Chereads / I AM A DEVIL : THE MYSTERY OF THE STICKS OF THE SPIRIT CALL / Chapter 3 - Chapter 2 : Seruling dan Pintu

Chapter 3 - Chapter 2 : Seruling dan Pintu

Fransa kembali termenung di balkon rumahnya, ia benar-benar stres.

"2 hari! Ini gila!! Bagaimana mungkin aku dapat mencari Mautchphase dalam waktu sesingkat itu! Terlebih lagi Mautchphase itu sangat langka, dan muncul secara tidak sengaja. Bisa saja besok bukan takdir ku untuk mendapatkannya kan'" pikir Fransa.

Ia menatap langit lama-lama.

"Apa yang harus kulakukan?!" Katanya frustasi. Pamannya melihatnya dan menegurnya.

"Ada apa lagi?" Tanya pamannya.

"Paman, aku butuh bantuanmu" kata Fransa.

"Eh??"

***

"Oh, jadi begitu" kata pamannya setelah mendengarkan cerita Fransa tentang tugas gurunya untuk mencari Mautchphase itu.

"Tapi, bagaimana ya? Kalau soal Mautchphase, aku tidak bisa membantu, semua itu memang sudah ditakdirkan" kata pamannya.

"Paman, bisahkah kau menceritakan pengalamanmu tentang bagaimana kau bisa mendapatkan Mautchphase?" Pinta Fransa.

Pamannya mengambil Mautchphase-nya, memutarnya, dan melihatnya dari segala arah.

"Ini?" Katanya.

Fransa mengangguk.

Mautchphase itu tampak indah, dengan corak berwarna merah pada lapisan pelindung yang berwarna hijau serta bola permata yang berwarna merah di tengah-tengahnya. Paman Fransa memperbaiki posisi duduknya. Ia sudah siap untuk bercerita.

"Sebenarnya, aku juga mendapatkan Mautchphase-ku tanpa sengaja. Pada saat itu sedang ada pertempuran di hutan belantara Gaunhem, sekitar beberapa kilometer ke arah barat dari sini, terjadi peperangan yang cukup dahsyat antara kaum iblis dulu, dengan kaum para malaikat onheil. Peperangan itu cukup menewaskan banyak orang, namun kemenangan tetap ada pada pihak iblis. Pada saat itu, aku ikut berperang dengan Ayahku. Aku ditugaskan untuk membawakan bekal dan menyampaikan pesan. Hingga, terjadilah perang yang dahsyat yang menewaskan banyak orang termasuk Ayahku. Aku nekat berlari ke arah perang itu. Aku kemudian sampai ke dekat Ayahku. Kulihat ia berdarah-darah pada bagian perutnya. Aku melihat ia menatapku. Napasnya tersengal-sengal. Seluruh tubuhnya berkeringat dan berkali-kali mengucapkan namaku. Hingga aku menyaksikan ia menghembuskan napas terakhirnya. Kemudian muncul cahaya di depanku. Menghentikan semua sihir, mengehentikan perang, menghentikan seluruh kehidupan. Aku pun mengahadapinya. Aku meraihnya dan aku berhasil mendapatkannya. Lalu dalam hatiku aku berucap "Aku ingin membalas kematian Ayahku". Dan Mautchphase itu semakin bercahaya, memberikan kenyamanan dan mengeluarkan genercard dari sela-sela pelindungnya. Ia bercahaya, dan turun kepadaku. Sejak saat itu, aku mendapatkan Mautchphase-ku. Menurutku benda ini benar-benar berharga, aku tak akan rela jika aku kehilangannya. Aku tak ingin kehilangan Ayahku lagi" kata paman Jacwest seraya mendekatkan Mautchphase-nya pada dadanya.

Fransa menatap pamannya.

Sekarang ia tahu, bahwa Mautchphase begitu berharga. Ia dapat menghapuskan kesedihan dan membangkitkan kembali semangat pemiliknya. Mautchphase layaknya penghibur dan sahabat sejati pemiliknya.

Fransa menghela napas.

"Segitu pentingnya ya" kata Fransa.

