Bab.1
DAVID
***
Lima menit sudah menunggu seseorang yang bernama David. Dan Menunggu adalah sesuatu yang selalu saja membosankan. Pesanan coffe latte sudah datang, dengan semerbak aroma kopi yang begitu pekat dan cokelat serta crème yang begitu manis gurih juga lembut. Foam yang banyak dan lembut seperti es krim. Aroma kopi ini membuat sedikit relaksasi ketika mampir lembut membelai lidah dengan cita rasanya.
Aku masih memandangi secangkir kopi menyenangkan hati. Membuatku tersenyum jika menikmatinya. Lupa akan Dunia yang selalu menjajah diriku.
Ponsel itu bergetar, ku meliriknya, yang diletakan di meja saja. Panggilan dari seseorang yang dari tadi menelpon ku namun tak aku ketahui siapa kah dirinya? Ataukah rupanya. Siapakah David Klien kah atau penipu.
keningku berkerut, Aku masih berfikir. "Jika ia seorang penipu maka ia takan pernah bisa lagi hidup karena aku akan mengutuknya ia tidak pernah bahagia seumur hidupku."
Sosok itu sekarang dihadapanku tengah berdiri dengan sebaris gigi rapi dengan senyuman pipit miliknya. Masih dengan ponsel yang menempel di telinganya.
" Eehemm .... "
Ia berdehem. Sekilas aku langsung melihatnya. Ia tepat dihadapanku. Mataku membelak memastikan benarkah ia David.
" David." Ucapku singkat.
Lelaki itu membalas dengan anggukan saja. Dan senyum lebarnya. Semerbak aroma parfumnya menyembur, begitu harum.
Seorang pemuda yang kira-kira berumur 38 tahun, berdiri dengan tubuh atletis dan rambut rapi. Persis yang seperti aku bayangkan. Bahwa dirinya terlihat seperti exsecutive muda. Wajahnya licin serta wangi. Sosok itu Masih berdiri tegak dengan tangan yang masih di belakang dan langsung diulurkan tangan tanda perkenalan darinya. Aku masih takjub memandanginya.
" Mbak..Arini.." Ucapnya.
Memandang dirinya, aku tersenyum samar, Ia adalah pengendara mobil pajero sport yang tadi, seseorang yang berhasil menarik perhatianku di parkiran. Tubuh nya masih berdiri tegak di hadapanku dengan ponsel yang masih berada di telinganya. Tangan nya mengulurkan tanda perkenalan namun masih diacuhkan.
Masih kusendok foam lembut yang mampir membelai lidahku lembut. Menatap wajahnya Yang begitu ramah. Aku hanya mendengus tanpa menerima salam dari dirinya. Aku Hanya mengangkat kedua alis.
Mataku bertanya apakah ada sesuatu yang sangat penting yang ia sampaikan. Kuterobos bola matanya, Benarkan ia bisa membaca apa yang aku pikirkan.
"hmm."
David langsung duduk tanpa dipersilahkan. Melihat kemeja dan jas nya yang berwarna abu begitu senada. Jelas ia bukan lelaki sembarangan. Kemeja itu dan jas nya merk terkenal. Dan jelas mahal. Aku melihatnya sewaktu itu di sebuah galery store pakaian kantor. Mungkinkah ia teman Pak Hadi. Tapi aKu tak pernah melihatnya sekalipun. Tanyaku heran dalam hati.
Giginya memamerkan senyum lesung pipit. Masih ditebarkan dihadapanku,Wajah maskulin miliknya pasti dapat banyak memikat Wanita siapa saja.
" Jadi langsung saja pada point nya." Jawabku singkat. " Saya tidak suka basa – basi dengan lelaki seperti anda." Ucapku tajam pada wajahnya.
Lelaki yang bernama David itu. Hanya senyum sendiri. Dan menaggapi ucapanku adalah kebohongan.
" Mbak_arini ?" tanya David.
Yang masih aku acuhkan dengan melihat foam lembut dan aku sendok seketika mampir di mulutku, sambil melihat wajahnya yang maskulin.
