Dia tahu mereka ingin menebus kesalahan mereka padanya sebanyak mungkin sekarang, jadi dia harus memberi mereka kesempatan, dan dia juga harus menikmati kehidupan sebagai seseorang yang dipedulikan dan dicintai.
Mendengar Bunga mengatakan itu, Arnold tidak merasa keberatan. Bagaimanapun, selama Bunga bahagia, dia bisa melakukan apa saja, "Bunga, kamu harus berjanji padaku, kalau kamu tidak bahagia disana, kamu selalu bisa kembali dan menjadi sekretarisku kapan saja. Bagaimana dengan itu?"
Bunga mengangguk dan menyetujui usulan Arnold.
Keesokan harinya, sebelum fajar tiba, sebuah Rolls-Royce diparkir di luar rumah Arnold. Seorang pria tampan melangkah keluar dari dalam mobil dan mengeluarkan ponsel dari sakunya dengan jari-jarinya yang ramping. Orang itu adalah Alex.
Ketika Bunga pergi bersama Arnold kemarin, dia berkata dia akan kembali pulang hari ini, jadi begitu Alex membuka matanya di pagi hari, dia langsung pergi ke rumah Arnold.
Alex menelepon Arnold. Di dalam rumah, Arnold masih berbaring di tempat tidur. Arnold mengangkat telepon dan melihat bahwa itu adalah Alex, dan seketika dia merasakan sakit kepala. Apa yang dilakukan Alex? Kenapa dia menghubunginya sepagi ini?
Dia menekan layar dan menerima teleponnya. Tanpa memberi kesempatan kepada Alex untuk berbicara, dia berkata lebih dulu, "Alex, kalau kamu tidak ingin Bunga beristirahat dengan baik, masuk saja. Aku tidak akan menghentikanmu."
Begitu Alex mendengar ini, kata-kata yang ingin dia ucapkan tertahan di tenggorokannya. Dia mengangkat pergelangan tangannya lalu melirik jam tangan di pergelangan tangannya. Tepat pukul enam, sekarang masih benar-benar pagi. Dia tidak bisa menyalahkan Arnold tapi sebenarnya dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan adiknya lagi. Bagaimanapun juga, Alex sangat merindukan adik perempuannya itu.
"Kapan kamu bangun? Sekarang sudah jam enam, bukankah kamu berencana untuk bangun?" Alex bertanya pada Arnold, tapi dia khawatir Bunga dan Arnold tidur bersama. Mereka berdua belum menikah, kalau sampai terjadi sesuatu, dia akan menyesalinya sebagai kakak kandung Bunga.
Sebenarnya dia benar-benar ingin melangkah masuk dan melihat apakah Arnold melakukan sesuatu pada Bunga. Kekhawatiran Alex pasti juga diketahui oleh Arnold. Dia berganti ke posisi yang lebih nyaman dan berkata kepada Alex, "Aku tidak melakukan apa pun pada Bunga. Kalau Bunga tidur bersamaku sekarang, apa mungkin aku tetap menjawab panggilanmu? Alex, bisakah kamu tidak berpikir macam-macam."
Arnold tidak ingin mengatakan sepatah kata pun lagi pada Alex. Alex ini selalu berusaha untuk menghancurkan hubungannya dengan Bunga. Mungkin Alex tidak dengan sengaja melakukannya, karena perasaannya sebagai seorang kakak laki-laki adalah untuk melindungi adik perempuannya. Apalagi mereka telah terpisah sejak lama. Arnold berusaha memahami tapi dia masih merasa sedikit kesal.
Ketika Alex mendengar apa yang dikatakan Arnold, dia juga merasa bahwa apa yang dikatakan Arnold sangat masuk akal. Lalu dia berkata, "Kalau begitu aku akan menunggumu di luar rumah. Telepon aku kalau Bunga sudah bangun."
Sial, Arnold menutup telepon dan ingin segera melangkah keluar dan menendang Alex. Kepala pria itu pasti dipenuhi sesuatu. Arnold mengutuk, "Benar-benar sial. Dia pasti punya penyakit otak."
Saat bangun dari tempat tidur, dia pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya, mengenakan mantel panjang, dan keluar untuk membukakan pintu untuk Alex. Bagaimanapun juga, Alex adalah partner bisnisnya, kakak kandung Bunga dan Arnold segan untuk membiarkan Alex benar-benar menunggu di luar sampai Bunga bangun.
Bagaimanapun juga, kamar tidur Bunga ada di lantai tiga, bahkan jika Alex datang ke ruang tamu, itu tidak akan mempengaruhi istirahat Bunga.
Arnold membuka pintu rumah dan menyapa Alex, "Masuklah, orang-orang yang tidak tahu akan mengira aku kejam."
