Chereads / Home of Ardor / Chapter 7 - CHAPTER VII : BINGKISAN DAN HARU

Chapter 7 - CHAPTER VII : BINGKISAN DAN HARU

Ramai, satu kata yang menggambarkan suasana sebuah kediaman salah satu bangsawan Britania. Pelayan tampak berlalu lalang disetiap sudut mansion mewah dan elegant itu, mereka menyiapkan hall kediaman Lorraine untuk sebuah acara yang bisa disebut sesuatu yang mendadak karena persiapan yang dilakukan tak memakan waktu sebulan. Acara penyambutan nona muda bungsu mereka sekaligus acara inti malam nanti pertunangan dari pasangan kontroversial disepanjang bulan ini, siapa lagi jika bukan sang nona muda Evelyna dan Tuan besar Duke Castiello. Meskipun mereka baru saja tertimpa sebuah insiden yang terbilang cukup mengerikan karena tingkah bodoh salah satu Rozan, namun sang Marquis Lorraine yaitu putra sulung Lorraine memutuskan tetap menjalankan acara ini atas perintah sang Duke.

Erden, kakak tertua Madeleine dan Eve itu segera melesat menuju kediaman Lorraine ketika tangan kanannya tiba-tiba saja menghubungi dan membawa berita bahwa kedua adik perempuannya terluka. Erden segera memohon izin untuk undur diri setelah melakukan rapat bersama delegasi bangsa elf[1] , kemudian dirinya langsung berteleport dalam sepersekian detik meninggalkan tangan kanannya, Wright yang masih menyelesaikan tugas tuan nya itu.

Lorraine bukanlah bangsawan lemah sama halnya dengan manusia yang lain, berkat sebagian darah iblis dan elf dalam diri mereka, diberkahi sihir cahaya milik para elf dan tubuh sekuat iblis menjadikan mereka makhluk setengah-setengah tidak jelas, namun kuat. Tidak mudah untuk meracik ramuan yang dapat melumpuhkan seorang Lorraine dan membatasi sihir mereka.

Namun hal itu akan menjadi mungkin apabila Rozan yang melakukannya. Ahli obat-obatan dari generasi ke generasi dan diberkahi sihir pengendalian yang terbilang cukup kuat. Sudah cukup membuat Madeleine dan Eve adiknya itu hampir meregang nyawa jika Castiello tidak datang mengobrak-abrik, sehingga Erden meminta ibunya itu untuk membersihkan sisa-sisa kekacauan sekaligus mengurus segala macam hal tentang pertunangan yang seharusnya menjadi tanggung jawab Madeleine.

Namun Madeleine sibuk mengurus adik bungsu mereka yang tengah dipersiapkan untuk debut resmi nya dihadapan publik sekaligus menjaga nya. Perintah sang Duke yang mutlak untuk tetap menyelenggarakan tidak diganggu gugat oleh Erden karena dirinya percaya tuan nya itu memiliki alasan tersendiri. Setelahnya Erden mengambil kuasa penuh untuk turut serta menyiapkan agar tidak terjadi hal serupa, melapisi kediamannya dengan sihir pelindung yang berlapis-lapis, hingga menempatkan pasukan gabungan Castiello dan Lorraine berjaga disetiap titik sudut mansion, karena hal itulah kediaman Lorraine tampak ramai meski acara belum dimulai.

****

Hembusan nafas kembali terdengar dari seorang gadis berambut perak yang tengah duduk pasrah sejak matahari terbit. Ia menyerah dan hanya menurut ketika para maid melakukan segala macam perawatan yang diberikan kepada nya dari ujung rambut hingga kaki. Sang kepala pelayan, Helga sendiri tampak lebih sibuk mengurus berbagai macam keperluan karena nona muda nya itu akan menghadiri dua pesta dalam satu hari. Tangan gadis berambut senja itu sibuk memilah perhiasan yang akan dikenakan Eve nanti, kemudian beberapa maid akan mengikuti setiap instruksi seperti memberikan ramuan lebih pada air mandi Eve dan masih banyak lagi.

