Jarum jam terus berputar tak peduli dengan keadaan, menggilas detik demi detik setiap jengkal waktu yang kita lalui tanpa ampun. Ini pun yang dirasakan oleh Mayang dan Firman, tak terasa sudah tiga hari mereka berada jauh dari kota J, untuk menyelesaikan pekerjaan mereka di pulau indah ini.
"Mayang, apa kamu sudah siap?"
"Sudah, ayo kita berangkat."
Mereka meninggalkan villa untuk menuju ke bandara karena pekerjaan mereka disana sudah selesai dan harus segera kembali ke kota J. Tidak seperti pada saat mereka berangkat, dimana Mayang yang harus menyeret dua travel bag, kali ini Firman yang membawa keduanya, hingga mereka sampai di dalam pesawat.
"Duduk sini." Kata Firman, dan Mayang hanya menurut dan duduk di samping Firman. Pesawat pribadi Firman perlahan mulai mengudara, Mayang melihat keluar jendela, menatap wan-awan yang seakan berkejar-kejaran dengan indah.
"Lihat apa sih?"
"Awan."
"Kamu sangat menyukai awan."
"Ya, melihatnya membuat kita menjadi damai dan tentram."
"Tapi, buat aku ada yang lebih menentramkan hatiku dari pada awan."
"Apa?"
"Wajah sekertaris seksiku."
"Hahahahah.." Mayang tak bisa diam untuk tidak tertawa.
"Kenapa tertawa?"
"ternyata kamu sama dengan bos-bos yng lain ya.. sukanya lihat yang seksi-seksi."
"Kamu salah, aku bicara begitu karena aku tahu kenapa dirimu seksi."
"Kenapa?"
"Karena...karena...ada deh.."
"Ih, begitu.."
"Sebenarnya aku tak suka dengan wanita seksi, tapi berhubung wanita seksinya itu adalah kamu, jadi aku suka, apa lagi kamu sudah mengambil.."
"Mengambil.. mengambil apa?"
'Mengambil keperjakaanku.' jawab Firman dalam hati.
"Mengambil hatiku." Jawab Firman pada akhirnya.
"Jadilah kekasihku." lanjut Firman.
"Ternyata selera humormu sangat tinggi ya Pak Bos."
"Kamu anggap saya sedang bercanda?"
"Ya memang begitukan?"
"Aku serius Mayang."
Mayang terdiam, menelisik jauh kedalam mata Firman, mencoba menemukan sebuah kebenaran disana, dan dia menemukannya. Firman sedang tidak berbohong, dia serius.
"Mayang.."
"May.. kog diem"
Mayang tersadar dari keterpakuannya.
"Eh.. Iya, maaf"
"Mulai hari ini kamu kekasihku, jadi diluar jam kerja kamu harus panggil aku sayaanggg."
"Eh.. kog maksa."
"Memang kamu harus di paksa."
"Ga bis agitu dong."
"Bisa dong, aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan."
"Termasuk hatiku? tidak bisa begitu pak bos."
"Baiklah kalau kamu tidak mau, jadilah istri."
"Eh... apa lagi itu?"
"Ya, kalau ga mau jadi kekasihku ya jadi istriku, pilih yang mana?"
"ga ada pilihan lain gitu?"
"ada, jadilah ibu dari anak-anakku."
"Ya salam.. bukan itu maksudnya."
"Pokoknya kamu harus milih satu dari ketiganya, proses mana yang akan kita lalui terlebih dahulu, kalau tidak kamu harus menjadi ketiganya untukku."
"Dasar bos pemaksa."
"Khusus untukmu."
"Terserah."
"Baguslah kalau terserah padaku."
---------------------------
"Ayah," Sarah menatap sosok pria paruh baya yang kini berdiri dihadapannya, kemudian berlari memeluk pria itu penuh kerinduan.
"Ayah kog ga pernah kasih kabar sih.. sarah kangen yah.."
"Maafkan ayah sayang, ayah baru sempat datang hari ini untuk mu."
"Bagaimana kabar ibu dan juga kakakmu?"
"Mereka baik-baik saja ayah, sejak ayah pergi, bang Firman yang mengantikan posisi ayah di kantor, menjadi pemimpin perusahaan."
