Chereads / Saranghae My Superstar / Chapter 5 - Kenapa Selalu Kau!

Chapter 5 - Kenapa Selalu Kau!

"Hana, tolong fotokopi file perizinan konser ini!"

"Hana, tolong buat jadwal Variety Show milik Junhyuk"

"Hana, beli kopi di cafe bawah"

"Hana, apa file rencana promo milik Junhyuk kemarin sudah selesai? Berikan padaku"

Haaaaahh.....beberapa hari ini Yeojong sangat menyusahkan Hana karena terus menerus memberinya tugas, padahal Hana bukanlah anggota timnya. Ia sengaja melakukan itu karena kesal pada Hana atas kejadian tempo hari, soal bingkisan fans Junhyuk.

Yeojong di tegur oleh Yoon PD karena hal itu, alhasil Hana lah yang menjadi pelampiasannya, Hana terpaksa lembur untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan Yeojong tanpa ampun.

"Hana-ya, apa kau sudah makan? Ayo kita pergi makan siang" Sua muncul dari arah belakang, ia akan pergi makan siang dengan teman sekubikel Hana lainnya.

"Aku nanti saja, ini belum selesai" jawab Hana seraya mengacungkan berkas tebal di tangannya.

"Hei, jangan memaksakan dirimu, nanti saja kerjakan lagi. Kau akan sakit kalau terus seperti itu".

"Tak apa Sua, ini tinggal sedikit lagi selesai" Hana menjawab dengan senyumnya yang terkembang.

"Baiklah, segera selesaikan lalu makan, oke?"

"OKE!" Hana terkekeh.

Kantor mulai sepi ditinggal orang-orangnya keluar berburu isi perut mereka. Tinggal Hana disana, di sudut kubikel berisi 3 pasang meja, menatap pada berkas tebal di tangannya untuk ia tandai bagian-bagian yang salah lalu akan ia koreksi nantinya.

Bahunya sudah benar-benar pegal, lapar sudah bergelayut di perutnya yang rata, ia buka sebungkus choco pie untuk mengganjal perutnya yang sudah keroncongan.

Yeojong sengaja memberikan Hana semua pekerjaan yang menyangkut Junhyuk, karena ia tahu Junhyuk membenci wanita itu, ditambah Junhyuk adalah orang yang terkenal dingin dan menyebalkan jadi memberikan Hana sebagai bantalan untuk emosi Junhyuk yang labil adalah hal seru bagi Yeojong.

Hana merebahkan kepalanya diatas berkas tebal itu sambil menghembuskan nafas berat, ia tahu bahwa Yeojong sengaja berbuat begini padanya, ia sangat tau itu dan sudah bisa memprediksinya semenjak masalah tempo lalu.

Drrttt...ddrrtt...

Ponsel kentang yang sudah 2 kali ganti layar milik Hana bergetar, menandakan sebuah chat masuk. Ia segera membukanya.

Sohee :

Hana-ya! Bagaimana pekerjaanmu? Kau capek?

Oppa bilang kau banyak di beri pekerjaan.

Jangan lupa jaga kesehatanmu, OKE!

Aku akan marah kalau kau sampai sakit.

Hana tersenyum senang membaca chat dari sahabatnya itu, Sohee benar-benar perhatian pada Hana. Mereka mulai bersahabat semenjak Hana menolong Sohee saat dulu ia hampir di lecehkan oleh salah satu mahasiswa kampus mereka yang sudah lama menaruh hati pada nya.

Saat itu adalah awal-awal mereka masuk kuliah jadi belum kenal satu sama lain, tapi Hana bersedia membantu Sohee meski harus rela cedera karena di dorong dan terbentur pinggiran anak tangga tepat di atas keningnya hingga darah bercucuran di wajah Hana, dan peristiwa saat itu benar-benar traumatis bagi Sohee.

Mungkin itu alasan wanita cantik ini sangat menyayangi Hana, karena merasa berhutang budi.

Hana :

Aku baik-baik saja, jangan khawatir~~

Memang sedikit sibuk, tapi aku menyukainya.

