Chapter 87 - Kenangan Masa Kecil

"Mari makan."

Butuh waktu lama bagi Pak Wijaya untuk mengucapkan kata-kata ini dengan suara berat, dengan suara sedih.

Intan memperhatikan bahwa lelaki tua ini selalu seperti singa dan selalu berdiri teguh. Tapi setelah Irwan membuat keputusan ini, punggungnya tampak loyo dan lemas.

Makan malam itu tampaknya memiliki suasana yang harmonis di permukaan, tetapi dia tahu bahwa ada terlalu banyak perkelahian yang berulang-ulang.

Intan tidak menyukai perasaan ini, dia selalu merasa keluarga ini terlalu banyak perhitungan.

Setelah makan, lelaki tua itu tidak membiarkan Intan dan Irwan kembali, tetapi tinggal di rumah selama satu malam untuk meningkatkan hubungan mereka.

Intan memiliki bayangan tertentu di sini, dan dia tidak berani berjalan-jalan dengan santai.

Pelayan datang dan berkata bahwa lelaki tua itu meminta Intan pergi ke ruang kerja untuk minum teh.

Ketika Intan datang, lelaki tua itu sedang berlatih melukis. Intan masih bisa melihat karakter lelaki tua itu.

"Paman."

This is the end of Part One, download Chereads app to continue:

DOWNLOAD APP FOR FREEVIEW OTHER BOOKS