"Ya Frans. Kau juga akan merasakan hal ini jika kau punya Mautchphase nanti. Tidak ingin ia tergores sedikitpun. Bahkan melihat ia pecah dan hancur berkeping-keping. Aku yakin hal itu dapat menyebabkan seseorang melampiaskan amarah yang besar" kata pamannya.

Fransa berpikir bagaimana kemarahannya nanti ketika Mautchphase-nya hancur. Namun ia kemudian menyingkirkan pikiran itu dan memikirkan kembali bagaimana cara untuk mendapatkan Mautchphase-nya. Fransa kemudian menatap lilin di atas meja. Ia menatapnya lama-lama hingga pamannya beranjak dari kursinya.

"Aku sudah mengantuk, bagaimana kalau kita tidur sekarang?" Kata pamannya berjalan ke arah kamarnya.

Fransa masih duduk termenung dan memikirkan cara untuk mendapatkan Mautchphase-nya dan jenis apa yang akan ia dapatkan nanti. Mautchphase adalah benda yang penuh misteri dan sangat menarik baginya. Fransa kemudian menatap sebuah alat yang terbuat dari kayu dan di atasnya terdapat sebuah stik dengan lingkaran yang cukup besar di kedua ujungnya. Stik itu bengkok di kedua ujungnya dan tertahan oleh lubang kayu itu. Sebenarnya itu adalah alat telekomunikasi dunia iblis. Alat itu sudah terhubung dengan jaringan sihir yang berlalu di seluruh dunia bawah.

Fransa mengambil stik itu dan berbisik "Levina Maroen" kemudian meniupnya.

Telepon itu langsung menghubungkannya dengan Levina. Dan Levina langsung mengangkatnya.

"Halo Fransa" kata Levina.

"Lev, bisakah kau membantuku mencari Mautchphase" pinta Fransa.

"Mautchphase! Er-baiklah, kukira, itu cukup rumit. Untuk mencarinya , kita harus pergi ke ...eem....." Kata Levina berhenti dan berpikir.

"Gunung Bastellie!" Katanya.

"Apa!?" Kata Fransa terlonjak kaget mendengar kata-kata itu.

"Maksudmu kita akan mendaki gunung itu?" Tanya Fransa.

"Ya, tentu saja. Menurut pengalamanku, dan pengalaman banyak orang dibuku 1001 pengamalan mencari Mautchphase, 857 orang mendapatkan Mautchphase mereka di gunung Bastellie dan sekarang sudah menjadi 858. Konon katanya, puncak Gunung Bastellie adalah puncak yang amat suci dan mengalir di atasnya energi yang super kuat. Disanalah banyak terbentuk Mautchphase dan amukan sihir yang dahsyat ketika Gunungnya meletus. Aku pun merasakan energi itu ketika Ayahku mengajakku mendaki gunung itu, dan aku berhasil mendapatkan Mautchphase-ku disana" jelas Levina.

Fransa menelan ludahnya. Ia tidak bisa membayangkan ketinggian gunung itu. Pasti sangat tinggi, dan terlebih lagi, gunung itu sangat curam dan di beberapa titik tertentu terdapat asap panas yang mengepul dari beberapa lubang. Serta hewan mematikan lainnya yang bersembunyi di dalam gelapnya pepohonan pada Gunung Bastellie. Dan lagi, terdapat beberapa roh yang bersembunyi di gua kematian.

"Menyeramkan!" Pikir Fransa.

"Apa kau yakin kita akan pergi kesana? Itu tempat yang berbahaya" kata Fransa.

"Ya. Tentu saja tempat itu berbahaya, memang. Untuk mendapatkan Mautchphase, diperlukan perjuangan dan semangat yang tinggi, kau tidak akan bisa mendapatkannya dengan merenung" kata Levina.

"Apakah kita harus mengarungi hutan belantara Gaunhem?" Tanya Fransa.

Levina berpikir sejenak sebelum menjawab.

