Chereads / survive. / Chapter 2 - bab 2

Chapter 2 - bab 2

"Sa kecelakaan Sa!" ucap bang Vino dengan sedikit bergetar, mungkin dia juga shock dengan kejadian tadi.

Aku diam membisu tak menjawab, hanya anggukan kecil yang tak mungkin di lihat bang Vino.

Aku melihat bang Vino mulai berjalan mendekati lokasi tabrakan tadi yang hanya beberapa meter dari restoran cepat saji itu.

Aku mendengar suara kepanikan orang-orang yang berasal dari telepon bang Vino

CEPAT-CEPAT BANTUIN ITU ANAK

KECIL KEJEPIT

YA TUHAN!

ITU YANG DI SANA KEPALANYA BOCOR

BANTUIN CEPAT!

Suara gaduh terus memenuhi teleponku, "Sa teleponnya gue matiin dulu, gue mau bantuin orang-orang di sini..".

"Jangan! Jangan di matiin bang, please jangan di matiin dulu teleponnya," rengek ku. entah kenapa aku ingin terus berkomunikasi dengannya, aku masih terlalu shock oleh kecelakaan tadi.

Langkah bang Vino berhenti saat mendengar perkataan ku, ia melihat ke atas ke arahku "lo ngga kenapa-kenapa kan Sa?" Bang Vino merasa sedikit bingung, aku memang jarang merengek seperti ini padanya.

"Gue.. gue cuman takut aja," jawabku.

"Oke ngga akan gue matiin Sa tenang aja," bang Vino menggunakan airpod-nya dan menghubungkannya ke telepon, kami tetap berkomunikasi sekarang.

Asap dari kendaraan menggembul ke atas, banyak darah dari korban kecelakaan yang berceceran di bawah sana. Siang hari yang damai kini berubah menjadi begitu kacau.

Bang Vino pergi menuju salah satu mobil yang tertabrak truk box tadi. Dari yang ku dengar di telepon sepertinya ada seorang wanita yang terjepit di dalam mobil itu. kondisi mobil itu sendiri sungguh mengenaskan, bagian depan mobil itu hancur remuk tak berbentuk. Yang ku ingat mobil itulah yang paling tidak beruntung. Dua kali tertabrak oleh mobil. Setelah di tabrak oleh truk box mobil itu langsung di hantam oleh mobil lain di depannya.

Truk box itu sendiri berakhir tak jauh dari sana, badannya terbalik di jalan dengan ban berada di atasnya. Bagian depan truk itu juga hancur tak jauh beda dengan mobil tadi. Pintu box yang tadinya tertutup rapat kini terbuka karena terkena benturan yang keras.

Aku melihat seseorang berusaha membuka pintu truk itu dari dalam, tak lama kemudian pintu itu berhasil terbuka dan seorang laki-laki tua jatuh keluar dari kursinya. Laki-laki tua itu memakai jubah putih seperti seorang dokter. Kepala laki-laki itu bersimbah darah. Banyak darah yang mengalir dari kepalanya dan mengenai jubah putih tersebut, membuat warna darahnya begitu kontras terlihat dari atas sini, namun ada yang mengganjal pikiran ku saat melihat darah di jubah itu. Warna darah pada jubah itu berbeda-beda, di bagian atas jubah berwarna merah terang seperti darah segar tapi bagian bawahnya cenderung sedikit gelap seperti noda yang sudah lama.

Laki-laki itu berjalan pincang sambil menyeret sebelah kakinya, ia berusaha berjalan ke arah belakang truk. Dari ekspresinya saja aku tahu dia sedang menahan sakit dari kaki dan kepalanya.

Seorang petugas ambulans yang baru saja tiba, datang menghampiri laki-laki tua itu. Ia mencoba untuk mengevakuasi laki-laki itu menuju ambulans yang telah tersedia di dekat sana, namun laki-laki tua itu malah terlihat seperti menolak bantuan si petugas. Aku bahkan melihat ia menepis tangan si petugas saat akan membantunya berjalan.

Seolah tak acuh kepada si petugas, laki-laki tua itu terus berjalan menuju belakang truk. Sebelah tangannya memegangi sisi box, menahan tubuhnya yang gemetar agar tidak ambruk ke jalan. Si petugas tidak membiarkannya berjalan lebih jauh lagi. Ia menahan dan menghalangi jalan si pria tua, mencoba membujuknya agar segera naik ke ambulans melihat darah yang semakin banyak keluar dari kepalanya. Si pria tua itu menjadi marah dan mengamuk, ia bahkan meneriaki sesuatu yang tak jelas ku dengar dari sini sambil menunjuk-nunjukkan box truknya. Yang hanya bisa ku dengar dari teriakannya hanyalah 'box?' Dan 'di dalam box?'

Dari semua kekacauan di bawah sana, sekarang semua perhatian ku tertuju pada laki-laki tua dan truk boxnya itu. Sebenarnya kenapa ia mengotot sekali ingin ke belakang truknya? Dan Ada apa di dalam box itu?

