Chereads / MI CORAZON / Chapter 11 - Perjodohan

Chapter 11 - Perjodohan

Di kediaman megah dari keluarga adikwasa itu terjadi perdebatan antara dua keluarga tentang bagaimana cara memberitahu anak-anak mereka kabar perjodohan ini.

"Akan lebih baik kita beritahu secepatnya dan adakan pesta semewah mungkin." kata Andini adikwasa semangat.

"Aku setuju sama kamu din, lebih cepat lebih baik din." sahut Aluna Valenno.

"Yang akan menikah itu anak kita, bukan kita jadi akan lebih baik tanyakan dulu pendapat mereka." sahut dino adikwasa tidak senang akan rencana kedua wanita itu.

"Aku setuju dengan dino akan lebih baik kita tanya persetujuan dari anak kita terlebih dahulu." ray valenno menyetujui perkataan dari dino.

"Tapi bukankah perjodohan ini sudah di tentukan sejak awal, jadi sudah seharusnya mereka penerima perjodohan ini dan tidak dapat berdalih dengan ketidaksetujuan."jawab andini sambil menerawang dengan perjanjian tang sudah di tetapkan sebelum anak meraka tersebut lahir ke dunia.

"Aku setuju dengan andini bukankah mereka memang harus setuju jadi akan lebih baik kita langsung persiapkan pernikahannya saja, lebih cepat lebih baik bukan."sahut alura valenno.

"Aku tahu memang ini sudah dijanjikan sejak awal bukankah kita harus bertanya kesediaan mereka terlebih dahulu." jawab dino melembut.

"Aku pikir juga begitu, kita tetap harus mempertimbangkan pendapat mereka dan membuat mereka saling mengenal lebih dekat."pendapat ray kepada sahabat dan istrinya tersebut.

"Kalau memberitahu supaya mereka bisa saling mengenal lebih dekat sebelum terjadinya pernikahan aku setuju, karena rumah tangga harus di dasari oleh pondasi yang kuat terlebih dahulu."jawab andini.

"Kalau begitu aku ikut saran dari kalian saja, jika itu yang terbaik maka mari lakukan." alura valenno pun menyetujui diskusi tersebut.

"Kalau begitu kita semua sudah setuju kalau kita akan memberitahu anak-anak kita masing-masing dan bertanya tentang pendapat dari mereka." jawab dino mengambil keputusan dari perdebatan mereka yang berlangung alot tadi.

Tanpa empat orang dewasa itu ketahui ada seseorang yang mendengar percakapan mereka dari awal hingga akhir.

"Apa maksud dari perkataan mereka. Siapa yang mau dijodohkan?bukankah anak Papa dan mama hanya aku seorang? Itu berarti yang akan dijodohkan oleh mama adalah ... aku!" tunjuk Rena pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk pundaknya, dia pun terkejut dan sedikit terpekik sebelum dia mengeluarkan suaranya bibirnya sudah dibungkam dengan tangan oleh orang itu.

"Apa yang lo lakuin disini gak baik menguping pembicaraan orang tua." kata zayn dingin dan tanpa sapaan.

"Lo gila, untung aja gue gak ada bawaan sakit jantung." jawab rena kesal.

"Lo belum jawab pertanyaan gue, lo ngapain ada dirumah gue?. Tanya zayn sekali lagi.

"Gue tadi di telpon nyokap gue untuk datang ke rumah lo ya mana gue tau mau ngapain lo tanya aja tuh sama para orang tua kita masing-masing."jawab rena masih kesal kepada zayn.

"Lo memang gak guna kalau ditanya."jawab zayn singkat tapi menyakiti hati rena.

"Dasar cowok gila, gue gak akan mau kalau sampai dijodohin sama cowok gak punya hati." kesal rena namun tak terdengar oleh zayn karen suara rena terdengar seperti bergumam.

"Lo kalau gila jangan dirumah gue, ngomong sendiri, lama-lama gue serem liat lo."sindir zayn kepada rena, walau hanya bergumam zayn mendengar perkataan rena.