Ayo kita makan ayam goreng pal-pal(88) chiken weekend ini!

Biar Onni Hana yang traktir haha.

Sohee :

Hahahaha baiklaah~~

Aku menunggu traktiranmu Onni~

Siap-siap saja karena aku akan makan satu ekor ayam sendirian!

Hana :

Coba saja kalau kau sanggup menghabiskannya sendiri

Hahahah

Sohee :

Hahaha benar jugaa~~

Nanti pipiku akan bengkak...

Sampai bertemu weekend ini Hana-ya

Saranghae~~

Hana :

Saranghae Sohee-yaa~~

"Heheheh"

Ia tertawa sendiri setelah mengakhiri sesi chat nya dengan Sohee, mereka memang cocok ngobrol hal apapun. Tanpa disadari Hana, seseorang yang sudah sedari tadi masuk ke kantor mereka memperhatikannya yang senyum-senyum sendiri menatap layar ponselnya.

"Hana-ssi...pekerjaanmu sudah selesai? Kenapa kau bermain dengan ponselmu?"

Yeojong sudah berdiri di belakang Hana dengan tatapan yang tak meng-enakkan bagi siapa pun yang melihatnya, seolah-olah ia sedang melihat seekor kuman raksasa di depan wajahnya.

"Aah..maaf Sonbae, aku sedang membalas chat. Bukankah ini masih jam makan siang? Karena itu aku mengecek ponselku sebentar."

Yeojong sedikit tercekat mendengar jawaban Hana, lalu nampak sedikit gelagapan karena merasa salah peluru untuk mengomel, memang benar ini masih jam makan siang jadi sah-sah saja jika Hana bermain dengan ponselnya saat ini karena masih jam istirahat, tapi bukan Kim Yeojong namanya jika tidak busuk hati.

Ia sok tenang seolah-olah tidak ada yang salah dari ucapannya tadi.

"Kerjakan tugasmu dengan baik, aku butuh berkas itu sore ini"

Yeojong berucap sembari melangkahkan kaki menuju kubukel miliknya disana dan berlagak biasa saja padahal ia sedikit tengsin juga.

Hana hanya menggeleng pelan dibalik punggung Yeojong yang berjalan membelakanginya.

"Oh! Benar juga, tolong belikan AA (Ais Americano) di cafe bawah Hana-ssi, aku lupa membelinya saat di lobby tadi"

"Sekarang seonbae?"

"Gak! Tahun depan! Tentu saja sekarang, kenapa pakai tanya? Haduuh..."

Hana cuma bisa merutuk dalam hati, ia sangat kesal sebenarnya oleh perlakuan Yeojong padanya belakangan ini, seringkali ia menyuruh Hana membeli kopi, padahal ada Office Boy (OB) kantor yang bisa disuruh. Memang nasib junior akan selalu seperti ini, batin Hana.

Wanita mungil itu melangkahkan kakinya yang enggan menuju lift untuk turun membeli kopi sesuai pesanan sang senior, setibanya di Lobby ia segera menuju cafe di sudut sana untuk memesan AA sesuai permintaan orang itu.

Lobby kantor sudah mulai ramai karena jam makan siang sudah berakhir, semua karyawan yang pergi untuk makan siang sudah kembali ke kantor untuk mulai bekerja kembali, Hana celingukan menolehkan kepalanya sambil memeperhatikan orang-orang yang baru saja memasuki gedung itu seraya menunggu kopi yang ia pesan selesai dibuat.

Lalu terbersit di dalam kepalanya bahwa ia merasa tak percaya sekaligus takjub bisa bekerja di kantor ini meskipun hanya sebagai karyawan magang, tapi ia tetap bersyukur. Ini semua berkat Jihwan, Hana berjanji dalam hatinya akan mentraktir Jihwan saat nanti gajian.

"Permisi, kopi Anda sidah selesai...silahkan"

"Aah...terimakasih" ujar Hana sambil menyodorkan sebuah kartu pembayaran pada pelayan cafe, lalu setelah selesai memproses pembayarannya, pelayan cafe tersebut mengembalikan kartu itu dengan sopan pada Hana lalu mengucapkan terimakasih dan dibalas anggukan serta senyum ramah Hana.

