Bangun dini hari karna suara kendaraan membuat ku kesal, yang benar saja ada orang menjengkelkan macam apa yang membawa mobil yang sangat bising itu.
Melangkahkan kaki ke luar kamar untuk mengambil minuman dingin, haus dan tentunya aku harus mendinginkan kepala karna suara sialan itu.
Meneguk air dingin aku seperti mendengar suara langkah orang diluar, ada notif di handphone ku
Ting!
Berandal mana yang berani mengirim pesan dini hari padaku padahal aku sedang libur, melihat kelayar handphone ku dan ternyata ada pesan
"Keluarlah, ada tugas untukmu" itu isinya, mereka itu sinting atau bagaimana padahal aku selalu bilang jangan ganggu waktu libur ku
Dengan amat sangat malas aku melangkahkan kaki ke depan pintu, dan ada bayangan orang yang sudah berjalan, aku membukanya dan ternyata dia pemilik mobil menjengkelkan itu
"Hei, kau mengganggu tidurku tahu, bisa kau ganti mobil mu itu sialan saat datang kesini. Kalau perlu jangan kau lagi yang kesini" teriak ku keras melepaskan kekesalan pada orang yang sudah duduk dimobil bising itu
Dia hanya melirik dan memberikan tanda Ok dengan tangannya
Aku melihat amplop coklat didepan pintu, pekerjaan ini ternyata. Menyenangkan karna aku sudah lama tidak melakukannya
Membawa amplop kedalam sambil membukanya, Kim Woo Jin.
"Ah orang asia ternyata, korea? " Sial. Aku jadi teringat manusia sialan yang membuatku harus hidup seperti ini.
Mulai membaca isinya hanya terdapat nama, keluarga, foto dan alasan kenapa aku harus membunuhnya nanti malam.
Membaca sekilas dan melihat alasan kenapa aku harus membunuhnya, alasannya karna dia punya bukti atas penembakan 5 tahun silam.
Lima tahun silam? Penembakan ? Seperti kaset rusak ingatan ku mengulang kejadian mengerikan dan membuatku merasa seperti ada disana
.
.
.
.
.
Sore hari yang hangat, kesenangan ku berubah menjadi kelam karna suara tembakan
Dor dor dor
Di ikat dan diperlihatkan bagaimana cara mereka membunuh Ayah ku.
Mereka
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Suga dan Ayahnya Tuan Agust Montana
Ambruk dan gemetar saat aku mengingatnya, menangis karna aku tidak bisa berbuat apapun saat itu, hanya melihat bagaimana Ayah ku terbaring bersimbah darah dan menangis karna tidak bisa mengingat kenangan baik dengan Ayah ku setelah itu.
Terik matahari membuat aku terusik dan bangun, aku tertidur disofa ternyata.
Melangkahkan kaki untuk membersihkan diri dan berendam mungkin solusi yang cocok untuk saat ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Menyiapkan senjata api di celana dan pisau di sepatu booth ku, lalu keluar flat menuju mobil ku.
Mobil Plymouth Barracuda ini betul-betul milik ku, bukan hasil mencuri ya. Jangan memandangku seperti gadis yang hidup dari hasil rampokan.
Menyalahkan mesin dan melaju kelokasi itu. Ya rumah kediaman keluarga Kim, aku jalan pukul 10 malam karna lumayan jauh dari rumahku.
Memilih jalan dengan minim penerangan dan cctv tentunya, aku juga sudah mengganti plat mobil jadi tidak perlu khawatir. Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam dengan kecepatan sedang, aku sedang tidak memiliki selera membunuh saat ini hanya saja aku perlu hidup. Sialan bukan kehidupan ku ini, memaksa ku harus menghabisi orang yang bahkan tahu mereka bernafas dari amplop coklat sialan itu.
Aku sudah ada dipersimpangan jalan dan didepan sana sudah ada rumah bergaya minimalis dengan pagar coklat yang menjulang tinggi, sinar lampu yang mulai dimatikan satu persatu. Mengela nafas sejenak, dan mengambil permen karet di dashboar mobil. Membuka pintu mobil dengan menguyah permen karet, mulai berjalan selangkah demi selangkah
Aku sudah didepan rumah Tuan Kim
Menekan passcode yang aku hafal di amplop itu. menekan satu persatu kode
031098
Pintu pagarnya terbuka
Melangkahkan kaki masuk
Tap
Tap
Tap
Baru 3 langkah, aku melihat ada bayangan dari jendela rumah itu.Pengacau dari mana ini
Mengendap - endap dan memegang knop pintu
Pintunya tidak terkunci
Perlahan masuk, dan melihat darah berceceran dimana-mana
" Jangan mendekat "
aku mendengar teriakan laki-laki dari bagian belakang rumah, berjalan sambil melihat orang yang sudah tergeletak tidak berdaya.