Tanpa semua orang tahu zayn juga sudah mengetahui rencana dari orang tua mereka soal perjodohan yang akan dilakukannya dengan rena, sejujurnya diawal zayn sudah merencanakan untuk menolak perjodohan ini jika suatu saat akan di lakukan, hanya saja beriring berjalannya waktu perasaannya berubah setelah melihat rena untuk pertama kali menginjakkan kaki di acara ulang tahun perusahaan keluarganya, sungguh dia tak akan menolak jika memang perjodohan ini akan berlangsung.

"Kalian sudah datang." ray valenno melihat kearah pintu.

"Iya pa, kami sudah disini." jawab rena sambil tersenyum manis dan senyuman itu tak luput dari penglihatan zayn.

"Apa kalian datang bersama sayang?" tanya alura valenno kepada anaknya tersebut.

"Tidak ma, kami datang secara terpisah hanya saja sampai kesini dengan waktu yang sama ma." jawab rena sambil tersenyum dan lagi-lagi zayn melihat senyum manis rena terpanah.

"Kalian sudah makan siang?. Tanya dino kepada kedua anak itu.

"Aku udah om tapi gak tau kalau zayn."jawab rena dengan singkat.

"Aku udah makan pa, gak usah khawatir."balas zayn tak kalah singkat.

"Baiklah bagaimana jika kita mulai saja ray." kata dino mengintruksi sahabatnya tersebut untuk memberi tahu untuk apa anak-anak mereka berkumpul disini.

"Baik lah dino aku akan memulai percakapan ini."jawab ray singkat, ray pun melanjutkan perkataan ya.

"begini rena dan zayn ada hal penting yang ingin kami semua sampaikan pada kalian, terlebih dahulu dengarkan dan jangan memotong sama sekali, kami sejak dulu sudah menetapkan tentang perjodohan kalian berdua, jangan merasa kami memaksa kami tetap akan memepertimbangkan keputusan kalian berdua."ray menjelaskan maksud menyuruh mereka datang.

"Perjodohan siapa yang kalian maksud." rena bertanya dengan tenang walau sebenarnya dia sudah mengetahui semuanya.

"Tentu perjodohan antara kalian berdua, siapa lagi anak kami selain kalian."jawab dino sambil terkekeh.

"Tapi sejujurnya kami para ibu sama sekali tidak memperbolehkan kalian menolak jadi mau tidak mau kalian harus menerima perjodohan ini." andini menimpali perkataan ray tadi.

"Sayang yang kita sepakati tadi bukan begitu, kita akan mendengarkan pendapat mereka dulu sayang." sela dino mendengar perkataan istrinya tersebut.

"Tapi kita juga menyepakati apapun keputusannya, mereka tetep menjalankan perjodohan dengan syarat di awali mengenal lebih dalam satu sama lain." jawab andini lugas.

"Sudah, hentikan. Dengarkan pendapat mereka terlebih dahulu andini." alura menengahi pembicaraan tersebut.

"Aku setuju!" zayn tiba-tiba mengatakan setuju dan mereka semua terkejut atas perkataan zayn yang tiba-tiba tersebut.

"Zayn sudah menentukan pilihan dengan menyetujui perjodohan ini, bagaimana denganmu rena?. Tanya dino sambil tersenyum kepada rena.

"Apakah aku punya pilihan lain selain mengatakan setuju, namun akan lebih baik kami penjajakan untuk saling mengenal satu sama lain." jawab rena sambil tersenyum palsu.

"Oh senangnya kedua anakku akan segera menikah."seru andini bahagia.

"Tante maaf sebelumnya, tapi aku tak ingin menikah terlalu cepat, aku masih kuliah, izinkan kami menikah setelah kuliah kami selesai."sela rena.

"Bukankah sebentar lagi zayn akan lulus, bagaimana jika kalian bertunangan saja dulu."dino mengujakan pendapatnya.

"Aku setuju jika pertunangan tapi untuk menikah masih terlalu cepat om." jawab rena singkat.

Sedari tadi zayn hanya diam ketika rena mengeluarkan pendapatnya sejujurnya zayn juga tak ingin jika terlalu cepat menikah, masih banyak impian yang ingin di raihnya, namun perkataan rena sedari tadi seakan ingin menolak perjodohan ini secara halus dan entah mengapa ada rasa sesak di dada zayn memikirkan hal tersebut.