" Saya Rayne Delmon putri dari Emmett Delmon mengajukan duel suci dengan Nona muda Evelyna De Lorraine."
Setelah ucapan yang baru saja didengarnya itu, Lucas segera menatap gadis bersurai perak disampingnya yang kini tengah meremas gaunnya erat.
" Ya tentu saja, jika itu dapat memberikan kalian sebuah bukti. Bagaimana denganmu honey? Apa kau bersedia menerima tantangan berduel dengannya?" Lucas melipat kedua tangannya dan tersenyum kepada gadis disampingnya yang kini telah berguncang tubuhnya. Rayne kian melebarkan senyumnya meskipun dahinya telah penuh dengan peluh, ia menyukai melihat pemandangan seperti ini. Rasa takut yang dirasakan para manusia terlihat bak lelucon yang dilontarkan para badut sirkus murahan dijalanan London. Namun, senyumnya tak berlangsung lama saat melihat gadis bersurai perak itu mengangkat kepala, gadis itu bukan ketakutan melainkan tertawa dan terkikik, bahkan saat tatapan mereka bertemu gadis itu justru tersenyum miring.
" Ah, astaga tentu saja dengan senang hati jika itu yang Tuanku inginkan." Bagaikan orang lain sosok lemah lembut serta pemalu dalam diri dari si bungsu Lorraine itu digantikan dengan sosok lain yang tersenyum mengerikan sekaligus menawan.
Ruangan terasa menyesakkan entah akibat dari memanasnya persaingan atau karena aura sang pemimpin sedang menguar meskipun tak begitu banyak. Rasa sesak itu kian mencekam kala tawa sang Duke tertawa dengan keras, bukan tawa karena hal lucu yang akan membuat orang lain ikut tertawa, justru sebaliknya mereka kian tertunduk dalam dan bergetar.
" Tunjukkan pada ku permainan yang menarik, dengan senang hati kami akan layani keinginan kalian. Kalau begitu segera kita mulai duel suci antara calon istriku Evelyna De Lorraine dan Rayn Delmon ."
*****
Duel suci sama halnya dengan makna dari kata duel yang berarti perkelahian antara dua orang untuk meraih kemenangan bagi salah satunya, namun dalam tradisi kaum Asmodia duel suci akan dilakukan oleh kedua belah pihak yang melakukan perjanjian darah sementara dihadapan sang pemimpin kaum yaitu Lucas, keduanya akan saling meneteskan darah pada sebuah cawan dan setelahnya mereka akan beradu kekuatan sejati mereka tanpa bantuan sihir apapun. Inilah yang dinamakan suci yaitu tanpa ada campur tangan dari sihir yang lain hanya ada senjata dan apa yang telah menjadi anugerah mereka sejak lahir. Dan seandainya diantara salah seorang penduel berlaku curang maka anathema[1] akan mereka terima, dimana pihak tersebut akan mengalami luka ditubuh diluar kehendaknya, hukuman ini akan semakin besar dampaknya ketika aturan yang dilanggar semakin besar, seperti penggunaan sihir kutukan atau senjata yang bermantra.
Dan kini keduanya telah saling berdiri ditengah-tengah hall dengan Erudian yang berperan sebagai pengawas, Erudian beberapa kali melihat gadis berambut perak yang telah berganti pakaian dengan sebuah mantel panjang berwarna hitam yang diberikan sebuah celana setinggi lutut serta serta boots berhak tinggi, tak lupa sebuah long-sword dan sekotak belati pada sabuk pinggangnya.
Dengan ragu-ragu Erudian menatap manik ruby yang sama milik sang kakak yang telah duduk disinggasana nya dari atas. Entah apa yang dipikirkan sang Duke idiot itu hingga membiarkan gadis manusia seperti tunangannya berduel dengan salah satu putri petinggi yang terbilang berbakat. Lucas mengangguk dan mengangkat naik sebelah tangannya, menandakan pertandingan dimulai.
" Meluaslah, terbentuklah dan kaitkanlah takdir suci diantara kami, Meleburlah, Tegakanlah berikan kami penghakiman atas apa yang kami inginkan. Vise jujur, naeminem laedere et jus sum cuique tribuere."
Setelah merapal sederet mantra Erudian beserta Evelyna dan Rayn dilingkupi gelombang bewarna merah kental yang kemudian perlahan naik hingga akhirnya surut dan menampilkan sebuah tanah lapang dengan langit berwarna merah.
" Ini adalah dimensi perluasan dimana duel akan berlangsung, Peraturannya masih sama gunakan apa yang telah menjadi bakat yang telah ada pada diri kalian. Bagi siapapun yang melakukan kecurangan maka tali ikatan perjanjian akan memberikan Anathema pada diri kalian. Pertandingan akan berlangsung selama 30 menit, dimulai dari sekarang."
