" Astaga, Evelyna!"
Itu suara Erudian yang baru saja berhasil memasuki mantra segel pembatas dan segera menarik si gadis berambut perak dari cakar raksasa yang hendak mencabik tubuhnya jika Erudian telat dalam beberapa detik. Pria berambut kelam panjang itu berdecih kala Lycan berbulu kemerahan tetiba saja telah berada dibelakangnya menyodorkan cakar panjangnya berulang kali.
" Jangan mengganggu ku, dasar anjing."
Suara bedebam terdengar setelahnya, Erudiann baru saja melempar seekor Lycan yang tinggi nya hampir 2 kaki hanya dengan sebuah tendangan. Evelyna yang masih dalam gendongan adik dari tunangannya itu masih tidak percaya akan apa yang dilihatnya.
" Hoi, bocah perak dengarkan aku. Jangan merepotkanku lebih dari ini."
Evelyna terkekeh pelan saat mendengar gerutuan si pria berwajah menyebalkan ini. Mereka benar-benar kakak beradik karena sifat mereka yang hampir mirip atau bisa jadi sangat mirip.
Kini keduanya telah berdiri cukup jauh, Erudian telah menurunkan Eve yang telah berdiri disampingnya. Mereka tengah memperhatikan amukan sang monster kegelapan didepan sana, menghancurkan satu persatu segel pembatas dimensi, meskipun Rayn telah membuat segel yang jauh lebih kuat guna mencegah terjadinya hal ini, namun bagi makhluk seperti anjing berkepala tiga disana tak lebih dari sebuah plastik setipis kapas saja.
" Apa sebenarnya yang dipikirkan Delmon saat mengajarkan nya cara membangkitkan monster seperti Cerberus? Terlebih lagi gadis itu terlalu percaya diri hanya karena mendapat penghargaan selepas perang terakhir kali dulu," Gumam Erudian.
Manik ruby Erudian memperhatikan sekeliling mereka, pria itu dapat mengetahui si gadis Delmon telah kehilangan kendali atas mayat yang dibangkitkannya kembali. Hal ini dapat terlihat dari Rayn yang bahkan hanya berdiri dan menunduk dengan sekujur tubuh berlumuran cairan merah kental.
Kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya pada dua mayat hidup lain yang tengah berlari menuju arah mereka, sang panglima elf akan sangat merepotkan dan si anjing jadi-jadian pun ia rasa akan sama cukup merepotkan, Oh dan ingatkan pada pria bersurai kelam panjang itu pada cabikan serta hentakan cakar Cerberus[1].
Entah mendecih adalah hobi atau kebiasaan Erudian, namun lagi-lagi pria itu mendecih dan mengacak rambutnya frustasi. Ia benar akan firasatnya jika hal seperti ini akan terjadi dan sang kakak akan merepotkannya untuk membereskan setiap kekacauan sembari tetap menonton dari atas.
Menyebalkan.
*******
Sang Castiello masih duduk tenang disinggasana nya tanpa terganggu sedikit pun, manik ruby menyalanya masih memperhatikan setiap segel pembatas satu persatu hancur dan beberapa orang terkena amukan makhluk mengerikan yang telah mencapai bagian atas Hall. Raut tampannya masih tampak tenang dan memperhatikan dua orang diujung sana yang entah mengapa justru saling berteriak.
" Eckart." Panggilnya pada sosok pria pirang yang segera berlutut menanggapi panggilan tuan besarnya itu.
" Mintalah para petinggi membuat segel pembatas disekeliling mansion, kemudian jika keadaan makin memburuk lakukan evakuasi pada penduduk. Aku akan sangat direpotkan jika ada manusia yang menjadi korban."
" Yes my lord."
Pria senja yang sedari tadi hanya diam memperhatikan entah mengapa ikut berlutut dan sesaat kemudian pria itu berdiri mengikuti sang pemimpin yang juga berdiri selepas menghalau batu besar yang diarahkan padanya.
" Barnard, obati mereka yang terluka. Buat para penduduk tertidur lelap lebih lelap dari pada biasanya. Kau pasti mengerti maksudku." Jack mengangguk namun tetap berdiri terdiam bahkan ia masih terpaku selama beberapa detik kala pria berambut hitam dihadapannya itu mengarahkan tangannya ke depan dan membentuk sebuah ruang layaknya dinding dimensi yang lain hanya dalam beberapa detik.
" Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Jack saat Lucas berjalan maju ke depan tepatnya kini ia berdiri di atas tangga hall. Sementara yang ditanya hanya tersenyum miring sebelum menghilang ditelan cahaya berwarna hitam.
" Menemui seseorang yang sepertinya tengah kehilangan sesuatu." Ucap Lucas tepat sebelum dirinya dilingkupi cahaya hitam.
******
" Bocah perak, kau cukup diam saja disini dan lindungi dirimu sendiri. Aku akan membereskan mereka."
Belum sempat Erudian meloncat pergi ia merasakan sesuatu tengah menahan lengannya, pria itu melirik gadis disampingnya yang kini tengah menatap dengan tatapan penuh amarah. Ada apa lagi ini, begitu mungkin gerutunya.
" Aku akan membantu meskipun sedikit, aku janji tidak akan terluka."
Erudian mendesah kasar, pria itu kian merasa frustasi menghadapi seorang gadis keras kepala dihadapannya. " Jangan melucu, ini sudah bukan duel suci, ini sebuah pertarungan. Kau bisa kehilangan nyawa mu" Sergah Erudian langsung.