Ia melangkahkan kakinya gontai menuju lift untuk naik kembali ke lantai 6, lift lumayan ramai saat Hana baru memasukinya kemudian penumpang lainnya turun sesuai pada lantai yang mereka tuju hingga akhirnya meninggalkan Hana sendiri di dalam lift.

Bbzzztt...bbzzzttt...bbbzzztt...

Ponsel Hana bergetar tanda sebuah panggilan masuk kesana, dilihatnya nama Jihwan tertera sebagai pemanggil. Segera ia angkat telfon itu.

"Nae, yeoboseyo..."

"Hana-ya, apa kau masih menyimpan dokumen yang beberapa waktu lalu ku titipkan di mejamu?

"Sepertinya aku masih menyimpannya oppa, ada apa?"

"Syukurlah, bisakah kau antarkan dokumen itu ke lobby? Aku harus mengurus sesuatu di luar kantor dan membutuhkan dokumen itu."

"Baiklah oppa, akan ku cari dulu"

Ting! Pintu lift terbuka tepat di lantai 6, dimana lantai kator Hana berada. Jangan tanya kenapa bisa nelfon di lift? Memang ada sinyal? Anggap aja ada ya..plis..

Hana melangkah keluar lift dengan sedikit tergesa, ia melupakan rencananya tadi untuk langsung meletakkan kopi yang dibawanya ke meja Yeojong, saat ini ia memilih membawa kopi itu bersamanya dan memeriksa meja kerjanya untuk mencari dokumen yang dimaksud Jihwan.

"Oppa..Tunggu sebentar, aku sedang mencarinya"

Hana masih berbicara di telfon dengan Jihwan, rupanya telfon belum diputus.

"Ya, jangan tergesa-gesa Hana-ya..aku tak buru-buru"

"Iya oppa.."

Tangan kanan Hana sibuk mencari dokumen yang diminta Jihwan diantara tumpukan berkas di mejanya sampai ia tak sadar seseorang baru saja keluar dari lift dan memasuki kantor menuju ruangan Yoon PD.

"Aha! Ketemu! Oppa dokumennya sudah ketemu, akan kuantar ke lobby"

"Hehe..baiklah, terimakasih Han--"

Ucapan Jihwan terhenti karena ia mendengar sedikit keributan diujung telfon sana, ditambah Hana tak menjawab saat ia beberapa kali memanggil nama Hana membuat Jihwan seketika melangkah cepat menuju lantai 6 dimana kantornya berada.

Seketika rasa khawatir menyeruak dibenaknya pada adik manisnya itu.

Dan benar saja, sesampainya Jihwan di sana terlihat suatu pemandangan yang kurang mengenakan mata. Hana berdiri tertunduk dengan wajah takut di hadapan Jinhyuk dengan celana yang sudah terkena tumpahan kopi, sedangkan segelas kopi nampak berserakan di lantai.

Junhyuk tadinya berjalan santai didampingi Suho di sebelahnya seperti biasa, mereka hendak menuju ruangan Yoon PD untuk membicarakan projek terbaru Junhyuk dan beberapa tawaran peran yang masuk untuknya. Namun betapa kesalnya dia saat seorang gadis tiba-tiba berbalik dengan segelas kopi di tangannya dan berhasil menabraknya hingga kopi itu tumpah mengenai baju GUCCI nya yang mahal. Ia mengernyit, alisnya bertaut tanda kesal mulai naik dari rongga dada menuju kepalanya dan siap meledak.

Wanita itu nampak gugup dan takut karena paham betul bahwa ia sudah melakukan kesalahan karena tak berhati-hati saat berbalik dan berakhir mengotori baju seseorang dengan tumpahan kopi, yaaah..meskipun celananya juga terkena kopi, tapi harga celananya tidaklah seberapa, mungkin harga 1 buah baju GUCCI milik Junhyuk bisa untuk membeli 10 buah celana milik Hana, itulah perbandingannya yang sekarang benar-benar membuat Hana khawatir.