Suara terompet yang tiba-tiba saja berbunyi entah dari mana menandakan duel telah dimulai, kedua lawan telah saling menerjang satu sama lain. Eve dengan pedang miliknya menahan serta menusuk dan menyerang tiap sisi pertahanan Rayn. Jika bakat dari Evelyna adalah memainkan senjata khususnya pedang, maka Rayn ialah kekuatan yang telah diturunkan secara turun temurun dalam keluarga Delmon yaitu memanggil mereka yang telah tiada setelah kalah dalam pertarungan karena melawan mereka. atau dapat pula diartikan dengan membangkitkan mayat hidup dimana mereka akan menuruti kehendak tuannya. Ketika si mayat hidup tak lagi dapat bergerak yaitu hancur lebur dan tak dapat beregenerasi lagi, maka ia tak akan dapat digunakan.
Sebuah bakat yang cukup merepotkan.
" Apa kau gila? Kau membiarkan Eve terjun melakukan duel?"
" Lucas, aku tau kau bosan dan muak dengan hidup ini. Tapi hentikan permainan konyolmu dasar tua bangka."
Jack berjalan tergopoh-gopoh setelah sempat berteleport untuk mengantarkan Agatha yang sedikit terluka dan mengambil tas yang berisikan alat perangnya. Pria berambut kelam itu hanya melirik dari sudut matanya dan kembali memperhatikan setiap gerakan gadis bersurai perak dibawah sana.
Eve baru saja berlatih dengan Eckart hampir sebulan namun gadis itu telah mampu menguasai cara berpedang dengan sempurna, ia bahkan dapat menggunakan belati miliknya dengan tetap masih memegang pedang.
Dalam pertarungan ini mungkin tak begitu menguntungkan Eve karena ia harus mendekati Rayn yang tengah dijaga salah satu mantan panglima Elf. Rayn mungkin berbakat dengan umurnya yang masih terbilang cukup muda, namun Eve, ia adalah seorang jenius yang telahir dengan bakat yang nyaris sempurna.
Eve beberapa kali menghindar dan menebas boneka mayat dihadapannya. Beberapa kali gadis itu tertawa dan menghindar cepat, kali ini ia tengah dihadapkan dengan tiga orang terpidana mantan buronan, hal ini dapat terlihat dari pakaian yang dikenakan ketiga nya.
Pria pertama bertubuh kurus dan tinggi, rambutnya panjang serta kusut tengah beradu pedang dengan nya. Beberapa kali kepalanya tertebas namun mereka kembali menyatu seolah tak pernah ada luka. Eve meloncat mundur untuk mengambil nafas, manik zamrud nya bergerak menghitung mayat yang telah dihidupkan wanita berambut merah menyala dibelakang sana.
Gadis itu tampak sama terengahnya meskipun ia bahkan hampir tak pernah mendekat dan menyerangnya. Otak cerdas Eve bekerja mencari celah yang ada untuk mengalahkan wanita dibelakang sana atau setidaknya membuatnya mengaku kalah.
Lucas menyisir rambutnya, ia masih memperhatikan gerak demi gerakan Eve yang kini semakin menaikan kecepatannya dalam bergerak, menebas dan mencincang musuh tanpa memberikan jeda, menghentikan musuh dengan menancapkan belatinya pada titik vital baru kemudian menusuk dan menebasnya berusaha tak memberikan kesempatan untuk mereka beregenerasi.
Senyum terukir kedua sudut bibir tipis ranum sang Castiello yang mulai menyandarkan punggungnya pada bantalan kursi mera beludrunya, sementara pria bersurai senja disampingnya terperangah melihat gadis yang seharusnya pemalu dan lemah lembut itu dengan mudah menebas kepala demi kepala manusia, meskipun yang ia tebas memanglah bukan makhluk hidup. Bahkan ia tertawa dan terkikik seolah yang baru saja lakukan hanya sebuah lelucon.
" Apa? Jangan menatap ku seperti itu bodoh, aku bahkan baru mengetahui beberapa minggu yang lalu."
Lucas mengalihkan pandangannya kala ditatap Jack meminta penjelasan mengenai hal aneh dihadapannya, namun kemudian raut tampannya semakin terkejut bahkan bola matanya seakan hendak melompat keluar.
" Sepertinya begitu. Gadis itu hidup dengan mengikuti perintah ibu dan saudara-saudaranya, ia bahkan mungkin tidak mengetahui siapa dirinya sebenarnya"
" Ia hidup menjadi sosok yang ia sendiri sebenarnya tak pernah inginkan. Dan untuk menjaga kewarasannya sendiri diluar kesadarannya ia menciptakan sosok lain yang dapat menopang, sehingga ia berharap kelak ia dapat menjadi lebih kuat."
