Didalam sebuah ruangan bernuansa putih bersih dengan dinding kaca besar dan di tutup gorden putih yang menjuntai, terlihat seorang perempuan yang tergesa - gesa mengeluarkan semua pakaiannya dari dalam lemari dan untuk diletakkan di atas ranjang berukuran big size dengan seprai bergambar bunga mawar besar di tengahnya.
Dengan gaya mengusap dagu seakan sedang berfikir, ia memilah pakaian yang akan ia pakai untuk acara yang akan ia datangi bersama neneknya, namun ketika sedang berkonsentrasi setelah lama berfikir terdengar suara lembut seorang wanita yang membuat ia langsung mengalihkan wajahnya ke arah suara..
"Sayang, apa masih lama bersiapnya? Nenek perhatikan sedari tadi cucu nenek ini sibuk berfikir tentang pakaian apa yang akan dipakai. Apa semua pakaian ini tidak ada yang kau sukai sayang?"
Dinara atau yang biasa di panggil Ara, wanita yang sedang memilih pakaian tersebut merengutkan wajahnya mendengar perkataan neneknya barusan.
"Nenek kan tahu kalau Ara pusing mau pakai pakaian apa untuk acara ini? Nenek seharusnya bilang dari kemarin kalau acara sekarang, jadi Ara bisa beli baju untuk di pakai hari ini Nek? Nenek sih kebiasaan buat Ara kebakaran jenggot!!sungutnya..
Neneknya hanya tertawa sambil menatap sayang cucu satu - satunya itu. Bagi Amora, Dinara harta yang paling berharga semenjak anak tunggalnya meninggalkan dirinya untuk selamanya, ya Anita anak dari Amora meninggal saat melahirkan Dinara, cucunya..
"Nek, apa kakek dimana..?kok sedari tadi Ara tidak melihanya..? Ara bertanya saat sambil berjalan membawa pakaian yang ia pilih kedalam kamar mandi untuk mengganti sekaligus bersiap..
"Kakekmu sedang ada urusan sayang, jadi katanya kita langsung saja kesana.. "
Tidak ada jawaban sampai Ara berjalan keluar dengan memakai gaun berwarna hitam panjang tertutup di bagian leher dengan lengan panjang dan juga dipadankan dengan hels berwarna hitam.
"Ya tuhan, cucuku cantik sekali...", puji Amora sambil membelai sayang rambut Ara.
Ara yang dipuji pun tersenyum hangat sambil mengecup sayang pipi yang sudah sedikit keriput milik Amora.
"Ayo nek kita pergi sekarang, nanti kakek gelisah kenapa belum melihat batang hidung istri cantiknya ini..", kekeh Ara sambil berjalan keluar dari kamar..
Amora tersenyum dan berjalan disisi Ara sambil bercerita hingga tidak terasa mereka sudah sampai di luar rumah dan langsung menaiki mobil yang telah disiapkan.
Selama perjalanan Amora menggenggam tangan Ara dan bercerita tentang kegiatan apa saya yang Ara lakukan selama dirumah dan selama liburan musim panas semester. Namun ketika mereka sudah dekat dengan tujuan, Ara terlihat pucat dan mengeluarkan keringat dingin. Tangan yang gemetaran dan itu di sadari oleh Amora
"Sayang, apa kau tidak apa - apa?" Amora panik saat Ara mencengkram kuat jemarinya.
Ara yang melihat kegelisahan Amora, langsung menghembuskan nafas dengan pelan dan mengeluarkannya..
"Ara tidak apa - apa nek, nenek tidak usah khawatir..", jelasnya
Untuk menenangkan neneknya, Ara tersenyum dan mengalihkan wajahnya ke arah jendela guna menutupi ketakutan dan kegelisahannya yang berkecamuk saat ini. Entah kenapa perasaannya selalu tidak enak setiap berada di keramaian.
Ketika sibuk menenangkan jantungnya yang berdetak dengan cepat, tanpa di sadari kalau mereka sudah sampai di sebuah gedung yang besar yang dipenuhi oleh banyak orang yang berkumpul dan juga terlihat kerumunan wartawan yang sudah bersiap di posisi mereka...
