"Bukan itu mas", Berkali-kali Inaya menghela nafas panjang, berisaha menata hati dan merangkai kalimat pada Faiz. "Gini mas, sebenarnya ini aib keluargaku. Aib yang berusaha kami tutupi, namun Alloh berkehendak lain. Semoga ini yang terbaik. Mas Faiz, aku mohon pada mas Faiz membantuku menutup aib keluarga ini. Aku mohon, nikahi mbak Kayla", Dengan wajah tertunduk dan air mata berderai. Inaya menyampaikan permohonan pada Faiz.
"Maksudmu apa Nay?" Faiz yang kaget dengan permintaan Inaya hampir saja menjawab dengan suara meninggi.
"Dengarkan aku dulu mas, bukankah Mas Faiz tau jika kita wajib menutup aib saudara kita? bahkan sesama muslim wajib menutup aib saudara nya. Dalam Hadits Diriwayatkan "Barang siapa yang menutupi aib saudaranya muslim, Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa mengumbar aib saudaranya muslim, maka Allah akan mengumbar aibnya hingga terbukalah kejelekannya walau ia di dalam rumahnya." (H.R. Ibnu Majah), maka bantulah aku mas", ucap Inaya yang semakin membuat Faiz bingung.
Sambil menghela nafas panjang Faiz masih bingung dengan apa yang dikatakan Inaya.
"Jelaskan Nay, apa yang kamu maksud aib disini?"
"Ampuni hamba ya Alloh..." gumam Inaya yang masih bisa didengar oleh Faiz meski sangat pelan.
"Jadi begini mas, Tolong nikahi Mbak Kayla. Karena Mbak Kayla sedang hamil", Inaya makin tertunduk menahan malu, karena membuka aib keluarganya di hadapan Faiz, ia hanya memohon pada Alloh melembutkan hati faiz dan agar Alloh menutub aib ini. "Kalau pernikahan Mbak Kayla dibatalkan sekarang, maka semua orang akan tahu kalau mbak Kayla hamil tanpa suami, karena mas kan tahu sendiri jika dalam adat jawa kalau seorang ayah meninggal dan tidak langsung diadakan pernikahan saat itu, maka pernikahan harus ditunda di tahun berikutnya. Meski dalam pandangan agama tidak ada hukum demikian, namun kita hidup di lingkungan dengan adat seperti ini mas. Seandainya hari ini Mbak Kayla batal menikah, berarti ia harus hamil dan melahirkan tanpa suami. Jadi aku mohon dengan sangat mas, nikahi mbak Kayla", ucap Inaya dengan sekuat hatinya.
Faiz tertegun dengan penuturan Inaya. Seketika hatinya membeku, orang yang dicintainya, calon istrinya dua minggu lagi, hari ini memintanya menikahi kakak kandungnya sendiri.
"Nay, kamu sadar apa yang kamu ucapkan? apa kamu tidak mencintaiku Nay?" jawabnya.
"Aku sangat sadar mas, maka dari itu aku mohon padamu mas, bantu aku. Jika Alloh masih memberikan Jodoh pada kita, aku yakin Alloh akan pertemukan kita lagi dengan cara Nya",
"Tapi Nay, bukankah wanita hamil haram hukum nya menikah Nay, kamu tahu itu kan Nay?"
"Iya mas aku tahu, pernikahan ini untuk memberikan status hukum bagi anak mbak Kayla mas, tapi bukan berarti nanti anak itu bisa diwalikan oleh mu maupun ayah biologisnya. hanya hukum dimata negara mas. Bahkan setelah menikah pun kamu tidak boleh menyentuh mbak Kayla, sampai anak itu lahir dan kalian menikah lagi nanti. Dalam alquran dijelaskan "Dan perempuan-perempuan yang hamil waktu iddah mereka sampai mereka melahirkan kandungannya." (QS ath-Thalaq [65]: 4)."
"Meski dengan berat hati, baiklah Nay. aku membantumu. semoga Alloh masih memberikan kita Jodoh Nay", Jawab Faiz.
