Chereads / Home of Ardor / Chapter 35 - CHAPTER XXXV : Γοργώ

Chapter 35 - CHAPTER XXXV : Γοργώ

Berabad-abad sebelum tiba di tanah Britania Raya dan bertemu dengan sang Oracle dari kaum para penyihir, sosok legenda yang terkenal kecantikan sekaligus kutukannya itu tinggal di salah pulau yang sangat jauh bernama Sarpedon atau pulau berbatu bersama dengan para saudarinya, Stheno dan Euriale.

Ketiga wanita ini merupakan makhluk yang ditakuti karena kebringasan sekaligus kecantikan mereka, para sosok yang ditakuti sekaligus dikagumi akan kecantikannya dan dikenal sebagai Gorgon. Sebutan ini hanya dimiliki oleh ketiga wanita bertubuh separuh ular ini, mereka hidup abadi di Sarpedon. Kecuali si bungsu Medusa yang mana merupakan monster fana yang memiliki kekuatan mengubah siapapun menjadi batu.

Berbeda dengan Stheno dan Euriale, Medusa bukanlah Gorgon abadi sehingga kematian dapat menemuinya kapanpun sama halnya saat malam itu. Ketiga wanita mengerikan itu tengah bercengkrama di sebuah goa di Sarpedon yang biasanya mereka sebut 'sarang'. Stheno , sang kakak tertua tengah sibuk mengikir kukunya sembari duduk di atas kursi keras kesukaannya yang terbuat dari batu.

" Aku benar-benar muak dengan para manusia yang seenaknya memanggil kita monster. Mereka yang salah karena terlahir menjadi makhluk lemah tak berdaya dan seenaknya menggoda kita." Kata wanita bersurai ular berwarna kemerahan itu pada kedua saudarinya, kedua wanita bersurai ular lain pun hanya melirik saudari tertua mereka yang kini justru tersenyum senang bermain dengan sebuah kepala seorang pria bersurai pirang.

" Itu karena kau beringas kak. Coba saja kau tidak senang mencabik para pria, kata monster tidak akan tersemat di belakang nama kita." Sembur wanita lain yang bersurai ular keemasan sembari membalikan lembaran kertas di tangannya. Sementara itu Medusa hanya terdiam memperhatikan pertengkaran kedua kakaknya dan tetap melanjutkan kegiatannya bermalas-malasan. Malam itu seharusnya menjadi seperti malam-malam sebelumnya namun sayangnya tragedi menimpa si bungsu Gorgon yang menimbulkan kemurkaan pada kedua saudarinya, wanita itu Medusa harus merasakan bagaimana kepalanya ditebas oleh sosok yang diagungkan sebagai pahlawan setengah dewa. Stheno dan Euriale hendak mencabik bajingan yang telah membunuh adiknya naasnya kutukan untuk tak dapat meninggalkaan Sarpedon memaksa mereka berteriak histeris kala kepala si bungsu berhasil dibawa pergi.

Dan begitu awal kisah seorang Medusa menjadi roh yang tak bisa pergi kemanapun akibat dosa-dosa yang pernah ditanggungnya padahal menerima kutukan dari sang Dewi Athena dan takdir yang ditimpakkan pada dirinya sudah cukup menghancurkan hampir seluruh hidupnya.

Ya, para Gorgon menerima sebuah kutukan sebagai akibat dosa karena telah menodai kuil milik Athena. Tepatnya, hal ini diberikan kepada Medusa yang kala itu disetubuhi oleh Poseidon[1] secara paksa. Niat hati memohon pertolongan sang Dewi, ironisnya tragedi tersebut telah usai kala Athena tiba. Dan parahnya sang Dewi murka karena kuil miliknya ternodai akibat ulang sang wanita sehingga kutukan langsung diturunkan kepadanya beserta kedua saudarinya yang saat itu menjadi penjaga kuil Athena.

Kutukan itu menjadikan mereka sebagai sosok Gorgon yang ditakuti.

Ironis bukan hidup si bungsu Gorgon, diperkosa, dikutuk kemudian dibunuh. Dan kini dirinya berakhir dalam dunia yang abu-abu karena agar dirinya dapat menembus semua dosanya termasuk dosa membunuh para pria yang berhasil memasuki sarang mereka. Hidup yang tidak adil memang, sehingga kala itu Thanatos memanggilnya suatu waktu untuk turun ke dunia dan menjadi roh penjaga seorang Oracle muda yang berasal dari kaum penyihir. Dan saat itulah ia bertemu Ryuna Braund, seorang gadis pemilik senyum paling cerah sekaligus otak yang licik dan jenius. Jangan lupakan gadis itu pun diberkahi ketahanan fisik yang setara dengan seorang ksatria, gadis berusia belia telah berhasil melakukan ritual perjanjian dengan sang Dewa Kematian.

" Medusa, berhentilah diam saja dan ayo makan bersama."

Itu adalah perlakuan pertama yang menghangatkan hatinya yang telah membatu cukup lama. Ryuna adaah alasan pertama mengapa ia tak terlalu membenci makhluk lain, bersama Nonanya ia menemukan berbagai hal seperti bagaimana dan apa itu sahabat. Mereka kerap saling beradu mulut melontarkan kata pedas dan kasar, bahkan mereka kerap membuat kedua sahabat Ryuna menggelengkan kepala karena kelakukan Tuan dan Abdinya itu. Sebuah pertemuan yang mengantarkannya kepada hidup dan mengabadikan dirinya kepada sang Orcale termuda. Hingga lagi-lagi segalanya direnggut paksa dari sang wanita ular.