" Sruuuuuutttttttt .... " David menyeruput kopi hitam miliknya.
Sehingga membuat aku teralihkan kepadanya. ia menarik nafas nya. Tak ada pembicaraan setelah lima menit kami duduk berdua. Hening dan hanya ada lagu yang diputar dari caffe, Suasana ini terbilang kaku.
" Ehemm ... !." David membuka pembicaraan. Pembicaraan sebagai seorang lelaki. Dan langsung aku menatapnya tegas kedalam kedua bola matanya. Sikapnya menunjukan kewibawaan dirinya. Matanya berkata aku harus menatap dirinya kali ini. Dan membiarkan intuisiku bicara.
Entah kenapa ada perasaan aneh dibola matanya, Itu membuat gemuruh nadiku gemetar, Seolah aku pernah bertemu dengannya di dimensi lain. Aku menahan rasa aneh ini diam – diam.
"Saya mau menyampaikan!!"
Bola mataku tertuju pada wajahnya yang sangat serius kali ini. Aku memandangi charisma yang terpancar dalam dirinya.
"Wasiat dari almarhum!!" tegasnya. " Saya di tunjuk sebagai kuasa hukum pak Hadi. Lebih tepat nya pengacara pak Hadi sejak 7 tahun lalu. Beliau pernah berpesan kepada saya. Jika beliau sudah tiada saya harus mencari mbak Arini!" Matanya bulat kini membuat jantungku meloncat kaget. "Kontak, alamat, jelas sudah beliau berikan kepada saya." Jelasnya. Mempertegas percakapan dari semula.
" Saya." Gumamku spontan.
" Benar. Arini Sulistyowati." Jelas lelaki yang bernama David.
Aku berpikir keras wasiat apakah? David tidak meneruskan kembali perkataanya selain ia menatap wajahku heran dibalik cangkir kopi miliknya. " Mana mungkin si botak itu melilitkan hutang atas namaku? Jika itu benar, mungkin aku akan bunuh diri. Jika hutang nya melibatkan atas nama ku? seperti Hendra. Setelah kepergianya ia melilitkan hutang banyak hingga banyak kolektor menagih. Memaksa, Menyita sebagian hartaku. Kini apakah wasiatnya? Dan apa hubungannya dengan diriku. Sedangkan ia bukan keluargaku? Dan juga bukan siapa – siapaku." Gumamku dalam hati.
" Terus_" Ucapku tak sabar mendengar perkataan David. Yang masih santai dengan menyeruput kopi hitam nya. Dan menarik nafas nya panjang. Dan tetap menegaskan aku harus mendengarkan ucapan dirinya. Sedangkan hatiku dan debaran jantungku begitu kencang menunggu ucapan dibalik kematian pak Hadi. " Apakah Si botak itu dibunuh dan meyeretkan namaku?" ucapku terus dalam hati. Seperti kasus pejabat di Negara lainnya.
" Pak Hadi, menginginkan anda memiliki sebagian saham milik nya! Dengan catatan! Anda!! Mbak Arini, menikah dengan putera beliau yang sedang berada di ausie. Sebelum 40 hari setelah kematian nya." Jelasnya.
" Saham! Menikah! Apa maksudnya? " bantahku.
Aku sungguh tak habis pikir sibotak mewariskan sebagian saham nya kepada seseorang yang jelas membenci dirinya. Namun kenapa dengan satu syarat aku harus menikah dengan putra nya. Kukira Ia mendonasikan saham nya secara gratis seperti dermawan biasanya. Lelucon apa ini?.
" Cukup! Saya tidak punya banyak waktu untuk ini." Jelasku pada mata David yang masih menatap serius. " Lucu.." bantak ku langsung.
Kembali seolah percakapan ini hanya bualan saja. Seperti seorang badut yang menghibur anak-anak dengan cerita tidak lucu dan tertawa melihat perut dan wajahnya saja yang cemong dan tidak keruan. Membuatku tertawa ngakak dan terbahak. Aku masih mendengarkan perkataan yang akan keluar dari bibirnya lagi. Masih menahan tawaku yang akan meledak.
