Sialan!
Siapa gadis itu? batin Damian yang membuat Zhask tergelak.
Jujur, ini pertama kalinya Zhask mendengar Damian begitu kaget saat melihat seorang gadis. Dulu, Zhask pikir jika Damian itu belok atau mungkin tidak normal sama sekali.
Akan tetapi, kenapa saat ini reaksinya terlihat berbeda? Kentara sekali jika gadis berambut cokelat terang yang dihujani sinar rembulan itu menarik seluruh intensitas Damian.
Pria itu sempat terpaku beberapa saat di tempatnya berdiri. Hatinya bergemuruh, dan jantungnya .... Ada apa dengan benda merah itu kali ini? Terdengar debarannya lebih menggebu, melebihi saat Damian berada di medan tempur.
Gila!
Hanya dengan melihat paras cantik gadis yang tak Damian kenal itu, dia sudah terlena habis-habisan. Memang siapa gadis itu dan kenapa dengan diri Damian saat ini?
Sungguh ini aneh sekali!
Di tengah lamunan sesaatnya itu, Damian kembali tersadar saat melihat gadis berambut cokelat sebahu sudah terpojok. Terlihat batang kayu yang sempat dia gunakan sebagai alat perlindungan diri tadi sudah memendek akibat menahan serangan Rogue liar dihadapannya.
Membuat senyum misterius terbit di sudut bibir tipis Damian. Sebenarnya, dia ingin menertawakan si gadis yang terlalu bodoh untuk memilih senjata pertahanan. Akan tetapi, dia tidak melakukannya.
Sebaliknya, Zhask langsung mengambil alih tubuhnya tanpa permisi. Berubah ke wujud serigala besar berbulu abu keputihan hanya dalam sepersekian detik saja.
'Hey, Dam. Bagaimana kalau kita melakukan pemanasan? Sudah lama bukan, tak melawan Rogue liar?' celetuk Zhask sembari tersenyum setan.
Damian hanya diam dan membiarkan serigala itu berbuat sesuka hatinya. Toh, sudah lama sekali mereka tak bertarung melawan Rogue.
©©©
Pertarungan itu berlangsung cukup sengit. Meskipun ukuran tubuh Zhask jauh lebih besar daripada Rogue liar itu. Tapi, butuh tenaga ekstra untuk melawannya.
Terlihat banyak sekali luka cakaran panjang yang mengenai punggung Zhask. Membuat, bulu-bulunya yang putih bak salju tadi terlumuri cairan pekat berwarna merah yang amis.
Tak tinggal diam, Zhask melawan. Melayangkan kuku-kuku hitam panjangnya tepat ke arah wajah si serigala berbulu hitam. Yang kemudian membuat Rogue liar itu melolong kesakitan.
Bugh!
Crakk!
Au ...
Lisa yang mendengar lolongan menyeramkan itu hanya bisa memejamkan matanya rapat-rapat. Menutup kedua telinganya dengan tangan, serta duduk beringsut ke arah akar pohon yang mencuat di sekitarnya.
Jika bisa berteriak. Gadis itu ingin segera mengakhiri ini semua. Lisa benar-benar tak sanggup sekaligus tak pernah mengira jika dirinya akan berada di situ yang pelik ini.
Cukup lama gadis itu memejamkan mata, sampai suara rendah seseorang menyadarkan dirinya.
"Buka matamu," ucapnya.
Suaranya berat dan nadanya terdengar begitu dingin sampai menusuk ke dalam tulang.
Lisa yang merasa jika sosok itu mengajaknya berbicara, kontan membuka mata. Mendongakkan wajah perlahan, guna melihat siapa yang berbicara dengannya.
Terlihat dihadapannya sudah berdiri seorang pria bertubuh tinggi dengan bahu yang begitu kekar. Perawakannya tampak atletis, serta berotot. Alisnya tebal dengan hidung mancung dan bibir tipis yang begitu seksi.
Kulitnya cokelat bersinar saat diterpa cahaya purnama. Sorot matanya tajam dan tegas. Satu lagi, rambutnya yang basah karena keringat itu begitu indah saat dipandang. Hanya saja ....
"Huwa, dasar pria sinting!" teriak Lisa.
Sesaat, setelah melihat pria di hadapannya tidak memakai kain apapun untuk menutupi tubuhnya.
Damian yang melihat respon Lisa yang begitu heboh hanya bisa mengangkat sudut bibirnya. Benar-benar tak ada minat, untuk segera beranjak dari tempatnya. Mungkin, urat malu pria itu sudah putus.
"Kenapa reaksimu begitu? Dengar Nona, kami para bangsa se-"
"Tutup mulutmu pria mesum! Cepat menjauhlah dariku sebelum aku kehilangan kesabaran dan memukulimu habis-habisan. Kau tahu aku paling benci dengan penjahat kelamin!"