Mobil yang di kendarai Ara dan Amora berhenti didepan gedung yang tidak pernah Ara lihat sebelumnya dan tidak lama pintu mobil telah terbuka hingga Ara bisa melihat kerumunan orang yang telah berkumpul di tempat yang telah di persiapkan.
Saat kaki Ara menuruni mobil, Amora menggenggam erat tangan dinginnya sambil berjalan masuk kedalam gedung, tempat diselenggarakannya acara tersebut. Ketika mereka masuk kedalam gedung, Ara bisa melihat kakeknya sedang berbicara dengan seorang pria tinggi yang Ara belum lihat wajahnya.
Sambil berjalan menuju dimana kakeknya berada, Ara melihat dan mengamati suasana dalam gedung yang dihias dengan cantik , dan ketika sudah sampai Ara bisa melihat dengan jelas wajah seorang pria yang sedari tadi berbicara dengan kakeknya.
Pria itu sangat tampan dengan wajah campuran, bola mata berwarna hazel, bibir yang penuh dan bulu mata yang lentik, hidung yang mancung serta yang membuat pria itu berbeda adalah warna rambut yang berwarna coklat mencolok serta setelan pakaian formal yang terlihat pas di tubuh tegapnya.
Untuk sesaat, Ara terpesona dengan wajah tampan milik pria itu, namun dengan segera Ara menghilangkan tatapan pesonanya sebelum kakek dan neneknya memeregoki pandangan kagumnya ke arah pria yang sedang berbicara dengan kakeknya dengan memberikan senyuman manis miliknya...
"Kakek..."
Albert, kakek dari Ara yang sedang berbicara tersebut langsung mengalihkan wajahnya kearah suara merdu yang memanggilnya dengan sebutan kakek. Ternyata yang memanggilnya adalah Ara, cucunya...
"Cucuku sudah datang ternyata? kenapa lama sekali? apa ada sesuatu yang terjadi selama perjalanan kesini?"
Ara yan mendengar rentetan pertanyaan kakeknya terkekeh sambil memeluk sayang kakeknya.
"Ara yang seharusnya bertanya kepada kakek, kenapa sekarang kakek yang balik bertanya kepada Ara..?"
Albert membalas pelukan tersebut sambil tersenyum mendengar rajukan sang cucu,..
"Maaf sayang, tadi kakek ada urusan sebentar, makanya kakek bilang dengan nenek untuk langsung datang ke sini agar kalian tidak lama menunggu kedatangan kakek.." terangnya
"Tapi kan Ara pengen pergi bareng sama kakek dan nenek..."
Albert terkekeh mendengar gerutuan Ara yang memanyunkan bibir kepada dirinya. "Maafkan kakek untuk Ara, lain kali kita akan pergi bersama-sama, benarkan sayang? tanyanya ke Amora yang sedari tadi hanya diam melihat tingkah gemas cucu tunggalnya..
"Benar sayang, besok kita akan pergi bersama, kalau kakekmu masih mengingkari nenek akan menyuruh kakekmu untuk tidur di luar kamar.."
Albert yang sedari tadi berbicara dengan Ara, langsung mengalihkan wajah herannya kearah sang istri.
Kenapa aku yang disalahkan sayang, dan juga kenapa aku harus tidur diluar? Kau tahukan kalau aku tidak bisa tidur kalau kau tidak ada?"
Ara tersenyum dan terkekeh mendengar interaksi antara kakek dan neneknya. Entah kenapa Ara sangat bahagia melihat wajah orang yang sangat ia sayangi sedang berdebat kecil tentang pertanyaannya barusan.
"Sudah hentikan, kenapa jadi serius begini? Ara hanya bercanda saja kakek ,nenek?"
Albert dan Amora tersenyum dan tersentuh mendengar perkataan Ara barusan. Mereka sangat menyayangi Ara, karena sedari Ara kecil mereka yang merawatnya hingga Ara yang sekarang berumur 20 tahun namun masih saja sering bersikap manja dengan mereka.