"Tidak, aku kita ada jalan pintas lain. Kita akan melewati Pintu Erpern untuk sampai kesana. Pintu itu tersembunyi di balik Air Terjun Ursent. Aku juga melewati tempat itu untuk pergi kesana. Dengan begitu kita tidak berpapasan langsung dengan bahayanya Hutan Gaunhem, dan sampai kesana dalam waktu satu hari dengan aman" kata Levina.

"Bagiamana cara kita melewatinya?" Tanya Fransa.

Ia berusaha membuat Levina menyerah, namun Levina tetap bersikeras.

"Tenang saja. Aku sudah membaca segalanya untuk perjalanan kita. Aku akan menunjukkan caranya. Setuju?" Kata Levina.

Fransa berpikir sejenak, berusaha mencari kata-kata. Namun ia terlambat.

"Baiklah jika kau sudah setuju. Besok pagi aku dan Zester akan pergi ke rumahmu, dan kita akan menempuh perjalanan yang sangat menyenangkan!" Kata Levina dengan penuh semangat.

Levina menutup teleponnya. Setelah itu Fransa berjalan perlahan menuju ke kamarnya dan terbaring di atas ranjang untuk menenangkan pikirannya. Serta mempersiapkan dirinya untuk perjalanan yang benar-benar suram besok. Ia sangat stres. Napasnya cepat dan ia gelisah malam itu.

****

Keesokan paginya, Fransa sudah menunggu di depan balkonnya. Ia juga sudah bersiap-siap dengan menenteng tas ransel yang cukup besar di punggungnya. Fransa duduk di sebuah kursi kayu kecil di balkon. Hari ini benar-benar panas dan cerah. Tidak ada awan yang menutupi matahari berwarna merah tua itu hari ini. Terlihat tanah di sela-sela pepohonan Gaunhem yang lebat. Sekawanan burung terbang di atas pohon. Entah kemana burung itu akan pergi.

Tak lama kemudian, mereka datang dengan lingkaran sihir yang dibuat oleh Levina. Terlihat Zester sedang duduk di dekatnya dan memakan roti karena belum sempat sarapan.

"Hey kalian!" Sapa Fransa.

Lingkaran sihir itu turun ke balkon dan mengeluarkan bunyi yang pelan ketika menghantam kayu balkon.

"Yo Fransa!" Kata Zester keluar dar lingkaran sihir dan menjabat tangannya.

"Jadi, kau sudah siap untuk perjalanan hari ini" kata Fransa.

Zester berbisik kepada Fransa "Sebenarnya aku belum siap, aku masih ingin menunggu besok tapi Levina bersikeras menyuruhku untuk berangkat hari ini. Dia memang orang yang tidak sabaran" kata Zester.

Zester terbahak dan Fransa hanya tersenyum kecil.

"Dia pasti menguntaikan seribu alasan untuk memaksamu, kan'" kata Fransa berbisik.

"Ya, tentu saja. Beginilah, begitulah,..." Kata Zester.

Mereka terbahak.

"Hey apa yang kalian bicarakan mahkluk konyol?" Tanya Levina.

"Tidak. Hanya membicarakan tentang Zester yang dimarahi Ayahnya karena malas latihan" kata Fransa.

"Ya, tentu saja" kata Zester menatap sinis ke arah Fransa.

"Kalau begitu, kita akan berangkat sekarang, kita tidak akan menggunakan lingkaran apapun dan aku peringatkan kalian untuk tidak membujukku mengenai hal itu. Atau kalian tidak akan pernah mendapatkan Mautchphase kalian, Mautchphase itu menginginkan usaha kalian. Bagaimana ia akan datang kepadamu jika kau tidak datang kepadanya dengan membawa darah Ular Falak" kata Levina.

Zester menelan ludah.

"Begitulah....harus ada usaha untuk mendapatkan Mautchphase" kata Levina. "Ayo berangkat".

Levina mengarahkan lingkaran sihirnya ke depan dan berkata "Frento Rum!".