" Namun, mbak Arini. " Ucap David terpotong. " Masalah nya, Adalah anak pak Hadi itu adalah seorang gays. Ia tidak menyukai wanita. Karena pernah patah hati, Renaldi menjadi seorang gays. Bagaimana menurut anda?. Maukah anda menikah dengan putra beliau dan memiliki sebagian saham miliknya?. " jelas David. Dengan wajah mengiming- imingi seperti seorang penipu.
"hegh.." aku hanya mendengus padanya. Dan sejenak berfikir, memikirkan pilihan & keputusan, menolaknya ataukah menerima suami seorang gays.
David memberikan pilihan yang rumit, dibalik ucapannya yang tegas, ternyata ada permasalahan pelik dibaliknya. Hah_seorang gays. Mustahil untuk menikah dengan lelaki tidak normal. Meski saham nya bisa membuat imanku goyah. Saham milik Pak Hadi adalah saham jutaan dolar. Rasa itu pasti ada, sebagian hidupku akan berubah menjadi lebih mudah karena uang yang selalu aku cari kini datang sendiri. Hidupku akan berubah 180 derajat. Jika aku mau menerima dan berpura-pura menikah dengan lelaki tidak normal itu demi saham. "Tapi.." desisku dalam hati.
Perkataan David itu membuat mimpi yang tadi melambung tinggi lalu hancur jatuh, berkeping keping dan berserakan dimana- mana. Dan mustahil seorang gays menikah dengan wanita. Sedangkan dirinya tidak normal. Ia lelaki yang menyukai sesama jenis. Dan sudah jelas aku tidak akan menyia- nyiakan hidup dengan tinggal bersama seperti lelaki itu. Meski dengan Imingan saham dolar amerika sekalipun.
"Oh ... maaf, kalau begitu, Mas David membuang waktu saya!. karena jawaban saya sudah jelas. Saya tidak mungkin menikah dengan lelaki Tidak normal seperti yang anda Syaratkan. Apa Hanya dia didunia ini yang harus menikah dengan saya!!. Saya Tidak berniat untuk. MENIKAH LAGI!!. Apalagi hanya dengan sebuah saham. Saya masih mampu untuk mencari uang sendiri. Dengan seluruh kerja keras!." Jelasku tanpa basa basi dihadanpan nya.
" OH, SATU LAGI INGAT. SAYA BUKAN WANITA MATERIALISTIS !!seperti yang anda fikir, tawarkan saja pada orang lain. Yang pasti bersedia menikahi anak sulung pak Hadi"
Aku senyum kearah David. Senyum melebarkan bibirku. Dan pamit.
" Tapi, Mbak Arini!. Jika anda tidak menikah dengan anak beliau. Anaknya dan seluruh keluarga. Tidak akan mendapatkan warisan!!. Harta beliau akan didonasikan kepada rakyat di palestina!!." Tukas nya cepat.
Ucapanya menahanku yang segera angkat kaki dari hadapan dirinya. Aku sesegera mungkin membalik. Saat Ia menarik lenganku kilat. Mendekapkan dirinya cukup dekat dengannya hingga wangi parfumnya kembali tercium menyengat.
Aku melotot padanya meminta ia melepaskanya segera. Tatapanku langsung menusuk kedalam matanya. Ada yang tersirat aneh, oleh sorot matanya, meminta dan memohon, bola matanya berkaca-kaca dan berbinar. " apa maksudnya" desisku dalam hati. " Matamu.." gumamku kembali dalam hati.
"oh_bagus!" cetusku, Aku menatapnya kembali. Menatap wajah David begitu serius. Entah ada apa dibalik bola mata yang mengembang dari sorot matanya.
