Perkataan tajam yang baru saja dilontarkan oleh Thomas benar-benar membuat dadanya terasa sesak. Kekecewaan yang diekspresikan saudaranya itu seperti melilit tubuhnya erat-erat, sehingga ia sulit bernapas. Ditambah, ia harus bisa membagi pikiran antara mengurus hatinya yang hancur berkeping-keping dengan dua tangan dan dua kaki, serta sepasang mata, yang harus fokus selama mengemudi di tengah jalan yang cukup lengang itu. Dan untungnya, mereka hampir tiba di rumah Kimberly. Mobil berbelok untuk masuk ke kawasan perumahan. Tapi tetap saja, Kimberly kesulitan untuk menyimpan air matanya di pelupuk mata. Air mata itu mengalir begitu saja ketika mobil berhenti di depan rumah berlantai dua itu.