Albert yang sedari tadi sibuk berdebat kecil dengan cucunya, menyadari kalau bukan hanya mereka bertiga saja yang ada disini, dengan segera Albert langsung mengalihkan tatapannya ke arah seorang pria yang masih setia berdiri di dekatnya dan memperkenalkannya kepada Ara, sang cucu
" Ara, perkenalkan Abrar dan Abrar perkenalkan ini Dinara atau kami biasa memanggilnya dengan nama Ara, sekaligus cucu saya satu - satunya.."
Abrar yang namanya disebut langsung menoleh dan mengulurkan tangannya kehadapan Ara untuk berkenalan. " Perkenalkan saya Abrar, sambil mengulurkan tangannya kearah Ara yang sedang memperhatikannya.
Abrar terpesona dengan kecantikan natural milik cucu tuan Albert, Ara. Sedari tadi ia hanya memperhatikan dan terdiam saat mendengar suara indah milik Ara. Ingin rasanya ia juga ikut berbaur dalam pembicaraan mereka, namun Abrar sadar kalau ia hanya orang luar yang hanya bisa memperhatikan mereka bercengkrama.
Ara tersenyum dan membalas uluran tangan Abara.
" Perkenalkan, aku Dinara atau kau bisa memanggilku Ara seperti yang kakekku bilang barusan," katanya sambil tersenyum.
Lalu Ara mengalihkan wajahnya kemabali kearah Albert dan bertanya, " Oh ya kek, sebenarnya ada acara apa ditempat ini?,kok Ara tidak tau ya?"
Albert yang ditanya mengerutkan keningnya, heran...
"Apa nenekmu tidak mengatakannya, sayang?"
Ara mengernyit menatap Albert yang terlihat keheranan atas pertanyaannya barusan..
"Tidak kek, nenek bilang kalau Ara harus bersiap karena kakek akan mengadakan acara, itu saja.." jawabnya
Albert mengalihkan wajahnya ke Amora yang terlihat menahan senyum saat mendengar pertanyaan Ara barusan. Amora memang sengaja tidak memberi tahu Ara karena Amora tau kalau Ara tidak suka tempat keramaian dimana Ara diharuskan menampilkan dirinya sebagai cucu seorang pengusaha dari Albert, suaminya. Albert yang mengetahui arti dari senyuman istrinya mengangguk pelan dan menghadapkan tubuhnya kehadapan Ara.
" Sudahlah Ara tidak perlu tau, kakek tidak akan memberi tahu tentang acara ini dan sebaiknya kita duduk di tempat yang sudah di siapkan karena sebentar lagi acara akan dimulai...
Ara mengerti dan tidak bertanya lebih lanjut lagi karena kakeknya sudah berbicara seperti itu, menandakan kalau ia akan tau sendiri ini acara apa...
Sedangkan Abrar yang mendengar perkataan tuan Albert barusan langsung undur diri untuk berkumpul dengan keluarganya yang juga diundang di acara ini..
"Tuan Albert, saya undur diri untuk berkumpul dengan keluarga saya..."
" Apa kau tidak duduk disini saja dengan kami Abrar, aku bisa menambah kursi lagi di samping Ara?"
Abrar tersenyum, " Tidak perlu tuan, kursi saya sudah disiapkan, mungkin lain kali anda bisa menawarkan lagi kepada saya dan saya pastikan untuk tidak menolaknya.."
Ara hanya diam sambil memperhatikan wajah tampan Abrar untuk terakhir kalinya karena sudah dipastikan mereka tidak akan bertemu untuk jangka waktu yang lama,setidaknya itulah yang ada didalam fikiran Ara untuk saat ini.
"Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu..", Albert mengajak Ara dan Amora untuk berjalan ketempat yang sudah disiapkan untuk mereka, meninggalkan Abrar yang masih setia berdiri ditempatnya, namun sebelum meninggalkan tempat tersebut, Ara bisa melihat kakek dan neneknya berjalan duluan sedangkan Ara sendiri memang sengaja berjalan agak lambat sekaligus menyempatkan diri untuk melihat wajah Abrar sekali lagi. Ketika ia menoleh kebelakang dimana Abrar berdiri, sontak saja Ara langsung membalikan wajahnya dengan cepat, dan bisa dipastikan kalau wajahnya saat ini merona...
"Astaga, senyumnya manis sekali...", ringisnya dalam hati...