-POV Nayla-
Aira langsung keluar, dan pindah ke jok belakang, dia meluk gue, mencoba nenangin. Ini kondisi tersulit buat gue. Jahat kamu, Za!
"Nayla, lo tenang, Nay. Untuk sementara lo sama gue aja dulu di apartemen." Aira ngusap-ngusap rambut gue, coba nenangin gue.
"Mas, kunci ruangan Reza ada sama Mas Setyo?" Aira memastikan, sebab hal itu penting buat gue, karena segala hal yang vital buat hidup gue ada di dalam tas.
Setyo mengangguk. "Iya, ada sama saya."
"Mas, apa kita bisa pergi ke kantor malam ini. Karena tas Nayla tertinggal di dalam sana."
Setyo mengangguk lagi, "Baiklah, saya masuk sebentar ya, mau bilang sama ibu saya dulu."
Giliran Aira yang mengangguk.
"Nayla, tenangkan diri lo. Jangan terbawa emosi sesaat. Gue paham banget yang lo rasa sekarang. Cuma, kita belum tahu, Rezanya sendiri gimana."
