Daryl tidak mendengar jeritan atau suara apapun setelah tembakan tadi. Dengan senter dan pisau yang diambil dari dapur, ia melangkah cepat menuju sumber suara yang berasal dari lantai dua. Ia setengah berlari dan berusaha tidak menimbulkan suara di tengah kesunyian malam. Ia tersentak mendapati lorong lantai dua itu porak-poranda. Pecahan guci berceceran. Bunga hias dalam vas yang pecah, berserakan di atas karpet. Berbeda sekali dengan di lantai pertama, tiap ruangan di lantai kedua ini sangat berantakan. Pintu-pintu rusak dan di dalamnya sudah seperti kapal pecah. Ia juga melihat adanya tanda tembakan di dinding.
Jika dilihat dari kerusakannya, Daryl berpikir ini bukan perampokan. Langkahnya semakin cepat ketika mendengar suara jeritan. Suara itu berasal dari lorong menuju ruang berkumpul lantai dua. Semakin ia dekat ke ruang tersebut, semakin kuat aroma amis yang ia hirup.