Elita terus menggosok wajahnya tetapi ia tidak bisa membuang memori itu. Ia pun akhirnya berjongkok seraya memeluk tubuhnya erat. Perasaannya campur aduk sekarang, dari kecewa marah dan sebagainya. Ia marah pada dirinya sendiri dan pada Allah kenapa kejadian itu harus menimpanya. Apa salah dirinya hingga ia harus bernasib seperti itu. Ia juga kecewa kepa dirinya dan kepada Allah kenapa ia tidak di izinkan bahagia. Apa dengan orang tuanya yang membuang dirinya Allah belum puas juga hingga ia harus mendapat hukuman seperti itu lagi. Perlahan air mata turun membasahi wajahnya. Sesak rasanya saat ini hatinya bagaikan tertimpa ribuan ton beton.