Chereads / look at me / Chapter 17 - Chapter 17 | Menuju Kemah

Chapter 17 - Chapter 17 | Menuju Kemah

"NUKE!!"

Mela berlari dari kejauhan. Langkahnya tergopoh-gopoh saat sudah mendekati Nuke.

"Bahaya!" ucapnya saat sudah sampai. Wajahnya memerah dan nafasnya ngos-ngosan.

"Ada apa sih Mel? Bahaya apa?"

"NUKE GAWAT!!"

Nuke segera membekap mulut Mela "Nggak usah teriak-triak, kita lagi ada di masjid!" belum juga Mela mengucapkan maksudnya, tapi dia sudah merasa greget.

Mela melepas bekapan tangan Nuke, lalu tersenyum setelah melihat bangunan di depanya "Oh iya, sory." ucapnya dengan senyum bodoh.

"Apa ada?" tanya Nuke.

"Ada apa" ralat Mela. Temanya itu terkekeh, bisa-bisanya Si Nuke masih bisa bercanda, padahal dari gaya Mela sudah menunjukan kalau dia akan membawa kabar buruk. "Bahaya Ke, sekolah kita ikut kemah tahun ini!" ucapnya langsung to the poin.

Nuke menghela nafasnya malas "Terus masalahnya?"

"Ya ampun Nuke, itu artinya Kenzie bakal ketemu sama Amara nanti."

"What!" Nuke menghentakan satu kakinya ke lantai dengan keras "Kok bisa? bukannya SMA kita udah kemah Minggu lalu?"

"Iya lah bisa, ini kemah dalam bentuk lomba tingkat provinsi, Ubaloka beda lagi ceritanya. SMA Cendekia kan sekolah favorit, nggak mungkin nggak ikut acara bergengsi kayak gini!"

Nuke mengigit bibir bawahnya khawatir. Dia selalu merasa parno kalau sudah menyangkut nama Amara. Cewek sialan! Padahal dia belum tau pasti seperti apa hubungan Amara dan Kenzie sampai saat ini, tapi dia sudah tidak menyukai Amara, mungkin karena cewek itu masih menaruh perasaan pada Kenzie.

"Emang Kenzie harus ikut ya?"

"Kemungkinan besar iya, karena Kenzie termasuk anggota inti Bantara."

Nuke mendengus kesal, entah kenapa dia ingin menangis. Rasanya tidak rela jika Kenzie harus bertemu lagi dengan Amara.

"Coba bayangin Ke, tiga hari Kenzie dan Amara tanpa lo, uuuhhh" Mela menggerakkan jari-jarinya di samping kepalanya, mencoba memanas-manasi hati Nuke.

"Sialan lo Mel, seharusnya lo tuh nenangin gue" sungut Nuke. Dia memukul bahu Mela kesal.

Mela tertawa sambil merangkul pundak Nuke, mengajak sahabatnya itu berjalan ke kelas "Udahlah Ke, biasa aja, cuma tiga hari inih, lagian Kenzie sendiri yang bilang kan, kalau dia cuma cinta sama lo, lo harus percaya sama dia." Nuke tersenyum hambar, namun tetap mengangguk "Lagian lo sama Amara cantikan lo kok," lanjut Mela. Nuke sedikit tersenyum senang mendengarnya.

"Cantikan lo, tapi dikit," Mela tertawa terbahak-bahak melihat Nuke yang langsung kehilangan senyumnya.

"Keterlaluan lo Mel!"

💌

Sore ini taman kota cukup ramai. Nuke sibuk memakan es krim coklatnya yang mulai meleleh, sementara Kenzie sibuk dengan jari-jari tanganya. Nuke tau Kenzie ingin mengatakan sesuatu, dia menunggu cowok itu siap untuk mengatakanya.

"Ke," akhirnya Kenzie memulai.

"Iya," Nuke terlihat sangat menikmati es krimnya, tapi sesungguhnya, dia hanya fokus menunggu ucapan yang keluar dari mulut Kenzie.

"Tahun ini.." ucap cowok itu menggantung.

"Sekolah kita bakal ikut kemah, dan lo bakal ketemu sama Amara di sana?" potong Nuke, dari penggalan kalimat Kenzie, cewek itu tau apa yang akan Kenzie katakan.

"Tau dari mana?"

"Dari Mela," jawab Nuke singkat.

Kini Kenzie menatap Nuke lekat. Walau terlihat bisa saja, Kenzie tau kekasihnya itu tidak suka "Lo nggak papa?"

Nuke berhenti memakan es krim di tanganya, lalu membuang makanan itu ke tempat sampah kecil di samping bangku mereka. "Kenapa harus kenapa-napa? emang lo mau ngapain sama Amara?"

Kenzie menggeleng cepat "Maksud gue bukan begitu, gue tau lo nggak suka kalau gue deket-deket sama Amara."

Nuke tersenyum hambar, lalu membalas tatapan Kenzie. Menatap cowok itu heran "Bukanya selama ini lo tetap deketin dia walaupun tau kalau gue suka?"

Kenzie menunduk dalam. Memang benar, tapi alasan di balik ucapan Nuke salah. Nuke menganggap bahwa kepedulianya terhadap Amara diartikan sebagai rasa cinta, padahal bukan. Dia hanya merasa kasihan pada Amara. Dia rasa Nuke harus tau itu.