Suara ketukan pintu terdengar dan dari baliknya muncul gadis berambut perak yang lain, gadis itu kemudian berjalan sembari membawa sebuah kotak beludru berwarna abu-abu, dibelakangnya seorang wanita paruh baya dengan rambut nyaris putih seluruhnya berjalan mengikuti. Eve yang baru saja hendak berdiri berganti pakaian segera memberi salam kepada nyonya besar Lorraine. Ibu angkat nya itu tersenyum perlahan dan maju beberapa langkah membelai wajah ayu Eve.

" Jangan kaku begitu, bukan kah ibu sudah bilang santai saja." Ucap Margareth lembut, meski wanita itu tak lagi muda namun parasnya masih penuh dengan kelembutan, keanggunan dan kecantikan seorang lady. Eve mengangguk kecil menanggapi teguran kecil ibunya itu, manik zamrud Eve beralih pada sebuah kotak yang semula berada ditangan Madeleine kini telah dibawa oleh Margareth yang masih tersenyum lembut. Tangan wanita paruh baya yang kini sepenuhnya berkeriput itu membuka kotak beludru tadi. Lalu tampaklah sebuah kalung berwarna perak berliontinkan permata Tourmaline oval berukuran sedang.

" Selamat atas pertunanganmu dan selamat datang di Lorraine anakku."

Eve menutup mulutnya yang masih merasa terkejut sekaligus haru, Lady Margareth De Lorraine adalah ibu angkat sekaligus istri dari Marquis Alpheus itu memperlakukannya benar-benar hangat seolah dirinya adalah putri kandungnya sendiri. Air mata tak lagi dapat dibendungnya sehingga isakan kecil terdengar, Margareth membawa putri bungsu nya itu ke dalam pelukannya. Wanita itu mengangguk dan mengangguk menanggapi bisikan terima kasih putri nya, menepuk dan mengusap punggung kurus gadis muda ini membuat hatinya terasa perih. Madeleine telah menjelaskan padanya bahwa Eve dimasa lalu memiliki kenangan buruk dan trauma, sehingga Duke bahkan harus turun tangan sendiri ketika trauma yang membekas diingatannya itu kembali tepatnya saat insiden dengan lady Rozan.

Sang ibu jelas tidak mengetahui perihal tersebut karena Marquis terdahulu dan dirinya tinggal terpisah dari kediaman anak-anak mereka, pasangan Lorraine ini memilih tinggal disalah satu villa ditengah kota London. Hal ini mungkin cukup menarik karena biasanya mereka yang berumur lebih menyukai suasana tenang dan damai, namun pasangan ini lebih menyukai hiruk pikuk London. Sehingga saat insiden itu terjadi mereka tidak berada dikediaman utama, dan saat kabar penyerangan tiba ditelinga mereka tanpa basa-basi mereka berteleport menuju kediaman utama dan hingga saat ini keduanya masih memilih menetap untuk mengurus serta menemani si bungsu.

" Sayang, sekarang kau adalah putri kecil ibu jadi jangan merasa dirimu tak pantas mendapatkan ini. Kakak mu juga mendapatkan hadiah yang sama, ini adalah tradisi Lorraine ketika gadis dikeluarga mereka akan menikah maka setiap anggota akan memberikan hadiah dengan harapan sepanjang jalan nanti kau akan menemui berbagai hadiah bahkan setelah kau menikah."

Eve menarik kepalanya dari bahu Margareth yang kini telah basah karena air matanya. Wanita dihadapannya itu mengambil kalung Tourmaline itu dan memasangkannya pada leher jenjang Eve. Baik, Margareth atau Madeleine keduanya tersenyum puas saat melihat kalung yang mereka pilih nampak pas bagi si bungsu karena berwarna nyaris senada dengan manik zamrud Eve.