'Hana bodoh! Kenapa ceroboh sekali siiih...kemarin merusak ponsel mahal seseorang, dan sekarang mengotori baju mahal orang lain! Emang nyari mati aku"

Hana merutuk dalam hatinya karena kecerobohan yang ia lakukan.

"KAU TAK PUNYA MATA? APA ITU HANYA PAJANGAN SAJA?"

Bentak Junhyuk membuat seisi ruangan terdiam dan hanya berani melihat, Hana tersentak saat mendengar bentakan Junhyuk padanya, sebenarnya ia adalah anak yang lembek dan akan mudah menangis jika dibentak seseorang. Bahkan orangtuanya tak pernah membentak saat bicara pada Hana.

Buliran bening terasa akan jatuh dari tempatnya, tapi Hana memahannya sekuat tenaga, ia tak ingin di cap anak cengeng oleh orang di hadapannya, cukuplah di kenali sebagai orang ceroboh tak punya mata saja.

"Maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja..akan saya ganti biaya laundrynya"

Ujar Hana sambil menunduk takut, ia takut di bentak lagi dan bikin jantungnya melorot dari tempatnya semula.

"HAH! KAU APA? GANTI BIAYA LAUNDRY? MEMANGNYA KAU BISA?!"

Sebelum Junhyuk melanjutkan omongannya yang akan lebih parah dari ini, Suho cepat-cepat menenangkan Junhyuk yang ia tahu sudah sangat terbakar emosi, artis asuhannya itu sangat memperhatikan kebersihan dan kerapian dirinya dan apapun yang melekat pada tubuhnya, tak heran kalau sekarang ia jadi murka gara-gara tumpahan kopi di bajunya.

Hana terdiam, takut untuk bersuara. Ia memilih memainkan ibu jarinya gusar tanda bahwa ia panik sekarang.

Yeojong nampak tersenyum senang atas apa yang sedang dilihatnya saat ini, benar-benar peristiwa yang sangat baik baginya tapi tidak untuk orang lain.

Jihwan yang sedari tadi berdiri di depan pintu lift tak lagi bisa membiarkan ini begitu saja, ia segera meraih sekotak tisu deri meja salah satu tim Yeojong di dekatnya lalu menghampiri mereka yang berdiri disana dengan aura tak menyenangkan yang menguar.

"Bersihkan saja dengan ini, jangan mendramatisir"

Jihwan menempelkan tisu yang tadi ia raih ke dada Junhyuk membuat laki-laki itu refleks memegang tisu di dadanya lalu menatap berang pada Jihwan yang berdiri diantara dirinya dan gadis itu.

"Jangan ikut campur!" Ujar Junhyuk dengan suara dingin nan mematikan, saking mematikan hingga bisa bikin nyamuk enggan mendekat.

"Tak usah berlebihan...cepat bilas nodanya, kalau tidak nodanya bisa menempel dan susaha hilang, aku mewakilinya untuk minta maaf karena ia buru-buru sebab aku meminta ia mengantarkan sebuah dokumen penting untukku"

Jihwan menatap tegas pada Junhyuk namun senyum tipis tetap terlihat berada dibibirnya, membuat orang sedikit bingung dengan maksud dari ekspresinya itu.

Junhyuk hanya terdiam, kerutan alisnya semakin dalam sebab emosi yang masih terasa disana.

"Baiklah, hubungi aku saat bajumu sudah di laundry, aku akan ganti biaya nya sebab ini salahku juga"

Jihwan berujar sambil menepuk pelan bahu Junhyuk beberapa kali lalu merangkul bahu Hana dan menuntunnya berjalan mengikuti Jihwan, tak lupa ia juga meraih dokumen yang tadi ia butuhkan dan membawanya bersamanya.

Junhyuk memandang punggung keduanya yang berlalu meninggalkan ruangan kantor dengan emosi semakin begejolak, dia merasa di remehkan oleh Jihwan.

Suho menyadarkannya dan mengajak untuk berganti baju terlebih dahulu sebelum menemui Yoon PD di ruangannya. Junhyuk hanya menurut malas pada hyung kesayangannya itu.

To be Continue....