"Terimakasih mas Faiz, Semoga Alloh membalas kebaikanmu dengan kebahagiaan yang tak terhingga",
"Aku melakukan ini karena aku sangat mencintaimu Nay, aku tidak ingin melihatmu bersedih. Doakan agar aku kuat menjalaninya Nay",
"Aamiin... Jadi nanti selesai pengurusan jenazah Abi, Ijab Qabul akan dilaksanakan ya mas, sekarang aku pamit untuk menyampaikan kabar ini pada mbak Kayla, sekali lagi terimaksih mas. Assalamualaikum". Inaya pun berlalu menuju ke kamar dimana Kayla berada.
Dengan sendu Faiz menatap punggung menjauh Inaya, calon istrinya, yang sekarang menjadi calon adik iparnya. Kemudian ia pun menghampiri Abinya yang sedang mengkafani Hamzah di ruang tamu, ruang yang tadinya akan menjadi tempat akad nikah.
"Abi, bisakah aku bicara sebentar?" Faiz sedikit berbisaik pada abinya.
"Iya Iz, ada apa?" Zakaria memerintahkan pada yang lain untul meneruskan pengurusan jenazah Hamzah.
kemudian Faiz dan Ayahnya menepi untuk membahas pernikahan nya dengan Kayla.
"Ayah, izinkan aku menikahi Kayla", dengan sangat pelan dan wajah tertunduk faiz menyampaikan permohonan nya.
"Apa Iz? kenapa kamu menikahi Kayla? apa tidak sebaiknya kamu segerakan pernikahanmu dengan Inaya saja?" Zakaria kaget dengan permohonan putranya.
"Tidak abi, aku akan menikahi Kayla hari ini. sudah kubicarakan dengan Inaya. Dan ini adalah permintaan Inaya, aku harap Abi merestui keinginanku",
"Kalau memang itu maumu, Abi terserah padamu Iz, kamu sendiri yang tahu dan bisa mempertimbanglan mana yang terbaik untuk kalian, meski sebenarnya Abi ingin kamu menikah dengan Inaya", Zakaria sedikit kecewa dengan keputusan Faiz.
"Iya Bi, jadi nanti setelah Ustadz Hamzah Disholatkan, Faiz akan menikahi Kayla",
"Iya Iz, sekarang kamu bantu Abi mengurus semuanya", sambil menepuk ringan bahu putranya Zakaria kemudian berlalu.
Faiz dan Zakaria pun melanjutkan pengurusan Sholat jenazah. Sholat jenazah dilaksanakan di ruang tamu rumah hamzah, meski begitu banyak warga dan tamu yang menikuti Fardhu Kifayah ini, sampai ke teras dan tenda yang semula dijadikan tempat duduk dan makan para tamu, kini berubah menjadi tempat sholat Jenazah dengan digelar tikar sebagai aas nya.
#Di Kamar Tamu
Inaya masuk dan menghampiri kakaknya yang sudah berderai air mata. meski belum mendengar sendiri berita duka ini, Kayla tahu jika Abinya telah tiada.
Flashback on.
Kayla melihat dari jendela kamar, paklik Taufik memasang bendera simbol kematian di sisi janur kuning yang tertempel di tenda. dan ia mendengar percakapan orang-orang yang membantu mengankat meja kursi dan hidangan prasmanan untuk disishkan ke tempat lain. kemudian mereka menggelar tikar di bawah tenda. selain itu di sisi lain di didirikan tempat untuk memandikan jenazah, meski ia tak bisa melihatnya. terlihat dari orang yang mengangkat tirai melaui tenda.
"Pak RT, kami pinjam perlengkapan pengurisan Jenazah. Bisakah minta tolong menemani Pak Junaidi mengambinya?" Paklik Taufik berbicara pada pak Rt.
"Innalillahi Wainna Ilaihi Roojiun. Siapa yang meninggal Pak?", Pak Rt nampak kaget ketika Taufik meminta bantuannya.
"Mas Hamzah, kena serangan jantung",
"Astaghfirulloh... Ustadz Hamzah? Ya Alloh... kenapa secepat ini", Pak Rt tampak sangat terpukul dengan kematian hamzah, orang yang sangat dihormatinya
Flashback off.
"Mbak, mbak sudah tahu?" Inaya menghampiri dan memelik kakaknya.
"Abi dek. ini pasti semua gara-gara aku Aku selalu mengecewakan Abi", Kayla menangis dalam pelukan adiknya.