" Kau akan menjadi seorang istri sebentar lagi, apapun yang terjadi percayalah pada pasanganmu, Duke mungkin bukan manusia sepertimu. Beliau memiliki berbagai keunikan dan bahkan sisi lain yang membuat orang lain memandangnya sebagai sebuah titik hitam."

Margareth mengambil tangan Eve dan menggenggamnya menyalurkan kehangatan pada tangan mungil putrinya yang terasa dingin karena rasa gugup yang menderanya. " Tapi coba lah untuk mencintai setiap sisinya, bahkan hingga titik tergelap dalam dirinya. Iblis, manusia, Elf bahkan makhluk lain pun sama. Mereka memiliki setiap sisi itu, jadi itu sebuah hal normal, ingatlah setiap makhluk hidup berhak untuk dicintai,mencintai , dimaafkan dan memaafkan tak peduli sekelam apapun sisi didalam nya"

" Terima kasih banyak Ibu." Eve tersenyum sangat lebar hingga mungkin pipinya bisa lepas karena ia tersenyum terlalu lebar, air matanya masih tak juga berhenti. Ini merupakan yang pertama kali baginya mendapatkan sebuah nasihat dari sosok yang notabennya adalah seorang ibu. Tidak ada sirat perintah, dan tekanan, yang ada dalam setiap kata wanita itu adalah kasih sayang serta ketulusan.

" Berhenti menangis, acaranya sebentar lagi. Helga akan kesusahan untuk merias mu nanti, jika matamu bengkak." Margaret menyeka air mata putrinya dan mendorongnya untuk kembali duduk dihadapan meja rias, namun mereka kembali mengalihkan pandangannya saat Madeleine yang baru saja keluar meninggalkan ruangan kembali masuk masih diikuti Helga yang membawa sebuah gaun berwarna hitam.

" Dan ini hadiah dari ku adik kecil."

Tak bisa berkata-kata, dirinya tak menyangka hari ini akan dikejutkan dengan berbagai hal. Ternyata tak hanya ibu angkatnya saja namun sang kakak bahkan ayahnya pun turut menyiapkan. Meskipun kedua pria Lorraine itu tak memiliki waktu yang cukup untuk memberikan hadiah secara langsung karena kesibukan serba dadakan ini, sehingga sang butler yang memberikannya.

Eve mengamati gaun berwarna hitam yang dipenuhi dengan renda dan dihiasi aksen emas tampak sederhana namun elegan dan masih berkelas. Gaun yang sangat pas untuk acara pesta kedua mereka ditengah malam nanti, tak lupa sepasang sepatu hak tinggi berwarna senada. Kemudian Eve membuka hadiah yang datang bersamaan dengan hadiah Madeleine, pertama sang kakak tertua Erden memberikannya sebuah pedang yang tampak cantik bagi siapapun. Bagaimana tidak pedang berpilah panjang dan memiliki pegangan berwarna perak yang dihiasi batu hijau Tourmaline meninggalkan kesan mewah hanya untuk sebilah pedang.

Hadiah Erden datang bersama sebuah amplop berwarna abu-abu berisikan pesan Erden yang memberikan ucapan selamat dan harapannya agar sang adik bungsunya dapat menjadi lebih kuat karena menjadi seorang wanita tidak membatasi takdirmu untuk menjadi kuat.

" Wah, Erden memang sangat romantis dan puitis ,hmm jadi karena itu dia memberikan sebuah long sword mewah untukmu." Madeleine memperhatikan bilah pedang yang baru saja diletakkan kembali pada kotak nya.

Dan hadiah terakhir adalah hadiah dari Xiander Wilson De Lorraine yang tak lain adalah ayah angkatnya. Eve melepas pita berwarna putih yang membelit kotak kecil dipangkuannya dan terkejut bahwa yang ditemukannya adalah belati dengan ukuran yang cukup kecil dan memiliki jumlah cukup banyak sekitar 5 buah. Belati bergagang perak dengan ukiran kata Lorraine, Eve tersenyum ketika membaca surat yang juga turut datang bersama kotak hadiah itu. Ayah angkatnya itu memberikan sebuah pesan yaitu ia berkata untuk jangan pernah menundukkan kepala kepada siapapun kecuali Castiello, tak perlu merasa takut karena Lorraine selalu bersamanya dan sebagai tambahan ayahnya juga mengucapkan selamat atas pertunangan putrinya itu.