"Ayah tahu, ayah sudah yakin kalau Firman mampu melakukan itu."
"Lalu kenapa Ayah meninggalkan kami?"
"Karena memang ayah harus meninggalkan kalian, untuk kebaikan kita semua, maafkan ayah."
"Tapi bang Firman, sudah salah paham sama ayah, malah sampai saat ini, bang Firman tak menyukai gadis cantik dan seksi, karena teringat akan Ayah yang meningalkan kami karena perempuan cantik."
"Sekali lagi maafkan Ayah, bukan maksud ayah seperti itu."
"Tapi ayah memang pergi dengan wanita itu."
"Suatu saat kamu akan tahu kebenarannya, tanpa ayah harus bercerita padamu."
"Ayah, Bang Firman akan dijodohkan oleh ibu."
"Dengan siapa?"
"Dengan anak seorang pengusaha, kata ibu dia anak dari teman ayah."
"Teman ayah?"
"Iya,"
"Siapa?"
"Amira Amarta."
"Amira Amarta? Pemilik Amarta group?"
"Ya Ayah."
'Ini tak bisa dibiarkan, Firman dalam bahaya.' Kata Ayah Sarah yang bernama Faisal dalam hati.
"Apa kakakmu menyetujuinya?"
"Tentu saja tidak, abang masih sangat mencintai gadis teman sekolahnya dulu, namun dia pergi entah kemana."
"Benarkah? ternyata abangmu punya sifat kebucinan yang luar biasa."
"Sarah, seperti biasa, kau jangan bercerita dengan siapapun termasuk ibu dan kakakmu kalau kau sering bertemu dengan ayah ya."
"Sampai kapan yah?"
"Ayah tidak tahu, tapi ayah pastikan itu tidak akan lama lagi sayang, tolong bantu ayah."
"Baik lah ayah."
"Sekarang ayah harus pergi, kita akan bertemu lagi lain waktu, ayah akan mengirimkan pesan lewat surelmu jika ayah ingin bertemu."
"Iya Ayah, sarah sayang ayah." kata Sarah sambil memeluk tubuh ayahnya erat dan menumpahkan kesedihannya pada ayahnya.
"Ayahpun sangat menyayangimu dan juga kakakmu."
"Dampingi kakakmu, Ayah tahu, kamu adalah sumber kekuatan untuknya."
"Iya ayah."
"Ayah pergi dulu." Dan laki-laki bernama Faisal itu membalikkan tubujnya, meniggalkan anak gadisnya sendirian di dalam sebuah kafe yang sudah tutup.
"Sar..." Tiba-tiba rangga menghampirinya.
"Ya, kak Rangga.. maaf ya merepotkanmu."
"Tidak kog, tapi siapa pria tua itu tadi? jangan bilang itu pacar lo?"
"Ih, kak Rangga, masak Sarah pacaran sama kakek-kakek sih?"
"Kirain, lagian kalian akrab banget pake acara peluk-pelukan lagi."
"Jadi kak Rangga ngintipin aku?"
"Ga sengaja lihat tadi."
"alah... bilang aja ngintip."
"Serius, ga sengaja tadi Sar.."
"Terserah deh, sarah mau pulang dulu, udah malam, ngantuk pula."
"Biar kak Rangga antar."
"Seius?"
"Iya.. ayok.."
"Oke.. Makasih ya kak, jadi enak nih aku ada yang anterin."
"dasar kamu tuh."
Rangga membimbing Sarah masuk ke dalam mobil, setelah mengunci kafe miliknya. Sebenarnya bukan tanpa alasan Rangga mengantarkan Sarah pulang, itu karena sejak kecil Rangga sudah menaruh hati pada Sarah, tapi dia takut sahabatnya akan melarangnya untuk mendekati adik kesayangnnya. Jadilah Rangga sering gonta-ganti pacar hanya untuk menghibur hatinya saja, karena saking tak kuasanya menahan rasa cinta yang begitu dalam terhadap Sarah. Dia hanya berharap takdir akan berpihak padanya dengan menjadikan sarah miliknya, semoga saja.