Bersimbah darah dengan wajah yang tidak bisa aku kenali, tapi aku yakin hanya dengan melihat pakaian kerja yang ia kenakan itu adalah Kim Woo Jin
Melangkah menuju pintu belakang, aku melihat istrinya yang sepertinya habis ditusuk samurai di beberapa bagian tubuhnya
Kalian pasti heran kenapa aku bisa tahu letak didalam rumah ini. Ya, karna aku sudah melihat denahnya dari amplop itu. Cukup matang bukan hanya untuk membunuh aku harus tahu segalanya
"Ambil apapun yang kau mau dan pergilah" suaranya makin terdengar jelas dipendengaran ku
Membuka pintu belakang dengan perlahan dan melihat
Holy Shit
Samurai itu akan memenggal lelaki yang ada didepannya, aku langsung berlari dan melompat untuk menedang kepala lelaki itu
Bruk
Dia langsung terjatuh dan memegang kepalanya yang kesakitan
"Sial, siapa yang berani ikut campur dengan urusan ku" aku bisa melihat mata gelap psikopat sialan itu memandang ku nyalang
" Kau berani mengumpat padaku?"
mulai menunduk untuk mengambil pisau yang ada disepatu booth ku
" Hei gadis sialan, kau rupanya? Jangan ikut campur, lebih baik kau pulang dan tidur manis anggap saja ini tidak pernah terlihat oleh mu" dia masih memegang kepalanya dan masih bicara omong kosong padaku
Memberikan kode kepada lelaki yang tadi ingin dibunuh oleh berandal sialan ini dengan tangan ku, mengarahkannya ke pintu yang aku lewati tadi agar keluar secepatnya
Sambil mengalihkan perhatian Paman ini
" Aku bukan gadis sialan "
" Tapi kau masih seperti gadis kecil bodoh yang lebih cocok di rumah sakit jiwa seperti 5 tahun yang lalu "
Siapa sebenarnya dia, tapi aku tidak punya waktu. Aku ingin pergi tapi aku akan mencari informasi tentang orang ini
" Begitukah? Tapi aku rasa kau salah orang paman"
Seringai ku membuat dia tertawa
" Senyum mu kenapa berbeda gadis kecil? "
" Itu karna, aku bukan seperti gadis yang kau temui 2 menit yang lalu "
Memberi jeda dari ucapan ku barusan
" Mari persingkat, My Name is Jennie. Paman jelek"
Berlari untuk meninju tangannya untuk membuat samurainya jatuh
Langsung menunduk untuk menusuk kakinya
Jleb
Mencabut pisau dengan memutar nya
Srek
Dan darah segar yang keluar dari sana
" Kaki mu itu cacat makanya aku buat lebih parah Paman Jelek "
Paman jelek itu terjatuh dan jangan lupakan teriakan nya yang memekakan telinga tapi malah terdengar lucu untuk aku
" Hihi lucu sekali paman jelek "
Berjalan meninggalkan Paman jelek itu, aku keluar dari rumah itu dan melihat lelaki itu, dia Jeon Jungkook aku tahu dari amplop itu
" Kau ingin tetap disini sampai gerombolannya datang dan membunuh mu? "
Dia gemetar dan takut aku rasa
" Aku bingung harus kemana, kau tidak papa? "
" Aku? Baik, tidak terjadi apa-apa"
" Tapi itu" dia menunjuk darah yang ada di tangan dan baju ku
" Ah ini? Bukan darahku tenang saja. Kau ingin disini, mobil ku ada disana " menujuknya dengan dagu ku dan dia ikut melihat arah pandang ku
" Aku pulang"
" Bisa aku ikut, aku mohon "
" Ya" ucapku sambil berjalan ke arah mobil ku
Menyalahkan mesin mobil dan mulai menjalankannya, menyusuri jalan gelap dan tepat dipersimpangan danau aku berhenti
" Diam disini, mereka akan membunuhmu kalau tahu kau hidup. Jangan mengeluarkan suara sedikit pun, aku akan keluar sebentar " aku keluar dari mobil dan membawa amplop coklat itu
Memasuki mobil merchedes hitam yang ada disebrang danau
" Sudah selesai? " ucap lelaki yang ada dikursi depan
" Seseorang mengacaukannya, tapi mereka sudah mati aku bisa jamin itu. Oh iya, bisa kau suruh bawahan mu kesana. Aku sudah menusuk laki-laki dan perlu infomasi dari dia, aku rasa jika dia berjalan belum terlalu jauh karna aku menusuk kakinya tadi "
Dia tertawa sinis
" Kau selalu melakukan hal seenak mu Lika, baiklah aku akan mengurusnya "
" Baiklah, bisa kau transfer uangnya dan jangan pernah memberikan pekerjaan saat aku sedang libur "
Langsung keluar dari mobil dan berjalan kembali ke mobil ku
" Aku tidak bisa janji Lika soal itu" itu teriaknya dari belakang
Siapa sebenarnya orang yang tahu kehidupan ku 5 tahun lalu
Masuk ke mobil tanpa bicara dan menjalankannya ke flat milik ku
" Keluarlah kau butuh istirahat " aku keluar dari mobil setelah memarkirkannya digarasi
Ya, kami sudah sampai
Dia berjalan mengikutiku dibelakang, masuk kedalam dan berjalan kearah kulkas meneguk air dingin memang bisa menenangkanku
" Oh ya, kamar disana bisa kau pakai. Kalau ingin makan kau bisa membuatnya, anggap saja rumah sendiri. Aku ingin istirahat "
Berlalu meninggalkannya dan membersihkan diri.
"Siapa dia? Apa aku pernah bertemu dengannya?"
Bergumam seperti orang bodoh sambil merebahkan diri dikasur
Aku masih bisa mendengar suara pintu yang ditutup dan dibuka kembali serta suara kompor dinyalahkan. Dia lapar rupanya
Sesudah membersihkan diri aku mengingat apa yang lelaki itu bilang Rumah Sakit Jiwa, bagaimana dia tahu? Aku bahkan benci ketika mendengarnya. Jennie sudah ingin membunuhnya tapi aku rasa, aku membutuhkan informasi darimana dia tahu soal diriku.