Lingkaran sihir muncul di bawah kaki mereka dan membentuk sebuah pelindung di atas mereka. Mereka terbang mencari jalan aman untuk ke Gunung Bastellie. Sekitar 5 km mereka menempuh perjalanan, mereka telah tiba di sebuah air terjun yang sangat deras. Fransa sudah dapat mendengar suara deru airnya dari jarak sekitar 300 meter dari air terjun itu. Di bawah air itu mengalir sungai yang cukup panjang. Sedangkan di sekitarnya terdapat pohon-pohon yang tinggi. Mereka turun ke tanah, Levina menghilangkan lingkaran sihirnya dan menyimpan Mautchphase-nya di sakunya. Fransa menatap air terjun yang tinggi itu. Ia berpikir bagaimana cara memanjat air terjun itu, tidak mungkin ia bisa. Air itu sangat deras dan tidak terdapat batu yang muncul dari air yang deras itu.

"Lalu, apa yang akan kita lakukan sekarang?" Tanya Zester.

Levina menatap air terjun itu sambil tersenyum.

Kemudian ia menoleh ke arah Zester dan mengangkat alisnya.

"Apa?! Kau gila! Kita tidak akan bisa memanjat air terjun itu!" Kata Zester.

Fransa yang mendengar itu langsung terlonjak kaget.

Ia berjalan ke arah Levina dan berkata "Apa kau yakin?".

"Ya, tentu saja. Levina selalu yakin".

"Tapi, mana mungkin kita....".

"Shhhhh....itulah yang terjadi jika kau tidak pernah membaca, selalu menganggap suatu hal mustahil" kata Levina.

"Terserah" kata Fransa mengalah.

Levina mengeluarkan sebuah seruling dari tas yang dibawanya. Ia kemudian mengambil Mautchphase-nya dan membuka lingkaran sihir.

"Sireines" bisik Levina dan menggesek seruling itu dengan lingkaran sihirnya.

"Nah, siapa yang bisa memainkan seruling?" Tanya Levina.

"Aku tidak bisa" kata Zester.

"Kau Fransa?" Tanya Levina.

Fransa berpikir sejenak.

"Aku bisa memainkannya, tapi sayangnya hanya laki-laki yang bisa mengaktifkan sihir itu" jelas Levina.

"Aku belum pernah memainkannya sama sekali" kata Fransa.

"Kalau begitu cobalah" kata Levina memberikan seruling itu kepada Fransa.

Fransa merasa ragu. Ia belum pernah mendengar alunan lagu sekalipun selama hidupnya. Ia lalu berjalan ke arah air terjun itu secara perlahan. Ia kemudian mendengar suara derasnya air yang menderu dan menghantam batu dan dengan suara yang lebih kuat ketika menghantam air. Tiba-tiba, terlintas di telinganya sebuah nada. Ia mengangkat serulingnya, menarik napas, dan meniup seruling itu dengan pelan. Jari-jarinya yang saat itu masih terpaku, tiba-tiba bergerak dengan sendirinya untuk membuka dan mengatup lubang-lubang pada seruling itu. Terdengar alunan melodi yang sangat halus, pelan, dan membuat suasana tenang. Di tengah-tengah suara air yang ribut mengalun nada yang dimainkan oleh Fransa. Nada itu melintasi air dan membangunkan sihir yang tersembunyi dibalik tebing di belakang air terjun itu. Tiba-tiba, beberapa batu menonjol keluar dari selimut air yang deras. Membuat seperti tangga yang berjarak cukup dekat untuk dilangkahi. Batu-batu itu bermunculan dan berhenti di tengah-tengah tebing. Fransa menghentikan alunan serulingnya dan menatap batu-batu itu.

"Inilah tangga yang akan mengantarkan kita ke jalan pintas itu, Tangga Kryven Narou. Tangga yang tersembunyi dibalik air terjun ini. Aku membacanya di buku Fakta yang Tersembunyi di Hutan Gaunhem, bukunya cukup tebal memuat banyak rahasia lainnya. Ayo naik" kata Levina.

Fransa melangkah ke batu yang menonjol jauh ke arahnya. Di setiap tangga, batu terus memendek hingga bagian atas. Tiba-tiba, terdengar suara bising kera. Keluarlah beberapa kera dengan bulu berwarna coklat dan rambut merah di kepala dan membawa tongkat kuning dari balik batu.

