Chereads / Ahjussi Rasa Oppa / Chapter 3 - Sebuah Rahasia

Chapter 3 - Sebuah Rahasia

"Apa maksud Halmeoni, Ae Ri tidak mau mendengar lagi yang tadi Halmeoni ucapkan!" kata Go Ae Ri dengan nada yang sedih.

"Ae Ri-ssi, ada yang ingin aku katakan padamu," ucap nenek yang tiba-tiba saja suaranya melemah.

"Nenek istirahatlah, jangan dulu banyak bicara!" jawab Ae Ri sambil meletakkan tangan neneknya di atas ranjang. Ae Ri khawatir kalau neneknya akan mengatakan hal yang bukan-bukan.

"Tidak Ae Ri, Halmeoni harus mengatakannya sekarang."

"Halmeoni, aku akan menemui dokter dulu, jadi beristirahatlah dulu!" kata Ae Ri dengan lembut.

"Ini tentang ayah dan ibumu," ucap neneknya dengan tiba-tiba. Wajah Go Ae Ri langsung berubah menjadi penuh dengan keheranan.

"M-Maksud Halmeoni?" tanya Ae Ri yang sangat heran dengan ucapan neneknya yang mendadak akan membahas kedua orangtuanya. Tentu saja Ae Ri merasa tidak siap mendengarnya. Karena keadaan neneknya yang masih lemah.

"Aku takut belum sempat mengatakannya padamu. Jadi aku akan mengatakannya padamu sekarang," ucap neneknya sambil berusaha untuk berbicara dengan jelas. Terlihat oleh Ae Ri kalau neneknya sepertinya kesulitan bicara.

"Halmeoni sudahlah jangan paksakan. Nanti saja Halmeoni katakan itu kalau kondisimu sudah sehat," ucap Go Ae Ri.

"Ibumu mungkin sudah meninggal karena sudah tidak ada kabarnya sejak dia menitipkanmu padaku. Tapi ayahmu masih hidup sampai sekarang. Aku sudah merasa kalau sudah tidak punya banyak waktu lagi. Dan aku tidak mau meninggalkanmu sendirian tanpa keluarga."

Go Ae Ri menggelengkan kepalanya. "Tidak Halmeoni, aku akan tetap bersama Halmeoni. Jadi berhentilah, jangan berkata yang bukan-bukan lagi. Halmeoni akan segera sembuh dan pulang lagi ke rumah kita. Jadi bertahanlah dan jangan berkata kalau kau akan meninggalkanku. Kau adalah keluargaku satu-satunya. Jadi aku tidak mau tahu tentang kedua orangtuaku yang sudah menelantarkanku," jawab Go Ae Ri sambil menahan tangisnya.

"Ayahmu bernama Kim Yong Jae. Halmeoni pernah melihatnya di televisi. Dia Presdir dari Agensi artis itu," ucap neneknya tanpa menghiraukan perkataan Go Ae Ri sebelumnya.

"Hentikan Halmeoni, aku tidak mau mendengar," jawab Go Ae Ri sambil menangis.

"Temuilah, katakan kalau kau putrinya dengan Go A Ra. Dia pasti mengenali. Halmeoni mohon, jangan sampai kau tidak menemuinya. Halmeoni tidak mau kau kesulitan dalam melanjutkan hidup. Halmeoni tidak mempunyai apa-apa untuk diberikan padamu."

"Halmeoni ... kumohon hentikan!" tangis Go Ae Ri.

"Berikan foto ibumu padanya. Dia akan tahu kalau kau putrinya."

Go Ae Ri mencoba untuk menghentikan neneknya agar tidak terus berbicara.

"Ae Ri-ssi, berjanjilah pada Halmeoni!" ucap neneknya dengan sorot mata memohon.

"Halmeoni ...."

"Kau harus menemui ayahmu!" Neneknya meminta satu hal yang bahkan Ae Ri tidak pernah mau membayangkan di saat seperti ini.

"Halmeoni, aku akan menemui dokter dulu untuk menanyakan keadaaanmu," jawab Ae Ri mencoba menghindari permintaan neneknya dan berdiri. Tapi tangan neneknya buru-buru menahannya agar dia tidak bisa pergi.

"Ae Ri, berjanjilah dulu padaku!" kata neneknya tetap menginginkan Go Ae Ri untuk berjanji padanya untuk mencari dan menemui ayahnya.

"Halmeoni, keluargaku hanya kau seorang. Aku tidak mau menemui orang yang bahkan sudah mempunyai keluarga, istri dan anak. Aku tidak mau." Jawaban Go Ae Ri tentu saja membuat neneknya sangat kecewa.

"Ae Ri, aku tidak bisa selamanya terus bersamamu dan menjagamu. Harus ada orang lain, atau keluarga yang lain untuk menjagamu."

"Iya Halmeoni, sudahlah. Nanti kita pikirkan ini lain waktu."