"Nuke. Lo tau?" Kenzie menjeda ucapanya cukup lama, lalu berkata kembali dengan nada selembut mungkin "Keluarga Amara berantakan, lo bisa lihat dari kondisi rumahnya kemarin. Orang tuanya selalu bertengkar, dan semua selalu berakhir pergi dari rumah. Hampir setiap hari kayak gitu. Amara sendirian, dia takut, dia bingung harus berbuat apa," jelas Kenzie tapi itu belum selesai.

"Dan benar, gue akui dia masih suka sama gue. Maka dari itu dia lebih butuh kepedulian dari gue. Tapi perlu lo tau, gue nge-bantu dia sebagai seorang sahabat, nggak lebih dan nggak akan pernah lebih!"

Nuke mendengus, jika ucapan itu dapat terbukti, maka dengan senang hati Nuke akan percaya. Tapi sayang, cinta itu tersirat, tidak terlihat, tapi bisa diraskan lewat perbuatan. Dan setiap perbuatan Kenzie pada Amara, membuat Nuke yakin kalau dia melihat cinta.

"Jadi, kemana lo sama Amara Sabtu kemarin?"

"Dia sakit, gue nganterin dia ke klinik" Kenzie tidak ingin ada sesuatu yang di sembunyikan dari Nuke. Dia akan selalu jujur sebagi bentuk keseriusannya.

Dalam hati Nuke tertawa. Pacarnya ini memang sangat baik. Rela pergi jauh-jauh, hanya untuk mengantarkan cewek yang sebenarnya tidak penting lagi bagi hidupnya. Kalau saja Nuke tidak mencoba bersabar maka sekarang ini juga dia akan mengumpat 'Dia cuma modus bodoh'. Sayang dia mencintai Kenzie, jadi dia hanya mengangguk.

"Lo emang cowok penyayang."

Pujian yang menohok. Untuk pertama kalinya, dengan kalimat yang baru saja diucapkan, Nuke membuat Kenzie merasa menjadi cowok paling jahat. Kenzie menarik tangan Nuke untuh menyentuh wajahnya, lalu berkata "Gue punya sejuta ruang sayang di hati gue, tapi gue cuma punya satu ruang cinta di sana, dan itu sudah terisi dengan satu nama, Salsabila Nukaila Abube"

Satu ucapan ditambah kecupan manis di pipi. Kenzie berhasil meruntuhkan tembok amarah di hati Nuke. Wajah cewek itu kini bersemu merah, lalu menjerit malu.

💌

Satu minggu kemudian.

Seluruh anggota bantara SMA Edelwais berkumpul di depan lobi sekolah, menunggu bus yang akan mengantar mereka menuju bumi perkemahan. Kenzie sudah bersiap dengan tas ransel besar di punggungnya. Dia menatap berbinar cewek yang tengah berbicara dengan Mela.

"Cintaku, sebatas patok tenda, tenda terbongk-"

"Mel!" Nuke berucap gemas. Sahabatnya itu terus memanas-manasi hatinya, dan itu cukup menyebalkan karena dia berhasil. Padahal sebelumnya Nuke sudah percaya kalau Kenzie tidak akan berbuat macam-macam di sana.

"Tenang aja Ke, gue bakal awasi Kenzie di sana, supaya nggak deket-deket sama Amara."

Nuke tersenyum sumringah "Nah gitu dong."

"Tapi gue nggak yakin bakal berhasil sih."

"Melaaa!!" Nuke sebal. Mela berlari menjauh sambil terkekeh, kalau tidak melihat Kenzie mendekat, sudah dia lempar Mela dengan sepatu fantaufelnya.

Nuke menatap Kenzie dari bawah sampai atas. Cowok itu tampak sangat gagah dengan baju coklat ngepres dengan tubuh atletisnya ditambah hasduk yang melingkar di lehernya.

"Nukeee," ucap Kenzie membuyarkan lamunan Nuke.

Nuke tersenyum lebar sebelum teringat sesuatu. Dia membuka resleting tasnya, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam sana "Nih," dia mengulurkan sebuah jaket berwarna biru dongker pada kenzie.

Kenzie menatap Nuke penuh tanya "Buat gue?"

Nuke mengangguk mantap "Iya, gue beliin buat lo, dipake ya, di sana pasti dingin."

"Pasti," Kenzie menerima jaket itu. Setelah mengucapkan beberapa kalimat, dia harus pergi karena bus yang ditunggu sudah datang.

"Gue boleh jengukin lo?" tanya Nuke setelah Kenzie mengucapkan kata pamit.

"Dateng aja, gue tunggu lo di sana."

Kenzie melambaikan tanganya sambil berlari menuju bus. Dari balik kaca bus, Nuke bisa melihat cowok itu mengedipkan sebelah mata padanya.

Bus melaju bersamaan dengan Bel masuk kelas berbunyi. Nuke segera beranjak dari tempatnya sekarang menuju kelas. Sepi rasaya, tidak ada Mela tidak ada Kenzie. Dia akan tidur pulas di pelajaran sejarah karena tidak ada teman yang bisa di ajak ngobrol, dan akan stand by di depan hanphonenya selama tiga hari ke depan, karena hanya bisa mengobrol dengan Kenzie via watsap.