Aira memberondong gue dengan pertanyaan yang jawabannya baru aja akan gue kasih tahu ke dia.
"Gue nggak tahu, tapi foto yang dikirim sama bangsat itu, emang cuma liatin Reza aja, bahkan ada video yang dia simpen juga."
Aira mendesah, ia ikut resah karena kasus ini.
"Katakan, kenapa kalian bisa sampai seceroboh ini?"
Gue nggak tahu harus menjawab apa. Namanya juga lagi berada dalam pengaruh nafsu, apa aja nggak keinget sama diri sendiri.
"Sekarang apa yang akan terjadi, Ra? Jujur gue takut, apalagi kalo ternyata gue beneran hamil." Gue refleks megang perut, dan mengusapnya lembut. Entah kenapa, rasanya ada hal yang menarik diri ini untuk terus melakukannya. Terasa seperti ada naluri yang menguar dari dalam sini, hati gue.
Aira melongo saat gue natap dia. "Nay, ini sama dengan akhir dari Nabastala, gue harus nyari kerjaan baru kalo kaya gini. Ya ampun, nggak tahu lagi deh. Sumpah, gue nggak tahu lagi mau komentar apa."