Alex sudah berpakaian tampan, dan memasuki rumah lalu berkata pada Arnold, "Bagaimana kamu bisa menyukai rumah ini?"
Arnold tidak repot-repot menjawab kata-kata Alex, dia masih kesal dan tidak ingin mencari masalah.
Dengan sopan, Arnold menuangkan segelas anggur merah untuk Alex, meletakkannya di depan Alex, dan berkata kepada Alex, "Kamu bebas melakukan apapun yang kau mau disini."
Kenapa Alex mau menjemputnya sendiri? Dia bahkan tidak tahu kapan Bunga akan bangun. Dia hanya bisa membayangkan tinggal sendirian di sini selama beberapa jam, bosan setengah mati. Setelah Arnold selesai mengatakan itu, Alex meletakkan tangannya ke bahu Arnold.
"Kamu kan sudah bangun, apa kamu masih mau tidur lagi? Tinggallah disini bersamaku dan tunggu sampai Bunga bangun."
"Sialan, Alex, bukankah ini sudah keterlaluan? Aku masih belum bisa terima bagaimana kamu akan memisahkanku dari Bunga. Sekarang kamu masih membuatku kesal. Alex, apa kamu tidak mengerti kalau kamu terlalu berlebihan?"
Arnold marah. Alex benar-benar telah mengabaikan perasaannya. Mendengar apa yang dikatakan Alex agak menjengkelkan.
Alex masih terlihat seperti pemuda tampan, mendorong anggur di depannya ke satu sisi, dan kemudian berkata kepada Arnold dengan sungguh-sungguh, "Arnold, aku sudah tidak melihat Bunga selama lebih dari 20 tahun, dan kami baru saja bertemu kembali. Bagaimana mungkin kamu bisa menahan Bunga dari bertemu kerabatnya sendiri hanya demi perasaanmu?"
"Aku tidak langsung membawa Bunga pulang kemarin karena aku masih menghormati perasaanmu. Jadi, kuharap kamu sudah puas dengan itu."
Ketika Arnold mendengar ini, dia terkejut. Sekarang dia benar-benar sangat menyesal menghubungi Alex agar kembali ke Indonesia. Arnold hanya bisa menatap kosong ke arah Alex. Dia tidak berbicara lagi, tapi dia tahu dia akan tetap berada di sini untuk menemani Alex sebelum Bunga bangun.
"Arnold, kamu bisa memberitahuku tentang kehidupan Bunga sebelumnya, aku ingin tahu." Alex sepertinya tidak tahu bahwa Arnold sedang marah, dan dia bertanya pada Arnold.
Arnold merasa tidak ada yang bisa dia katakan kepada Alex saat ini, dan dia tidak menanggapi Alex, tapi Alex benar-benar ingin tahu dan menunggu Arnold untuk mulai mengatakan sesuatu. Arnold tidak tahan lagi dengan tatapan Alex, jadi dia hanya bisa memenuhi permintaannya.
"Apa kamu ingin tahu tentang aku dan Bunga?"
Alex mengangguk, dan berkata kepada Arnold dengan sangat tulus, "Aku benar-benar ingin tahu sebagai kakak lelaki yang sudah absen dari kehidupan Bunga selama lebih dari 20 tahun. Aku ingin tahu segalanya tentang Bunga."
Melihat Alex yang tampak tulus dan sedikit sedih, Arnold merasa tidak enak kalau dia tetap diam. Kalaupun dia tidak mengatakan apa-apa, dia tahu dari sikap Alex bahwa dia mencintai adik perempuannya. Dia jelas akan mencari peluang di masa depan untuk bertanya langsung pada Bunga.
Bagi Bunga, kehidupan lampau itu adalah kenangan yang tak tertahankan. Kalau Alex bertanya tentang itu, sudah pasti Bunga akan mengingat kembali kehidupannya sebelumnya.
Setelah memikirkannya, Arnold berkata kepada Alex, "Kehidupan masa lalunya itu adalah hal yang tak ingin diingat lagi oleh Bunga. Kamu hanya perlu bertanya padaku, kalau kamu ingin tahu tentang kehidupan Bunga sebelumnya. Jangan bertanya langsung pada Bunga bertanya tentang hal ini."
Bagi Bunga, ingatan itu benar-benar kenangan yang sangat menyakitkan.
Setelah mendengar kata-kata Arnold, Alex teringat dengan apa yang terjadi kemarin antara Bunga dan ibunya. Alex bisa membayangkan betapa Bunga sangat membenci kehidupannya sebelum ini.
"Baiklah, aku tidak akan bertanya pada Bunga."
Setelah mendengar kata-kata Alex, Arnold merasa lega, dan kemudian berkata kepada Alex, "Pertemuan antara aku dan Bunga tidak begitu banyak, jadi aku tidak bisa memberimu banyak hal yang ingin kamu dengar."