae memarkirkan motornya di parkiran khusus karyawan.

Yah, Donghae memang sudah sering kesini.

Kami turun dari motor, sebelum aku membuka kunci helm, sebuah tangan kekar mendahuluinya. Tangan Donghae, dia membukakannya untukku.

Adikku yang manis.

"Kau jangan menggangguku bekerja, mengerti?" Aku mewanti-wanti nya lagi.

"Iya Hyungku, sayang" Dia mencubit gemas pipiku. Sebenarnya yang adik disini siapa? Kenapa malah aku yang diberlakukan seperti anak kecil?

Heol! Usia kami bahkan selisih tujuh tahun...

"Donghae, sakit!"

Aku memukul lengannya. Cubitan Donghae barusan cukup sakit. Aku mengusap kedua pipiku. Oh pipiku yang malang.

.

.

.

.

.

Aku dan Donghae berjalan beriringan memasuki gedung SM. Banyak yang menyapa kami. Yah, mereka memang sudah mengenal Donghae. Dia sering ikut kesini

Aku masuk ke dalam ruangan kerjaku, masih dengan Donghae. Di sana ada Sungmin, Kyuhyun juga ada.

"Wah, wah, wah. Sapa biang kerok yang pagi-pagi sudah membuat masalah?" ujar Sungmin saat melihat Donghae. Aku menatap Donghae di sampingku, dia menyengir.

Aku menghampiri mereka berdua. Kyuhyun dan Donghae langsung berpelukan ria. Mereka seumuran dan sudah lama berteman.

Tapi Kyuhyun lebih tinggi dari Donghae. Ya, walaupun Donghae lebih kekar dari Kyuhyun.

Eh! Kenapa aku malah membandingkan keduanya?

"Kau berulah apa lagi, Hae?" Sungmin bertanya pada Donghae.

"Dia meremas dada pegawai super market," jawabku mewakili Donghae.

"Hah?! Apa kau tidak becanda?!" Sungmin terbelalak. Iya lah pastinya, Dongahae memang keterlaluan. Aku hanya mengangguk menanggapinya.

"Hyung~ Sudah ku bilang itu bukan kesalahanku, kan,"

"Kau benar melakukan itu, Hae?" Itu Kyuhyun yang bertanya. "Iya," Donghae menjawab.

"Wah, bagaimana rasanya" tanya Kyuhyun. Kyuhyun benar-benar gila.

Donghae terkekeh, "Kenyal" Jawabnya sedikit membisik kepada Kyuhyun.

/Puk!/                   /Puk!/

Aku memukul kepala Kyuhyun dan Donghae dengan botol minumku.

"Kalian berdua ini benar-benar!"

Mereka hanya menyengir sambil mengusap kepalanya yang baru saja aku pukul.

"Baiklah. Lee Donghae, ceritakan bagaimana kau bisa meremas dada pegawai itu."

Sungmin mulai mengintrogasi Donghae, dia duduk di kursinya dan menghilangkan kakinya. Sungmin menatap Donghae tajam.

Donghae menghela nafas, "Jadi begini–" Kami semua memperhatikan apa yang hendak Donghae sampaikan.

"Tadi pagi aku membuka pesan dari Hyuk Hyung. Dia semalam memintaku untuk membelikannya susu stroberi. Jadi, aku langsung pergi ke mini market untuk membeli susu. Aku bergegas ke rak susu, dan wanita itu ada di sana, sedang mengepel lantai."

Donghae berhenti sejenak untuk mengambil napas, hah!

"Aku terpeleset. Dan, Yah. Kurasa kalian tau akhirnya seperti apa," lanjutnya.

"Kau berpegangan pada wanita itu? Dan tak sengaja kau meremas dadanya?" Tebak Kyuhyun, Donghae mengangguk.

"Itu kan bukan salahku!" Kata Donghae sambil memanyunkan bibirnya.

Benar juga, Donghae tidak salah. Ini adalah kecelakaan.

"Kau semalam tidak pulang, Hae?" Tanya Sungmin. Sebenarnya ia tau karena aku sudah memberitahunya tadi. Dan aku lihat Donghae mengangguk.

"Kemana saja kau semalam?" Aku bertanya kepadanya, akhir-akhir ini dia memang jarang pulang ke rumah.

Bahkan Eomma sampai bingung dengannya. Tidak taukah dia bahwa kami mengkhawatirkannya?

"Aku tidur di rumah temanku," katanya.

"Temanmu, siapa?" Dia seperti tergagap. Apa kau berbohong, Lee Donghae?

"Umm, itu. Aku tidur di rumah, umm... Ryeowook. Ya! Rumah Ryeowook." Serunya kemudian.

Aku menelisik matanya, dia tampak gugup.

"Ya sudahlah. Lain kali bilang dulu jika mau menginap di rumah teman," Donghae menghela napas keras. Kenapa kau ini, Lee Donghae?

Mencurigakan.

"Iya, Hyung. Lain kali aku akan minta ijin dulu. Maafkan aku, ya" katanya. Aku hanya mengangguk.

Aku paham situasi Donghae sekarang. Aku juga pernah muda. Ingin bebas dan ingin berbaur.

Dan di usia Donghae sekarang, wajar jika ia merasa penasaran akan dunia luar.

Dongahae baru saja menginjak usia legal.

"Ya sudah, aku akan bekerja. Kyuhyun, tolong ajak Donghae main sana," titahku pada Kyuhyun.

"Eh, Hyung. Aku kan masih ingin menemani Sungminie disini"

"Yak bocah! Panggil aku Hyung! Aku lebih tua darimu!" Sungmin menyela.

"Tak apa lah. Sungminie terdengar imut," Jawab Kyuhyun. Lepas itu dia menyengir.

Aku hanya menggelengkan kepalaku, "Kyuhyun, apa kau tidak ada pekerjaan sekarang?"

Kyuhyun menggeleng, "Jadwal rekamanku diundur beberapa jam lagi" jawabnya.

"Kalau begitu, tolong bawa Donghae kemana pun kau mau, asal jangan disini. Aku mohon" Aku mengeluarkan aegyoku. Kulihat Kyuhyun menyerngitkan dahinya menatapku aneh.

"Hyung! Kau sudah tua, jangan beraegyo" Ujar Kyuhyun, sarkas sekali.

"Sudahlah, Hyung. Ayo Kyu!" Donghae menyela, ia langsung menarik Kyuhyun untuk keluar ruangan kerjaku. Adikku yang manis.

Dan sepertinya Kyuhyun masih belum rela meninggalkan Sungmin-nya yang ia sayang.

Huh! Aku dapat bernafas lega sekarang.

"LEE HYUKJAE!!!"

Aku seketika menegang, buku kudukku berdiri. Aku lupa harus menghadapi singa yang satu itu.

Aku menolehkan kepalaku perlahan. Di sana, Heechul Hyung berdiri dengan melipat kedua tangannya. Menatapku dengan tajam, seakan dapat menelanjangiku saat itu juga.

Mati aku!

Aku bersiap diri,

1

2

3

KABUR!

Otakku seakan tak berfungsi, hanya itu yang tertera di sana.  Sungguh menyesal aku menuruti apa kata Sungminie.

"Yak! Kemari kau bocah sialan!"

Heechul Hyung mengejar ku, kami berlarian memutari ruangan kerja. Aku tau ini mengganggu karyawan lain.

Tapi nyawaku lebih berharga.

Siapa saja tolong aku.