Dan obrolan mereka terhenti ketika perawat dan dokter datang untuk memeriksa keadaan neneknya. Kemudian Go Ae Ri pun menyingkir untuk memberikan ruang pada mereka yang akan memeriksa perkembangan neneknya.

"Nona anggota keluarganya?" tanya dokter itu.

"Ya saya cucunya Dokter," jawab Go Ae Ri.

"Kalau begitu, bisakah Anda datang ke ruanganku!"

"I-iya dokter. Baik." Go Ae Ri pun menjawab bersedia untuk menemui dokter itu di ruangannya untuk membicarakan perkembangan kesehatan neneknya.

*** **** ****

"Bagaimana dengan Halmeoni saya Dokter?" tanya Go Ae Ri saat dia sudah duduk berada di ruangan konsultasi dokternya.

"Nenek Nona memiliki hipertensi tinggi, ini beresiko stroke. Dan dianjurkan Nenek Nona jangan mempunyai aktivitas berlebihan!" ucap dokter itu menjelaskan.

"Iya Dokter, akan saya sampaikan ini pada Halmeoni," jawab Go Ae Ri.

"Satu lagi, Nenekmu itu mempunyai diabetes juga. Jadi tolong Nona bisa menjaganya dengan baik. Dari pola makan dan aktivitas sehari-harinya tolong Nona jaga ya!" sambung dokter itu lagi.

"Baik Dokter, terimakasih," jawab Go Ae Ri.

"Jangan sampai Nenek Nona terjatuh atau terlalu lelah bekerja!" ucap dokter itu memberi wanti-wanti padanya.

Setelah membicarakan tentang keadaan neneknya. Go Ae Ri pun keluar dari ruangan itu dengan langkah yang gontai. Dia merasakan tidak bertenaga dan tidak bersemangat. Bagaimana dia bisa melalui masa sulit ini. Di waktu yang bersamaan, dia menjadi seorang pengangguran dan dia juga tidak bisa mencari pekerjaan karena dia harus menjaga neneknya.

Saat dia hendak kembali ke ruangan rawat neneknya, dia melihat keributan dari dalam ruagan tempat neneknya dirawat. Dan dia melihat sebuah brankar keluar dengan didorong oleh beberapa perawat. Dan betapa terkejutnya ketika melihat siapa yang didorong di atas brankar itu.

"Halmeoni," pekik Ae Ri melihat neneknya.

"Anda cucunya?" tanya perawat itu.

"I-iya, kenapa dengan Halmeoniku?" tanya Go Ae Ri.

"Dia terjatuh tadi dari atas tempat tidur," jawab perawat itu.

"A-apa. Jatuh!" teriak Go Ae Ri terkejut dan langsung mengingat perkataan dokter sebelumnya kalau neneknya itu jangan sampai terjatuh.

"Halmeonii!" panggil Go Ae Ri sambil menangis. Dia melihat neneknya sudah tidak sadarkan diri. Kemudian neneknya segera dibawa ke ICU. Dan Ae Ri tidak diperkenankan masuk.

Go Ae Ri hanya bisa menangis menunggu di depan ruang ICU. Wajahnya diliputi panik dan gelisah. Namun tak henti mulutnya terus mengucapkan doa agar neneknya baik-baik saja. Go Ae Ri merasa takut sekali. Baru saja dia mendengar penjelasan dari dokter kalau neneknya terjatuh bisa menyebabkan pembuluh darahnya pecah dan akan berakibat stroke bahkan bisa meninggal dunia.

Pikiran Go Ae Ri tambah kalut dan gelisah. Dia tidak mau hal yang terburuk bisa terjadi pada neneknya. Dia tidak mau kehilangan neneknya itu. Hanya neneknya keluarga satu-satunya. Dia tidak bisa hidup kalau bukan karena neneknya.

Go Ae Ri menunggu dengan resah di depan pintu ruanga ICU. Dan setelah menunggu sangat lama. Akhirnya dokter pun keluar.

"Dokter, bagaimana keadaan Halmeoni?" tanya Ae Ri dengan wajah yang penuh dengan rasa panik.

"Nona, sudah kubilang kau harus menjaganya. Kalau dia terjatuh saja dan kepalanya terbentur. Itu berakibat fatal. Nenekmu mengalami pecah pembuluh darah di otak. Dan kami tidak berhasil menolong nyawa Nenek Nona," jawab dokter itu sambi menepuk bahu Go Ae Ri sebagai tanda kalau pemberi semangat agar Go Ae Ri bisa tabah dan sabar menghadapinya.

Go Ae Ri hanya terjatuh lemas tak kuasa mendengar kabar buruk itu.

"Tidak-tidak, ini tidak mungkin. Ini cuma mimpi," gumam Go Ae Ri dengan bibir gemetar. Dia tidak percaya dengan barusan yang dia dengar.

"Halmeoniii!" teriak Go Ae Ri terus memanggil neneknya.

*** Catatan Author****

*Halmeoni : adalah panggilan Nenek dalam bahasa Korea