Lisa berteriak dengan tubuh membelakangi Damian. Kedua tangannya ia gunakan untuk menutupi matanya sendiri, agar tak melihat tubuh pria tidak tahu malu itu yang toples.
Berbeda dengan gadis itu yang sepertinya sangat terganggu. Damian justru memutar kedua bola matanya malas. Mengembuskan napas berat dengan tatapan datar, menatap Lisa yang masih diam membelakangi tubuhnya.
Dalam otak pria itu, Damian menyimpulkan jika wanita adalah makhluk terumit yang harus dirinya jauhi. Toh, aroma semerbak tadi bukan berasal dari si gadis berambut sebahu ini. Jadi, Damian tak perlu sungkan untuk bersikap sesuka hati.
Masa bodo dengan teriakan Lisa. Damian sungguh tidak peduli itu.
Tanpa basa-basi, pria itu langsung berjalan menghampiri tubuh Lisa yang masih berdiri membelakangi tubuhnya. Meletakkan tangannya yang kekar ke arah pinggang gadis itu, lantas mengangkatnya tanpa izin layaknya karung beras.
Tentu saja Lisa yang tak siap dengan sikap Damian yang tiba-tiba ini langsung menjerit spontan. Tangannya berusaha memukul-mukul punggung pria itu yang tak berefek sama sekali. Sebaliknya, tangan Lisa lah yang merasa sakit dan kebas setelahnya.
"Turunkan aku! Kau mau membawaku kemana, huh? Dasar pria sinting!" teriak Lisa kembali yang tak Damian gubris.
Dia masih menggendong tubuh Lisa dengan ekspresi wajah yang begitu datar. Hanya saja, lama-kelamaan telinganya terasa panas saat mendengar teriakan Lisa yang semakin menjadi-jadi.
"Kau tuli, yah? Kubilang cepat turunkan aku! Turunkan!"
"Hey, kau mendengarku, kan? Cepat turunkan!"
"Dasar cabul! Kalau kau berani berbuat macam-macam padaku aku akan-"
"Diam atau aku akan benar-benar melakukan hal itu padamu," ancam Damian terdengar seperti bisikan kecil namun langsung membuat Lisa tak berkutik sama sekali.
Mulut gadis itu langsung tertutup rapat, seolah ada lem yang merekatkannya begitu kuat. Tangannya pun berhenti memukul-mukul tubuh Damian tak memberontak seperti beberapa menit yang lalu.
Ya, Damian memang sudah tak mendengar suara teriakan gadis itu yang cempreng sampai memekakkan telinga. Untuk sesaat saja sih, karena di detik berikutnya Lisa menangis sekencang-kencangnya membuat Damian harus menahan diri agar tak melemparkan tubuh gadis itu hidup-hidup ke arah jurang.
©©©
Sejujurnya Damian punya rencana tersendiri dengan membawa gadis itu dalam gendongannya.
Mungkin jika bukan karena teringat ucapan ayahnya kemarin, Damian akan membiarkan gadis mortal ini lolos. Namun diluar dugaan, dia ternyata butuh.
Apalagi gadis ini bisa dia manfaatkan karena hutang balas budi. Ya, secara tidak langsung Lisa berhutang nyawa dengan Damian. Mungkin jika pria itu tidak segera datang untuk menyelamatkan dirinya, Lisa sudah tewas beberapa menit yang lalu akibat diterkam Rogue liar itu.
Jadi, dengan liciknya Damian mengambil kesempatan ini untuk membuat sebuah kesepakatan. Tentunya, kesepakatan yang amat sangat menguntungkan dirinya.
Perlahan Damian menurunkan tubuh Lisa dari gendongannya. Menarik tubuh gadis itu ke arah pohon Cemara terdekat. Kemudian mengunci pergerakannya dengan memasang kedua tangan di masing-masing sisi.
Otomatis, tubuh Lisa terkurung diantara kungkungan lengan kekar Damian. Apalagi pria itu hanya berjarak beberapa centi di depan wajahnya. Membuat Lisa, mau tak mau segera memalingkan wajah ke arah lain.
Jujur, ditatap oleh pria asing nan gila dihadapannya ini membuat Lisa merutuk habis-habisan dalam hati.
"Kenapa kau memalingkan wajah? Memang pohon Cemara lebih menarik daripada parasku ini, hm?" ucap Damian yang langsung membuat kepala Lisa menoleh ke arahnya.
Terlihat raut wajah gadis itu kesal sekali. Bibir mungil berwarna pink itu mengerucut dan pipinya menggembung lucu.
"Kau jelek!" balasnya spontan.
Alis Damian berkerut, baru mendengar lontaran itu dari mulut seorang gadis. Habis, kebanyakan para gadis begitu menggilai dirinya. Mereka akan langsung terpikat hanya dalam sekali tatap.
"Oke, langsung pada intinya saja. Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan, Nona?" ujar Damian terus terang yang membuat raut wajah Lisa berubah seketika.
"Kesepakatan?" ulang gadis itu, kepala Damian mengangguk.