" Kedua pria itu sama sekali tidak mengetahui apa itu hadiah ya? Bagaimana bisa putri kecilku disodorkan sebuah pedang dan belati." Margareth menghela nafas melihat kedua kotak yang telah dibuka oleh Eve, gadis itu justru tertawa mendengar ibunya mengeluh karena para pria Lorraine yang justru memberikan benda tajam untuknya.

" Sudah cukup, Helga akan segera mulai meriasmu. Maddie temani adikmu ya ibu akan bersiap dan menerima para tamu."

Dan begitulah momen haru yang hampir merusak riasan Eve karena gadis itu berulang kali meneteskan air matanya sehingga Helga dan Madeleine harus mengingatkannya untuk menahan itu semua. Dua hal yang kini ia sadari, kini kehidupannya penuh dengan cinta dan kasih yang tulus, bahkan sekalipun itu bukan berasal dari hubungan sedarah. Eve menerima sesuatu yang selama ini ia kira sebagai dongeng,sebuah harapan yang datang bersama dengan benda-benda indah memiliki arti dan doa disetiap bingkisnya.

Astaga bukankah ini normal untuknya karena merasa haru atas segala yang didapatkannya?

*****

Bulan telah menampakkan dirinya dan tiba menuju persinggahannya dilangit bersinar menerangi Wiltshire malam ini. Suara hentakan kereta kuda terdengar disepanjang kediaman Lorraine, para bangsawan ternama tengah berkumpul untuk merayakan kehadiran putri bungsu Lorraine sekaligus pertunangan dari dua sosok kontroversial sepanjang bulan.

Hall tampak ramai akan para tamu undangan yang kini tengah bercengkrama sembari menegak wine ditemani hidangan mewah yang lain. Keluarga Lorraine telah memasang senyum menawan mereka, para wanita bahkan tak berhenti mengagumi ketampanan sang Marquis.

" Kenapa kau tidak mengambil satu dari mereka Kak? Kau akan tampak menyedihkan jika datang dipertunangan adikmu masih tanpa ditemani siapapun."

Madeleine menyenggol kecil pinggal Erden yang masih diam mendengar guyonan sarkas adiknya itu, manik emas miliknya mendelik saat Madeleine terkekeh setiap kali menolak ajakan berdansa para lady.

" Bagaimana dengan Eve?"

" Tenang saja semua baik-baik saja, sekarang pasti adik kecil kita sudah bersama tuan muda Castiello." Madeleine menegak wine yang ada digelasnya, memperhatikan setiap gerak gerik tamu undangan. Hal yang sama pun dilakukan oleh Erden, mereka menikmati pesta masih dengan berjaga karena tak menginginkan insiden yang lain terjadi.

" Aku sudah mengatakan padanya jadi jangan khawatir, Eve gadis yang kuat dan jenius. Jika tidak begitu Duke tidak akan tertarik padanya, dan pasti gadis itu sudah lama akan mati karena tersiksa." Ucap Madeleine dengan nada yang sedikit turun, bukan berarti Madeleine tidak merasakan kekhawatiran sang kakak hanya saja ia percaya pada adik angkat nya itu. Madeleine yang semula termenung tiba-tiba tersenyum saat sosok yang mereka tunggu telah tiba.

" Lihat sudah ku bilang untuk jangan khawatir." Senyum Madeleine terukir semakin lebar pada Erden hingga lubang dipipinya tercetak jelas menambah kesan manis. Erden yang melihatnya turut menyunggingkan senyum tipis rupawan sembari mengangguk.

[1] Bangsa peri, seorang ahli dalam sihir cahaya serta menguasai elemen alam. Ciri bangsa ini memiliki sepasang telinga runcing.