Chereads / look at me / Chapter 18 - Chapter 18 | Usaha Amara

Chapter 18 - Chapter 18 | Usaha Amara

Bumi perkemaha.

Kenzie sudah tidak asing lagi dengan tempat ini. Dia berdiri di depan bus, membantu teman-temanya yang kesusahan turun dari dalam bus.

Suasana kemah mulai terasa saat sesi pembangunan tenda di mulai. Panas, matahari sudah tepat di atas kepala. Butuh waktu sekitar satu jam untuk membangun dua tenda dom berukuran sedang.

Setelah beristirahat sebentar, seluruh peserta kemah berkumpul di lapangan utama untuk melaksanakan upacara pembukaan. Seluruh peserta seolah dibakar di bawah sinar matahari. Ya begitulah suasaa di perkemahan, siangnya terasa sagat panas, tapi malam harinya akan terasa sangat dingin.

Kenzie menyapu keringat dari dahinya. Ini akibatnya punya tubuh jangkung, gampang kena panas. Udah nggak bisa berlindung sama temen, malah jadi pelindung temen dari sinar matahari.

"Panas ya Zie?" tanya Antoni sambil terseyum meledek.

"Hmmm," gumam cowok itu, dia sudah cukup kepanasan untuk melayani candaan dari Antoni.

Dari barisa paling ujung, Kenzie melihat seorang gadis tengah menatapnya di sana. Amara, Dia terseyum saat cewek itu tersenyum padaya. Hanya untuk beberapa saat, kemudian dia memalingkan pandanganya kembali ke pembina upacara.

Hari mulai mejelang sore, hari ini belum ada kegiatan selain pembangunan tenda dan upacara pembukaan. Kenzie duduk di dalam tendanya, asik sediri degan pesan watsap di handphonenya. Tak lain dan tak bukan, orang yang berhasil membuatnya tersenyum-senyum sendiri adalah Nuke. Mereka baru bertukar pesan lima belas menit yang lalu, alasanya karena cewek itu baru pulang sekolah.

Kenzie menutup handphonya saat mendengarkan percakapan dua orang di depan tenda, dan mereka menyebut-nyebut namanya.

"Hay?" Mela menyapa cewek yang baru saja datang menuju tenda sekolahnya.

"Hay juga."

Mela menatap cewek itu dari bawah sampai atas, Mela tau siapa dia "Lo.. Amara kan?" tanyanya hanya untuk basa basi saja.

"Iya," Amara tersenyum pada Mela, sambil menatap ke sekeliling tenda mencari seseorang.

"Ada apa?"

"Gue bisa ketemu Kenzie?"

Sudah Mela tebak! sekolahnya dengan sekolah Amara tidak punya urusan apa-apa pada acara kemah ini, jadi alasan apalagi Amara ingin bertemu dengan Kenzie kalau bukan untuk mencari perhatian dari cowok itu. "Dasar genit!" batin Mela, dia sudah berjanji pada Nuke untuk tidak membiarkan Amara mendekati Kenzie, dia harus mencari cara agar cewek itu pergi dari sini.

"Kayaknya, Kenzie lagi banyak urusan deh," ucap Mela tak enak hati. Tentu saja itu dibuat-buat.

Amara terlihat kecewa "Sebentar aja kok," paksanya secara halus.

"Aduh gimana ya? Tapi Kenzie bener-bener sibuk, gimana kalau lo ketemu Kenzie-nya nanti aja," usul Mela. Tapi nampaknya Amara tidak menerima. Cewek itu malah bertingkah menyebalkan di depannya.

"Kenzie!" Amara berseru memanggil Kenzie. Dia memanggil nama Kenzie beberapa kali karena cowok itu tak kunjung keluar. Di depanya, Mela menganga tak percaya. Amara memang keras kepala dan tidak tau malu.

"Ada apa?" Yang dipanggil akhirnya keluar dari tendanya, dan terheran melihat Amara berdiri bersama Mela di sana.

"Gue boleh ngobrol sebentar nggak?"

Kenzie tampak menimbang-nimbang permintaan Amara. Dia menatap Mela, tampaknya cewek itu memberi isyrat agar dia menolak permintaan Amara.

Namun sayangnya Amara menangkap gelagat Mela. Cewek itu nampak sebal, dia jadi berfikir kalau Mela adalah pacar Kenzie. Tapi entah siapa Mela, dia tidak perduli, dia hanya ingin bertemu Kenzie. Dia menatap cowok itu dengan tatapan memohon "Sebentar aja Zie.."