" Aku tau, aku hanya tak ingin Lucas kembali menanggung malu dan kerepotan."
Castiello memang buruk dalam hal mengurus seseorang termasuk Erudian yang kini justru menjadi pengasuh sembari mengurus beberapa hal sekaligus.
" Apa yang akan kau lakukan? Terima saja takdirmu, itu adalah sebuah rantai dari manusia yang terlahir menjadi lemah. Lucas sudah sangat memahaminya saat memungut gadis tak berguna sepertimu, jadi menurut lah dan patuhi ucapanku jika masih ingin pulang menemui pria itu."
" Jangan membuatku tertawa, kau ingin apa melindungi Lucas? Kaum ku? Manusia yang lain? Hei, dengan pedang dan belatimu itu bahkan seperti sebuah belaian untuk anjing berkepala tiga disana." Tambah Erudian kian sarkas.
Sakit adalah hal pertama yang dirasakan gadis bersurai perak yang kini menunduk dalam. Bibir merah ranumnya ia gigit sekeras-kerasnya hingga darah mengalir. Ia tengah menahan diri untuk tidak jauh merepotkan namun hatinya menolak dengan keras. Ia bukan lah sosok nya yang dulu. Seorang Caroliana, melainkan ia adalah Evelyna sang calon pendamping sekaligus Duchesse dan pemimpin kaum Asmodia bersama pria yang telah menyelamatkannya.
Jika nyawa adalah balasan dari utangnya itu maka Eve tak pernah keberatan memberikan nyawa yang selama ini dibuangnya, ia akan melindungi dan membuat pria bermanik ruby kecintaannya itu bangga atau setidaknya berguna melakukan peran yang kini diembannya.
" Ini bukan lah tentang rantai takdir yang membatasi ku sebagai manusia. Tapi ini tentang bagaimana aku melakukan tugas ku dan meraih kebebasan serta harapanku sekalipun dinding sebagai manusia ini akan menghalangi ku."
" Aku tidak peduli ucapan dan gerutuan mu itu, tapi akan ku buktikan pada kalian semua yang memandang ku jauh ke bawah bahwa aku pun bisa melindungi seseorang."
Eve mencabut belati yang ada disaku nya dan menyayat telapak tangannya membiarkan darahnya berceceran, hal selanjutnya yang membuat Erudian terkejut kesekian kalinya adalah saat gadis gila dihadapannya justru menjilat darah dari telapak tangannya sendiri.
Manik emerald nya bersinar sesaat setelahnya sebuah lambang pentagram telah mengelilinginya, Erudian terpaksa mundur dan beberapa kali menghalau kedua musuh yang entah mengapa segera berlari menuju arah gadis perak itu.
' Apa yang akan dilakukan gadis itu, astaga kenapa semua orang senang sekali membuat ku terkena serangan jantung.'
" Ikatkan benang perak pada diriku dan dirinya, ikatkan akar nadi nya dan diriku. Daun holy agar kami tak terpisahkan, Daun Ivy agar tak ada pengkhianatan. Dengan darah yang ku teteskan kaitkan dan ikatkan sebanyak tujuh kali hingga kegelapan melahapnya."
Cahaya berwarna hijau berpendar semakin terang disekeliling Eve, Gadis itu menutup matanya setelah mengucapkan kalimat yang Erudian yakini sebagai sebuah mantra hanya saja ia tak mengetahui mantra apa itu. Lycan dihadapannya kian membabi buta hingga akhirnya pria itu menusuk tepat menuju dada sang Lycan dan menghancurkan jantungnya barulah bayangan hitam melingkupi Lycan tersebut dan meremukkannya hingga hanya tersisa debu berterbangan.
" Atas seijinmu dan dengan kuasamu bukalah kembali rantai jiwa yang terputus, Wahai sang pembawa pesan kematian aku memanggil mu untuk merangkai perjanjian serta ikatan, Thanatos."
Perhatiannya kembali teralihkan saat retakan tanah terjadi menuju tempat gadis dibelakangnya itu beridiri yang kini mulai diselimuti asap hitam. Setiap orang yang ada diruangan Hall tengah menyelamatkan diri itu terkejut kala melihat sosok tinggi nan besar telah berada diujung sana. Hiruk pikuk semakin terdengar begitu pula dengan kepanikan para bangsawan kaum Asmodia melihat sosok pria bertudung hitam besar membawa sebuah Death Sychte atau sabit kematian tetiba saja telah berdiri ditengah-tengah Hall, tempat arena duel suci sempat berlangsung.
Jack terperangarah melihat pemandangan dihadapannya, ia tak pernah bertemu bahkan melihat sosok sang Dewa Kematian. Setidaknya ia tak pernah mengharapkan untuk bertemu dengannya secepat mungkin. Tanpa basa basi pria bersurai senja itu segera berdiri dari duduknya yang tengah memberi pengobatan pada salah satu pelayan manusia yang baru saja tertimpa reruntuhan.
Diujung sana ia dapat melihat Erudian yang tengah melawan panglima elf terdahulu, ia dapat melihat Erudian tidak dapat berkonsentrasi karena gadis bersurai perak yang ternyata tengah berhadapan dengan sang Dewa Kematian.
" Thanatos[2]."
[1] Monster berbentuk anjing berkepala tiga dengan ukuran yang besar, mereka adalah penjaga dari gerbang neraka
[2] Dewa kematian dalam mitologi Yunani. Dia membawa kematian yang tenang dan damai, berkebalikan dengan salah satu saudaranya, Ker, pembawa kematian yang menyakitkan.