" Apa hubungan nya, Dengan saya?" Ucapku singkat. " Tapi ide si botak itu keren juga. Bisa beramal untuk dunia. Tegasku kembali. " Maaf saya tidak punya banyak waktu. Saya harus jemput kedua anak saya. Selamat siang menuju sore, Terima kasih anda telah membuang waktu saya hari ini!. Semoga beliau tenang disisi Allah, karena saya akan menolak permintaan terakhirnya." Ucapku sambil pamit kepada David yang masih berharap aku kembali duduk dan mengiyakan semua permintaan konyol dari dirinya.
Lengannya masih erat menggenggamku, Hingga aku menariknya paksa.
" Mbak Arini." Tukas David cepat. Ia kembali menghalangi langkah kaki ku.
Aku mendengus dan mennatapnya kembali. " menyingkirlah.." teriaku kembali dalam hati.
Kembali mataku meyuntikan padanya, supaya ia lebih sopan padaku. Dan aku bukan wanita yang kalian fikir. Meskipun aku single parents, aku bukan perempuan murahan. Itu jawabanku jika kamu bisa membaca hatiku." Tapi siapa kah kamu david?datang memintaku menikahi seorang gays. Apa kamu waras?". Kutuk dalam hati.
David hanya diam memaku. Setelah dua langkah aku menjauhinya. Melangkahkan kaki keluar dari caffe dan menjauh jauh dari hidupku. Lelaki aneh yang pertama kutemui. Ada sesuatu yang aneh hingga membuat hatiku bergemuruh.
" Hegh.." aku kembali mendengus dan mengingat semua ucapan konyol hari ini. Ucapan nya seolah hiburan belaka yang membuat perut geli. Tanpa sadar aku telah tertawa geli mengulang cerita dari mulut David. Cerita Tentang warisan saham dari Klienku yang centil. Dengan syarat menikah dengan putranya yang gays. Itu adalah cerita lucu yang pernah aku dapatkan hari ini. Benar- benar lucu.
Dan ternyata pertemuanku dengan David hanya sia sia saja dan membuang waktu. kali ini tak ada tempat lain. Selain bersama kedua anaku yang amat tersayang. Anak anak yang membuat aku mati matian kerja keras. Supaya si keji itu sadar. Bahwa tanpa seorang Papa pun Abizar dan Zeinna tumbuh sehat. Bahkan memiliki bekal Untuk masa depan yang cerah.
_________
Jakarta sore hari masih padat dengan tingkat kemacetan yang tinggi. Saat mendekati jam pulang kerja, semua pengendara motor bak ugal-ugalan dan selip sana sini. Membuat para pengemudi lainnya jantungan.
"shitt.."
Akhirnya hari ini kembali dengan skors nol. Dan pulang menuju kediaman. Tanpa membawa hasil penjualan. Pak Yuki pasti esok hari akan membahas unit yang belum terjual. Meski Ia sudah mempercayakan diriku sebagai Supervisor di bisnis property. Dan begitu percaya sisa unit itu pasti laku terjual di bulan ini.
Abizar ... , Zeinna ,mama pulang sayang ... !!!.Desisku dalam hati.
Memandangi jalanan dibelakang stir. Dengan kendaraan didepan. Hanya beberapa detik berjalan lalu kembali. Berhenti lagi. Sungguh padat dan sedikit macet. Rasanya bosan dengan kehidupan seperti ini. Rasanya aku ingin mengeluh dan menangis dibahu seseorang, menumpahkan semua kesalku dan lelahku hari ini. Tapi.. pada siapa aku mengeluh? Tak ada seorang pun yang bisa membuat hatiku gemetar, tak ada rasa yang tersirat kembali yang membuat darahku mendidih jika mengingatnya, tak ada seseorang yang bisa membuat aku nyaman.
Rinduku tak terbendung membayangkan wajah Zeinna tersenyum polos, menggeliat geliat, rindu dipangku. Dalam pangkuan yang terbatas waktu. Jalanan yang sedikit mulai padat dengan Matahari yang mulai temaram. Jalanan ibu kota yang masih tambah padat merayap. Di jam pulang menuju malam . Pulang menjemput mereka dirumah Safira. Masih berharap secepatnya pulang berharap jalanan cepat lenggang. Tetapi terus saja merayap.
***