"Sudah mbak, ini semua kehendak Alloh",
"Kenapa Abi bisa kena serangan jantung dek?",
Inaya pun menceritakan kronologi kejadian pada Kayla. kecuali permohonan nya pada Faiz untuk menikahi Kayla. karena jika kakaknya itu tahu, ia pasti akan menolak.
"Berarti orang akan tahu jika aku hamil,dan aib keluarga ini akan tersebar",
"Semoga Alloh akan menutup aib ini mbak. InsyaAlloh mbak tetap menikah hri ini",
"Siapa yang mau sama aku dek, aku t bisa menjaga kehormatan keluarga bahkan kehormatan ku sendiri",
"Sudahlah mbak yang penting kita berusaha menutup aib ini".
tak lama kemudian, terdengar doa untuk Jenazah, telah seledai disholatkan. dan Doa dimulainya Ijab qabul.
"Saya terima Nikah dan Kawinnya Kayla Azzahra Hamzah binti Muhammad Hamzah, dengan mas kawin perhiasan emas seberat 30gr dibayar tunai", dengan satu tarikan nafas Faizulhaq Zakaria telah melakukan perjanjian dengan Tuhannya, bahwa ia menjadi suami yang bertanggung jawab pada Kayla.
"Dek, kenapa kamu mengorbankan kebahagiaanmi demi aku", Kayla semakin terisak dalam tangisnya.
"Sudahlah mbak. InsyaAlloh semua akan indah pada waktunya",
Inaya membimbing sang kakak untuk keliar dari kamar menuju ruang tamu dimana Ijab qabul dilaksanakan. Sang Ibu terlihat dengan mata sembab duduk di samping jenazah Abinya. Kemudian ia segera bangkit dan meninggalkan ruang tamu yang menjadi saksi kepahitan hatinya, kehilangan seorang ayah yang amat ia cintai dan seorang laki-laki yang akan menjadi imamnya dua minggu lagi dalam waktu bersamaan. Dengan air mata yang tak henti mengalir, Inaya berdiri di teras rumah memandang sendu Faiz dan Kayla yang sedang sungkem pada orang tua mereka. meski berusaha ikhlas namun hati nya masih berat menerima kenyataan ini. Bibirnya tak henti menggumamkan istighfar.
Aisyah membimbing Fatimah menuju tempat Ijab Qabul. kemudian Aisyah duduk bersebelahan dengan Suaminya dan Fatimah. Faiz dan Kayla menghampiri orang tua mereka. kemudian meraih tangan dan mencium punggung tangan mereka satu persatu. tak lupa ia mendapat sedikit nasehat dari ayah dan ibunya. sedang Ibu mertuanya hanya menangis dan mengelus kepala faiz yang tertutup peci. Setelah itu, mereka menghampiri jenazah Hamzah yang tertutup kain batik, hamzah telah diletakkan di keranda yang belum ditutup, dengan posisi kepala berada di utara. Faiz menyingkap di kepala hamzah, dan menyingkap kain kafan yang menutup wajahnya, memberikan sedikit waktu pada sang istri untuk melihat ayahnya sebelum diantar kan menuju peristirahatan terahir.
"Abi, maafkan Kayla yang telah membuat dosa besar untuk abi. Semoga Alloh memberikan tempat terbaik intu Abi", dalam hati, kayla memohon maaf pada Abinya yang telah dipanggil Sang Khaliq untuk kembali. tuganya di dunia telah usai.
Faiz membimbing Kayla yang masih terdiam dengan tatapan kosong di samping jenazah Hamzah untuk sedikit menjauh. Karena saat ini Hamzah akan segera dimakamkan.
"Sudah Kay, doakan saja Abi ya. agar beliau mendapat ampunan dari Alloh. saat ini yang abi bituhkan hanya doa dari anak nya. sekarang kembalilah ke kamar. aku akan ikut ke pemakaman abi", Titah faiz pada istri yang baru dinikahinya tigapuluh menit lalu.
"Tidak mas, aku ikut ke pemakaman Abi",
"Baiklah, tapi kamu harus kuat dan jangan menangis disana. kasihan Abi",
"Iya mas",
"Ayo kalau begitu", Sambil memegang lengan Kayla Faiz membimbingnya untuk berdiri.
"Jangan sentuh aku!"....