" Dengarkan aku Medusa, ini perintah terakhirku bawa separuh jiwaku dan letakkan pada mantra dimensi di hutan Sherwood." Titah seorang wanita yang tengah melontarkan dan beberapa kali menghancurkan tubuh para prajurit yang hendak membawanya pergi. Medusa yang mendengar itu segera berbalik masih dengan sebelah tangannya mencengkram erat sosok prajurit yang baru saja diubahnya menjadi batu hancur menjadi debu.

" Jangan gila, aku akan tetap berada di sini membantumu dan bertarung hingga akhir kontrak kita. Bahkan jika jiwaku hancurpun-"

PLAK

Sebuah tamparan cukup keras baru saja mendarat di pipi pucat sang wanita ular yang kini diam terpaku tak dapat berkutit selain memandang iris obsidian di hadapannya telah berlinangan air mata. " Aku tak ingin kau tidak dapat bereinkarnasi atau pergi ke surga, karena itu lakukan perintahku dan bimbing Oracle terakhir setelahku." Cecar Ryuna dengan nafas yang memburu, pandangannya penuh luka dan sirat kesedihan hingga akhirnya wanita bersurai ular itupun tak memiliki pilihan lain selain mengamuk dan mengubah puluhan prajurit menjadi batu.

" Aku mohon, hanya kau kakak sekaligus sahabatku yang bisa kupercaya mengambil tugas ini." Lirih Ryuna lagi, kali ini tangannya terjulur mengusap pipi Medusa yang sudah basah. Terasa menyakitkan karena ia tahu sosok Nona yang dilayaninya itu tak memiliki waktu yang cukup.

Dan detik selanjutnya si bungsu Gorgon telah berpindah secara kilat ke tempat yang telah disebutkan sang Nona dalam perintahnya, bibir tipis sang wanita ular bergumaam beberapa kali menguncap mantra dengan bergetar.

Matanya terpejam saat ia mulai menarik jiwa sang Nona, bayang kesakitan serta rintihan wanita berdarah penyihir bangsawan itu saat perlahan demi perlahan jiwanya ditarik dari raganya.

Tubuh Medusa langsung lemas dan kedua lututnya mencium rerumputan hutan, rasa sakit membuat denyutan nyeri di dada kian mendera. Namun wanita Itu segera berdiri berlari dengan tergesa menuju tempat yang terakhir yang harus dilihatnya setidaknya untuk terakhir kali.

Kaum Penyihir mendapat tuduhan melakukan kudeta karena telah menyebarkan berita bahwa Akan terjadi perang saudara. Inilah yang menjadi alasan utama mengapa wanita bersurai sekelam malam Itu berdiri di atas panggung dan di hadapannya telah tersedia seutas tali yang menggantung.

Iris obsidian Medusa berkaca-kaca saat melihat sosok wanita ayu bersurai keemasan yang berkilauan, tiba-tiba muncul selepas sang Nona muda meneteskan darahnya.

Dewi Moirae [2] adalah nama sosok wanita yang bahkan tak menapakkan dirinya di atas tanah. Ryuna sang gadis Oracle tersenyum setelah menyebutkan perjanjian yang akan ia buat bersama sang Dewi.

Lagi-lagi, Medusa hanya membeku saat sosok agung itu mengambil kedua iris obsidian sang Nona muda. Wanita bersurai ular itu berteriak histeris sesaat sebelum Moirae mengambil jiwanya sebagai harga karena merubah takdir dan menunda kelahiran seseorang.

" Kerja yang bagus, aku bangga padamu. Terimakasih Medusa." Ucap Ryuna tanpa bersuara sembari mengulum senyum terbaik yang ia bisa berikan sebagai salam perpisahan.

Dan ironi yang lain kembali merenggut apa yang dimiliki si bungsu Gorgon. Sebuah perpisahan dan kehilangan yang teramat besar kembali terjadi berkali-kali pada hidup sang wanita bersurai ular. Mahkota miliknya sebagai wanita direbut Poseidon, ia harus membebani kedua saudarinya atas dosa yang tak pernah ia inginkan. Belum lagi menjadi sosok Gorgon, sang monster ular yang cantik jelita dengan akhir dibinasakan.Dan kini disaat ia mulai dapat merasakan kembali arti dari hidup bersama dan memiliki, segalanya direnggut paksa oleh kejamnya rantai takdir.

Terkadang pemikiran gila kerap singgah dibenak sang Gorgon, jika apa yang telah ia miliki termasuk jiwa tidak akan berakhir setidaknya sesuai dengan kemauannya. Lalu mengapa ia terlahir ke dunia?

Begitulah sekiranya secarik kisah sang monster jelita, Gorgon dalam mengarungi setiap arus kehidupannya yang ironis dan tak lebih dari sebuah tragedi.

[1] Dewa penguasa laut, sungai dan danau

[2] Dewi Takdir yang mengubah kehidupan,kelahiran bahkan kematian seseorang.