"Sudah cukup bagiku, melihat senyumannu yang cerah itu," batin Arwan.
"Arwan ngga makan? Jangan liatin aku terus, keburu dingin deh itu steak," sahutku menyadari tatapan Arwan.
Arwan langsung mengalihkan pandangannya. Arwan cukup malu saat ketahuan memandangiku.
Lalu, kami makan dalam diam. Kami sangat menikmati steaknya. Steaknya lembut, bumbu meresap sempura hingga rasanya sudah tidak diragukan lagi.
Setelah kami menghabiskan steaknya, kami berdiam diri terlebih dahulu sembari menyuruput minuman kami sekaligus mencernanya.
Ketika aku hendak membayar makanan karena tidak enak hati telah dibelikan tiket nonton, Arwan menolaknya.
"Biar aku aja," ujar Arwan.
"Lho, kan tadi kamu udah," balasku.
Arwan tersenyum. "Biarkan aku membayar semua pengeluaran hari ini. Lagipula aku yang mengajakmu bukan?"
Aku berdiam diri sejenak. "Iya sih … tapi aku ngga enak," ucapku.
"Santai aja dan ini merupakan keinginanku setelah sekian lama. Jadi biarkan aku melakukannya," pinta Arwan.