Kenzie mengangguk pelan "Oke, tapi bentar aja ya," ucapnya. Amara tersenyum menang, lalu mengajak Kenzie pergi dari tenda.

Sebelum beranjak, Kenzie menatap Mela seolah berkata 'tidak akan terjadi apa-apa'. Tapi bagaimana bisa Mela percaya, kalau Kenzie masih saja meladeni semua permintaan Amara. Tidak bisa dibiarkan, Mela harus memberitahu Nuke.

💌

Kenzie menodorkan satu cup es teh manis pada Amara. Cewek itu dengan senang hati menerima. Mereka duduk di depan sebuah warung yang buka setiap ada acara di buper. Ini yang selalu Amara harapkan, bisa berdua dengan Kenzie.

"Jadi, sekarang lo udah punya pacar?" tanya Amara, hanya untuk sekedar menguji, apakah Kenzie masih mau terbuka padanya atau tidak. Kenzie mengangguk sambil menyesap es tehnya.

"Yang tadi itu, ya?"

Kenzie menyringat bingung "Yang mana?"

"Yang di depan tenda sama gue?" Tebakan Amara bukan tanpa alasan, mengingat gelagat cewek yang bersamanya tadi seperti tidak suka dengan niatnya bertemu Kenzie.

Kenzie bergumam mengerti "Bukan, dia Mela, cuma temen biasa. Pacar gue namanya Nuke."

Sedikit menyakitkan, tapi setidaknya Kenzie mengungkapkan semuanya. Amara sedikit tersenyum "Dia cantik?" Pertanyaan macam apa itu? Ya jelas saja Nuke cantik bahkan dia juga baik dan lucu, kalau tidak, bagaimana bisa Kenzie menyukainya.

"Banget," ucap Kenzie tanpa ragu, bahkan menurutnya Nuke tidak hanya cantik, tapi sempurna.

Amara menarik nafasnya dalam-dalam, pernyataan Kenzie baru saja membuat sesak dadanya "Pantes aja, lo berpaling dari gue."

Kenzie tertawa mendengarnya "Bukannya lo yang ninggalin gue duluan, lo lebih memilih cowok yang lebih populer waktu itu. Tapi jujur Ra, itu buat gue merasa beruntung, karena setelah kepergian lo, gue menemukan Nuke."

Rasanya Amara ingin sekali menangis. Dia sangat menyesal meninggalkan Kenzie dulu. Kenzie tampak sangat senang bersama pacarnya sekarang, bahkan Kenzie menjadikan cewek itu sebagai pacar pertamanya. Seandainya dulu Amara bisa bersabar lebih lama, mungkin dia lah pacar Kenzie sekarang.

Kenzie yang melihat perubahan di raut wajah Amara, langsung mengubah topik pembicaraan.

"Gimana orang tua lo?"

Amara membuyarkan lamunannya "Yah, seperti biasa, mereka nggak pernah akur."

Cowok itu menatap Amara iba. Dia membayangkan rasanya jadi Amara. Orang tua adalah momok nomer satu untuk anaknya, yang mempunyai kewajiban memeri kebahagiaan untuk anaknya, namun bagaimana bisa seorang anak bisa bahagia kalau orang tuanya saja tidak merasa bahagia, egois, dan selalu terlihat suram di depan anaknya. Dan semua itu terjadi pada Amara.

Gadis itu menunduk dalam. Dia baru merasa tenang saat Kenzie mengelus pundaknya. Dia tersenyum, tidak masalah Kenzie sudah punya pacar, karena dia masih punya banyak harapan yang selalu Kenzie berikan padanya. Dia menginginkan Kenzie kembali, tidak peduli akan menyakiti siapapun.

💌

"Apa!!" Nuke berteriak kesal. Dia menutup telfon dari Mela. Sudah Nuke duga, Amara pasti akan berusa mendekati Kenzie di sana. Tapi tenang Nuke, yakin kalau Kenzie tidak akan menghianatinya, bukankah Kenzie yang mengatakanya sendiri.

Nuke menenangkan kembali pikiranya, Dia tidak boleh berfikir negatif. Nuke melirik sebuah kalender kecil di meja belajarnya. Besok hari sabtu, bagus, sekolah libur, dia akan pergi ke acara perkemahan besok. Nuke menatap layar hanphonenya kembali. Dia tau harus mengajak siapa.