Pria tua itu terus memberontak memaksa untuk pergi ke belakang sana, membuat sedikit keributan di situ. Mendadak ia berhenti berteriak. Ia mengerang dan membungkukkan badannya, terlihat seperti meringis kesakitan. Kedu tangannya memegangi kepalanya yang terluka dan tidak lama kemudian pria itu tumbang, jatuh tak sadarkan diri.

Terkejut melihat pria itu tak sadarkan diri, dengan segera ia meminta bantuan kepada yang lain untuk membantu mengangkatnya ke ambulans, beberapa orang pun datang membantu dan meninggalkan truk box itu. Aku memicingkan mata untuk yang ke berapa kali pada box yang terbuka itu, tapi tetap nihil. Aku tak melihat apa pun, mata ku hanya mampu melihat setengah dari dalam box itu sisanya gelap tak terlihat apa-apa.

Aku mencari keberadaan bang Vino, ia masih di tempat yang sama dan tak sedang membantu sama sekali, lebih tepatnya dia di sana hanya untuk menonton pengevakuasian korban kecelakaan saja. "Bang kalau cuma mau nonton doang ngga ngebantuin mending ke sini temenin gue," ucapku ke telepon.

"gue ngga cuma nonton doang Sa, kalo ada orang yang butuh bantuan gue, gue siap maju. Lagian lo dah ngga takut kan gue matiin ya teleponnya?"

"Eh jangan bang!" jawabku cepat, "kalo gue dah ngga takut, udah gue matiin dari tadi teleponnya, udah stay gini aja sampe lo ke sini,"

"iya nanti gue ke sana abis ini," kata bang Vino. Bang Vino memang yang terbaik ia jarang menolak permintaan ku, walau memang kadang di bisa sangat menyebalkan.

Aku melirik dan menatap truk box tadi. Entah mengapa box itu terus mengganjal pikiran ku, dan jawabannya masih sama saja. Kosong tidak ada apa-apa. Aku melepaskan pandanganku dari truk ke bang Vino lagi tapi kemudian aku kembali melihat ke truk box itu. Barusan tepat saat aku mengalihkan pandanganku aku melihat ada sesuatu yang bergerak di dalam sana. Aku tak tau persis apa itu.

Aku mencondongkan badan sedikit lebih ke depan agar bisa melihat lebih jelas ke dalam box itu. Lalu aku melihat sebuah tangan muncul dari bagian box yang gelap dan semakin lama sosok itu semakin jelas ku lihat. Itu seorang anak kecil laki-laki. berjalan keluar dari box truk itu dengan langkah sempoyongan.

Mulut, kaus serta badannya berlumuran darah di mana-mana, kulit anak itu pun pucat seputih mayat, area sekitar matanya berwarna ungu kehitaman, mulutnya terus terbuka memperlihatkan gigi-giginya yang merah, mengingatkanku pada film vampir yang pernah ku tonton dulu. Saat si vampir itu mencium darah segar di dekatnya, vampir itu akan menggeram memperlihatkan gigi-giginya persis seperti bocah itu. Bedanya hanya ia tidak memiliki taring seperti vampir pada umumnya.

Kenapa seorang anak kecil bisa berada di dalam box itu pikirku heran. Anak kecil itu pasti yang membuat pria tua tadi bersikukuh ingin menghampirinya dan saat melihat sosoknya anak kecil itu sangat aneh malah bisa di bilang aku ngeri melihatnya.

Belum ada yang menyadari saat tubuh mungil itu keluar dari dalam box. Ia bahkan tak perlu menundukkan kepala untuk melewati pintu boxnya. Aku tebak mungkin anak itu baru berusia 5 tahun.

Beberapa orang baru menyadari keberadaan bocah itu dan menghampirinya. Pria berkaus putih itu bahkan dengan sigap menggendong si anak kecil itu ke dalam pelukannya.

"Bang tadi aku ngeliat anak kecil aneh banget," laporku pada bang Vino,

"aneh gimana?"

"aneh aja.. serem gitu. Tapi dia dah di tolongin sama orang, sekarang lagi mau di bawa..," aku tidak melanjutkan omongan ku saat melihat pria berkaus putih itu tiba-tiba berhenti melangkah.

Anak kecil yang sedang dalam gendongannya tampak menggerak-gerakan kepalannya di leher si pria. Aku tak tahu apa yang sedang di lakukan bocah itu tapi si pria tampak mengerang kesakitan. Ia mencoba menarik kepala si bocah menjauhkannya dari lehernya, pria itu bahkan sudah melepaskan gendongannya tapi sepertinya usahanya itu tidak berhasil, mulut bocah itu masih menggantung pada lehernya.

Aku melihat darah mulai mengalir dari lehernya, semakin lama semakin banyak darah itu keluar. Orang-orang berkerumun menatap ngeri kejadian itu. Beberapa orang pergi membantu melepaskan bocah itu dari leher si pria.

"Sa di bawa kemana? Lo jangan ngomong setengah-setengah mulu dong dari tadi, bingung gue jadinya. Eh.. itu ada apaan lagi ribut-ribut? Sa ada apaan sih lu kan di atas pasti keliatan," tanya bang Vino sambil menjulurkan kepalannya mencari tahu apa yang sedang terjadi.

"Bang..," panggil ku lirih, "anak kecil itu anak yang tadi gue omongin, dia ngegigit leher orang itu..".