"Irwan."
Intan tiba-tiba memanggil namanya kata demi kata.
Irwan melihat ke arahnya.
Pada saat ini, Irwan tiba-tiba membungkuk dan mencium bibir tipisnya dengan bibir merah Intan. Dia pun mengikuti gerakan Irwan melakukan hal yang sama.
Jantung Intan sedikit bergetar, tubuhnya sedikit kaku. Irwan hendak berpaling, tetapi terhenti oleh kekecewaan gadis kecil itu.
"Tidak, kamu selalu yang menciumku duluan, aku tidak punya inisiatif. Izinkan aku datang kali ini, kamu sebagai guru harus menilai bagaimana hasil dari muridmu."
"Oke."
Irwan mengangguk dan berkata.
Gerakan gadis itu lambat dan tidak teratur.
Singkatnya ... Ini sangat kikuk dan itu membuatnya merasa tak tertahankan. Beberapa kali Irwan ingin menekannya dan mengambil inisiatif.
Namun, karena Intan sudah berbicara, jadi Irwan secara alami menyerah.
Kali ini karena inisiatif Intan sendiri, diam-diam Intan masih bisa bernapas, dan ciuman panjang itu berakhir tanpa banyak kesulitan.