Keduanya terdiam mengamati gadis perak dibawah sana yang kini nampak kewalahan, bahkan ditubuhnya kini terdapat luka-luka sayat yang mengaga dan mengeluarkan cairan kental berwarna merah. Namun pihak lawan pun dalam kondisi yang sama dan mulai terbatuk mengeluarkan darah.
" Aku tidak menyangka ada manusia menggunakan pedang semahir gadis itu, Tuan muda sangat menyayanginya huh? Sampai-sampai ia meminta tangan kanannya untuk melatih gadis lemah sepertimu." Rayn berucap lirih dengan nafas terengah-engah, ia telah merasa kelelahan membangkitkan dua puluh mayat dengan 10 diantaranya ialah para manusia yang pernah membuat Kerajaan kewalahan.
Manik kelam Rayn menyipit karena kini Eve berhasil menumbangkan hampir seluruh mayat hidupnya, Rayn mendecih sekilas ia melirik pria yang tengah memperhatikan gadis perak itu. Beberapa kali rahang si pria mengeras saat sayatan kembali diterima si gadis perak.
Panas dan menyakitkan.
Kilasan balik terlintas dibenaknya, ingatan perih dan kata-kata yang menyakiti hati kecilnya. Bibir penuh dan sedikit ranum nya ia gigit keras menahan perihnya rasa nyeri didadanya.
' Lady Delmon, saya mohon maaf sebelumnya tapi saya merasa anda tak cukup pantas untuk bersanding disamping saya. Nona muda saya mohon jangan gunakan nama Delmon untuk mengemis cinta dan kasih pada saya, karena dalam kamus saya tak memiliki kedua kata itu.'
Rayn pada awalnya menerima keputusan dan merasa hal tersebut adalah hal yang wajar mengingat sang pemimpin Asmodia ialah seorang yang adidaya. Namun putri bungsu keluarga Delmon itu segera tersulut api kala menerima kabar pertunangan sang pujaan hati, bukan karena dirinya cemburu melainkan karena dirinya merasa tidak terima direndahkan dengan sosok gadis manusia yang jahu lebih lemah. Dan ia harus mengabdikan diri kepada gadis sepertinya, Rayn lebih memilih mati terbakar dibara api dibandingkan harus bertekuk lutut pada mereka yang berasal dari bawah rantai makanan.
Suara pedang beradu membuat lamunannya hilang, entah sejak kapan Evelyna telah menumbangkan seluruh pasukan mayat hidupnya menyisakkan dua penjaga yang berada didekatnya, sang panglima elf dan seekor lycan[2], Rayn semakin geram saat Lycan berbulu coklat kemerahan itu menancapkan cakar pada punggung lengan si gadis perak dan Lucas memanggil nama si gadis tanpa sadar.
" Masa bodoh akan ku bunuh jalang sialan ini dan ku tempati kembali posisi terpuncak."
Rayn menyayat tangannya hingga cairan kental merah membasahi tanah arena yang tandus, Erudian yang melihat itu hendak berteleport masuk namun ia terpental saat hendak mendekat karena Rayn tiba-tiba saja telah membentuk mantra segel pembatas disekitar mereka. Evelyna yang diterjang angin kencang disertai debu menunduk menahan beban tubuhnya agar tidak ikut terpental menancapkan pedangnya ke atas tanah.
" Kegelapan yang agung, kematian yang suram berikan aku sebuah jawaban dari sebuah duka kepergian. Tanah mereka yang tiada tak akan tandus, rangka mereka telah melebur. Aku adalah bagian dari kegelapan, muasal dari kesuraman dan kepedihan."
" Luc, gadis itu gila! Dia akan melakukan bunuh diri dengan membangkitkan makhluk kegelapan, Eve bisa mati jika begini."
Jack berteriak sembari meletakkan kedua tangannya dihadapan wajah berusaha menghalau hembusan angin, sementara pria berjubah hitam didepannya tetap diam tak bergeming memperhatikan ketiga orang yang kini tengah berada dibawah mereka.
" Aku perintahkan bangkit dan mengamuklah, Cerberus!!"
Manik emerald Eve terbelalak kala angin disekitarnya telah dihirup dan menampilkan seekor anjing besar dengan tiga kepala, gigi-gigi yang tajam dan akan langsung menghancurkan serta merobek daging siapapun. Mata merah menyala yang tampak mengerikan menatapnya penuh amarah.
" Astaga, Evelyna!"
[1] Diartikan sebagai kutukan akibat dari perjanjian darah sementara yang dilanggar
[2] Sebutan lain dari werewolf atau manusia serigala dalam bahasa Yunani