"Apa itu?" Tanya Fransa.

"Gawat! Kera Gau! Berlindung di belakangku" kata Levina.

Fransa mundur sedikit ke belakang Levina.

"Batch!" Kata Levina membuka lingkaran sihirnya.

Satu kera melompat me arah mereka. Fransa melihat kera itu tampak marah dan mengangkat tongkat untuk memukul mereka.

"Lohar!" Kata Levina.

Lingkaran sihirnya mengeluarkan bola cahaya yang menabrak kera itu dan membuatnya terpental. Beberapa kera melompat bersamaan, dan Levina berhasil mencegahnya. Kera-kera itu jatuh ke sungai. Fransa, Levina, dan Zester naik tangga perlahan-lahan ke atas dan satu persatu kera dijatuhkan.

"Darimana mereka muncul sebenarnya?" Tanya Zester.

Levina tak bisa menjawab pertanyaan itu sekarang. Beberapa kera yang jatuh kembali naik ke atas tangga dan mengejar mereka.

"Sialan! Mereka mengejar kita!" Kata Zester yang paling belakang.

Mereka dengan cepat menaiki tangga dan sampai di depan air yang menjadi perbatasan.

"Ayo cepat masuk!" Kata Levina masuk ke dalam derasnya air.

Fransa melompat ke tangga terkahir dan masuk. Zester melompat ke tangga terakhir, namun ia tersandung batu dan jatuh. Fransa dengan sigap langsung menariknya sebelum para kera meraihnya.

Fransa menghela napas.

"Fyuuh..untung saja kera-kera itu tidak menangkap ku" kata Zester lega.

"Terima kasih kawan".

Fransa mengangguk.

"Kera-kera itu muncul karena sarangnya terletak di balik air terjun ini, ketika seruling itu dimainkan, mereka terbangun dan keluar dari sarang mereka. Menurut teori, orang-orang yang berhasil tertangkap oleh kera-kera itu akan dijadikan sebagai kera juga" kata Levina.

Zester menelan ludah.

Fransa melihat sebuah pintu kayu di depan mereka. Pintu itu terlihat sudah tua dan kecil.

"Baiklah, inilah Pintu Erpern, pintu yang dapat mengarahkan kita ke jalan pintas itu" jelas Levina.

"Ganauhem!" Kata Levina menyihir pintu itu.

Ia membuka pintunya dan mereka masuk ke suatu tempat yang sama.

"Apa ini? Gaunhem?" Tanya Fransa.

Mereka berada di tengah-tengah pepohonan yang lebat dan menyeramkan.

"Levina, kau pembohong!" Kata Fransa kesal.

Levina hanya tersenyum.

"Itulah kebodohanmu Fransa, ini bukanlah hutan Gaunhem yang asli. Namun ini adalah tiruan yang dibuat oleh Pintu Erpern. Hutan ini sudah tidak ada lagi makhluk-mahkluk yang mengancam kita, mereka sudah kusihir. Ingat, tujuan kita adalah berjalan ke Gunung Bastellie dengan aman kan'" jelas Levina.

"Ayolah, mengapa kau tidak membuat...." Kata-kata Fransa dipotong.

"Membuat apa? Hanya sebuah jalan datar begitu? Ingat, dalam mencari Mautchphase dibutuhkan....".

"Usaha" kata Fransa.

"Terserah padamu" kata Fransa mengalah.

Fransa menghela napas, menyesal mempunyai teman sepertinya.

Levina hanya tersenyum menatap Fransa yang kesal. Ia menatap Fransa lama sekali.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Fransa.

"Tidak, aku hanya merasa lucu" kata Levina.

"Kalau begitu tertawalah" kata Fransa berbalik dan berjalan menyusuri hutan.

Mereka menyusuri hutan selama beberapa jam, dan menjumpai sesuatu yang membuat mereka curiga sekaligus penasaran terhadap suatu hal.

Bersambung

Cus.....lanjut